Dianggap Halu, Putin Sebut Ukraina sebagai Negara Fiksi

Putin menyebut Ukraina sebagai kesalahan Lenin dan Gorbachev

Jakarta, IDN Times – Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyebut Ukraina sebagai negara fiksi. Putin juga menyebut Ukraina sebagai hasil kesalahan pemimpin revolusioner Bolshevik, Vladimir Lenin, yang memberikan rasa nasionalisme dan hak otonomi atas wilayah tersebut ketika masih menjadi bagian Uni Soviet.

"Ukraina modern sepenuhnya diciptakan oleh Rusia, lebih khusus Bolshevik, Rusia komunis," kata Putin, dalam pidato nasionalnya pada Selasa (22/1/2022) pagi, dikutip dari The New York Times.

"Proses ini (memberikan rasa nasionalisme kepada Ukraina) dimulai setelah revolusi 1917, dan terlebih lagi Lenin dan rekan-rekannya melakukannya dengan cara yang paling ceroboh, yaitu membagi, merobek bagian dari wilayah sejarahnya sendiri,” ujar Putin, seolah menyalahkan Lenin atas berdirinya Ukraina modern hari ini.

Baca Juga: AS Tuding Militer Rusia Punya Daftar Warga Ukraina yang Harus Dibunuh

1. Argumen Putin dianggap halu

Dianggap Halu, Putin Sebut Ukraina sebagai Negara FiksiPresiden Rusia Vladimir Putin (ANTARA FOTO/REUTERS/Maxim Zmeyev)

Realitas sejarah Ukraina terbilang rumit. Ukraina memiliki sejarah seribu tahun perubahan agama, perbatasan, dan masyarakat. Ibu kotanya, Kiev, didirikan ratusan tahun sebelum Moskow. Namun, Rusia dan Ukraina mengkliam Kiev sebagai tempat kelahiran budaya, agama, dan bahasa modern mereka

Sejarah dan budaya Rusia-Ukraina memang saling terkait. Mereka memiliki agama Kristen Ortodoks yang sama, bahasa, adat istiadat, dan masakan nasional yang hampir sama.

Cliff Kupchan selaku Kedua Grup Eurasia, organisasi konsultan risiko politik, menyebut keterangan Putin sebagai pernyataan yang menyesatkan.

"Argumen Putin hari ini bahwa Ukraina secara historis dibentuk oleh Rusia tidak benar. Kegigihan yang dia (Putin) lakukan tentang Ukraina sangat luar biasa,” kata Cliff, seraya mengatakan bahwa pernyataan Putin soal Ukraina bukanlah sesuatu yang baru.

Baca Juga: Rusia Akui Kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, Ini Kata Presiden Ukraina

2. Narasi sejarah sebagai cara Putin untuk membenarkan invasi ke Ukraina

Dianggap Halu, Putin Sebut Ukraina sebagai Negara FiksiAnggota tentara Rusia mengendarai kendaraan bersenjata amfibi multiguna MT-LB melewati tank saat latihan militer di Kuzminsky di selatan Rostov, Rusia, Rabu (26/1/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Sergey Pivovarov/File Photo.

Selain Lenin, Putin juga menyalahkan pemimpin Soviet lainnya, Mikhail Gorbachev, yang menyebabkan Ukraina tidak lagi menjadi bagian Rusia. Menurut Putin, Ukraina bisa merdeka tanpa syarat dan ketentuan apa pun bukan karena Kiev yang menguat, tapi justru menyebut Moskow yang melemah.

Namun faktanya, bukan Moskow yang memberikan kemerdekaan kepada Ukraina, melainkan rakyat Ukraina sendiri yang memutuskan hal tersebut melalui referendum 1991.

“Kami dapat menjelaskan bahwa Putin tidak mencoba untuk terlibat dalam debat sejarah tentang Rusia dan Ukraina. Tapi, dia berusaha untuk meletakkan dasar argumen bahwa Ukraina tidak berhak atas haknya sebagai negara berdaulat,” kata Joshua A. Tucker, profesor ilmu politik di Universitas New York dan seorang ahli tentang Rusia

"Itu adalah sinyal bahwa Putin bermaksud untuk menyatakan intervensi militer di Ukraina tidak akan melanggar kedaulatan negara lain," tambahnya.

Baca Juga: Panas! Putin Akui Kemerdekaan Wilayah Ukraina yang Dikuasai Separatis 

3. Putin akui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk

Dianggap Halu, Putin Sebut Ukraina sebagai Negara FiksiPresiden Rusia Vladimir Putin (ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Nikolsky/Kremlin via REUTERS)

Dalam pidatonya, Putin juga mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, dua wilayah di Ukraina timur yang memproklamirkan diri sebagai negara terpisah pada 2014. Klaim kemerdekaan disuarakan oleh kelompok pemberontak pro-Rusia.

Selain dukungan itu, Putin juga mengerahkan pasukan ke Donetsk dan Luhansk untuk memulai operasi perdamaian, sebuah keputusan yang memicu kemarahan dari Amerika Serikat (AS) dan pemimpin Barat lainnya.

"Ini adalah kebencian untuk seluruh Ukraina dan balas dendam atas progresivitas negara itu menuju Uni Eropa dan NATO dan demokrasi, meskipun kacau, dengan masalah besar, reformasi yang lambat dan korupsi,” kata jurnalis politik Kristina Berdynskykh, menanggapi pidato Putin.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya