China Minta Apple Hapus Aplikasi Al-Qur'an Digital

Ada sejuta pengguna Al-Qur'an di China yang terdampak

Jakarta, IDN Times – Pemerintah China meminta Apple untuk menghapus aplikasi Quran Majeed, salah satu aplikasi Al-Qur'an paling populer di dunia. Aplikasi tersebut dikembangkan Pakistan Data Management Services (PDMS).

Dilansir Middle East Eye, aplikasi yang telah diunggah lebih dari 40 juta pengguna di seluruh negara itu dianggap menyajikan teks-teks agama ilegal.

"Hukum China memerlukan dokumentasi tambahan untuk beberapa aplikasi yang tersedia di App Store. Aplikasi dengan konten buku dan majalah harus mendapatkan izin penerbitan internet dari Administrasi Pers dan Publikasi Nasional China (NPPA)," kata Hasan Shafiq Ahmed selaku kepala pertumbuhan perusahaan PDMS.

1. Quran Majeed harus dapat izin dari lembaga sensor China

China Minta Apple Hapus Aplikasi Al-Qur'an DigitalApple

Berdasarkan penuturan Hasan, ada sekitar satu juga pengguna Quran Majeed di China yang terkena dampak. Untuk pemulihan, mereka harus mengantongi izin dari Cyberspace Administration of China (CAC), regulator yang mengawasi internet.  

Perwakilan PDMS tidak mengatakan apakah perusahaannya telah mendapatkan izin tersebut. Quran Majeed tersedia di App Store di berbagai negara.

Aplikasi ini menawarkan Al-Qur'an versi digital dalam bahasa Arab, disertai terjemahan dalam berbagai bahasa. Selain itu, aplikasi Quran Majeed juga dilengkapi macam-macam qari atau jenis bacaan Al-Qur'an, penanda masjid, kompas untuk mencari kiblat, hingga waktu salat.

Menurut BBC, Apple Censorhip, pengawas yang memantai aktivitas aplikasi Apple, pertama kali melihat penghapusan Quran Majeed dari App Store China. Namun, pemerintah China tidak menanggapi permintaan komentar terkait hal tersebut.

Baca Juga: Microsoft Akan Tutup Situs Linkedin di China

2. Apple memiliki ketegantungan besar terhadap China

China Minta Apple Hapus Aplikasi Al-Qur'an DigitalCEO Apple Tim Cook (www.twitter.com/@tim_cook)

China tercatat sebagai pasar terbesar ketiga Apple setelah Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Apple juga sangat bergantung pada pasokan suku cadang dari China untuk memproduksi iPhone dan Mac.

Hal itu menjelaskan mengapa CEO Apple, Tim Cook, mengkritik kebijakan mantan Presiden AS Donald Trump yang menutup perbatasan AS untuk muslim dari tujuh negara pada 2017, namun bungkam terhadap tuduhan genosida yang dilakukan China kepada etnis muslim Uighur.

Berbagai negara Barat menuduh China telah menganiaya muslim Uighur, minoritas berpnduduk 12 juta jiwa yang kebanyakan bermukim di Xinjiang. Ribuan dari mereka dikirim ke kamp-kamp yang disebut oleh Beijing sebagai ‘sekolah vokasi’, namun sebagian aktivis menyebutnya sebagai ‘penjara’.

3. Banyak aplikasi muslim yang disalahgunakan

China Minta Apple Hapus Aplikasi Al-Qur'an DigitalTampilan aplikasi Muslim Pro (Tangkapan layar Google Play)

Apple harus mematuhi buku panduan Partai Komunis China (PKC) untuk bekerja dengan negara tersebut. Akibatnya, Apple terpaksa menghapus aplikasi supaya tidak menyulut kemarahan dari pejabat setempat. Apple juga telah melarang aplikasi yang kritis terhadap PKC.

"Saat ini Apple sedang diubah menjadi biro sensor Beijing. Mereka perlu melakukan hal yang benar, dan bersiap dengan reaksi apa pun dari pemerintah China," kata Direktur proyek di Apple Censorship, Benjamin Ismail.

Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah aplikasi yang dirancang untuk muslim dilaporkan telah disalahgunakan. Pada November 2020, terungkap militer AS telah membeli data lokasi jutaan muslim di seluruh dunia menggunakan Muslim Pro.

Beberapa bulan kemudian, dilaporkan bahwa Salaat First, aplikasi doa Muslim lainnya, juga menjual data lokasi pengguna ke perusahaan teknologi yang memiliki tautan ke militer AS.

Baca Juga: Senat AS Sahkan RUU Antikerja Paksa Uighur, Ini Dampaknya ke Beijing

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya