Donald Trump Provokasi Massa untuk Bertarung Demi Kemenangannya

Dari protes virtual berubah jadi demonstrasi beneran

Jakarta, IDN Times - Kericuhan di Gedung Capitol, Amerika Serikat (AS) merupakan puncak dari provokasi Donald Trump atas kekalahannya pada pemilu 2020 lalu. Politikus Partai Republik itu selalu menyebut bahwa Biden mencuri periode keduanya dengan kecurangan.
 
Pada 20 Desember 2020 silam, Trump mencuit pernyataan yang seolah-olah memiliki basis kemenangan kuat. “Secara statistik tidak mungkin kalah dalam Pemilu 2020,” tulisnya.
 
Namun, beberapa hari terakhir, pejabat Georgia Brad Raffensperger mengungkapkan bahwa data yang dimiliki oleh Trump tidak benar. Politikus berlatar pengusaha itu meminta Raffensperger, entah bagaimana caranya, untuk mengubah hasil pemilu di Georgia.  
 
“Permasalahan yang Anda miliki adalah kekeliruan data,” kata Raffensperger membalas permintaan Trump pada sambungan telepon yang menjadi tajuk pemberitaan sejak Senin (4/1/2021).
 

1. Trump meminta seluruh pendukungnya untuk menggelar protes di Capitol

Donald Trump Provokasi Massa untuk Bertarung Demi KemenangannyaPresiden Amerika Serikat Donald Trump menari dengan musik saat ia akan turun dari panggung pada akhir reli kampanye di Carson City, Nevada, Amerika Serikat, Minggu (18/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)

Dilansir dari USA Today, Trump hadir di tengah kerumunan massa untuk menyampaikan keluhan kepada ribuan pendukungnya. Trump hanya mengulangi pernyataan yang selama ini telah dia sampaikan melalui media sosial.
 
“Kami tidak akan pernah menyerah, kami tidak akan pernah menyerah,” kata Trump pada Rabu (6/1/2021) waktu setempat. Dia menambahkan, “Kami akan berjalan ke Capitol dan kami akan mendukung senator pemberani kami dan anggota Kongres dan wanita.”
 
Trump bahkan menyudutkan rekannya, Wakil Presiden Mike Pence, karena menerima hasil pemilu. “Mike Pence tidak memiliki keberanian untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk melindungi negara dan konstitusi kita,” cuit Trump.
 

Baca Juga: Capitol Rusuh, Twitter dan Facebook Tutup Sementara Akun Donald Trump

2. Kerumunan massa mulai bergeser ke Gedung Capitol

Donald Trump Provokasi Massa untuk Bertarung Demi KemenangannyaPendukung Presiden AS Donald Trump berkumpul dalam sebuah aksi di Freedom Plaza, menjelang sertifikasi Kongres AS mengenai hasil pemilu November 2020, selama berlangsung protes di Washington, Amerika Serikat, Selasa (5/1/2021) (ANTARA FOTO/REUTERS/Jim Urquhar)

Trump berbicara di hadapan ribuan pendukungnya untuk terus bertarung dan meminta mereka untuk mencurahkan kemarahan serta protes di Capitol saat acara pengesahan kemenangan Biden berlangsung. Trump memberi kobaran semangat kepada loyalisnya dengan menyebut Partai Demokrat sebagai “gumpalan omong kosong.”
 
Para demonstran mulai berbaris menuju Capitol, menembus barikade, kemudian menerobos masuk ke aula Kongres. Mereka menduduki panggung tempat Ketua Parlemen Nancy Pelosi dan menguasai tempat Pence berada. Mereka berbuat anarkis dengan merusak kantor sembari mengambil foto narsis dengan latar spanduk Trump.
 
Menanggapi desakan dari Trump dan para simpatisannya, Pence menegaskan bahwa tekanan dalam bentuk apapun kepada dirinya tidak akan bisa mempengaruhi hasil pemilu. Melalui akun Twitter-nya, Pence mengatakan bahwa wakil presiden tidak memiliki wewenang apapun untuk mengintervensi sengketa suara dalam pemilu. Pence bersumpah apa yang ia lakukan saat ini merupakan bentuk ketaatannya kepada konstitusi dan Tuhan.
 

3. Trump meminta massa untuk membubarkan diri

Donald Trump Provokasi Massa untuk Bertarung Demi KemenangannyaPendukung Trump menduduki US Capitol pada Rabu (7/1/2021) (Youtube.com/BBC News)

Begitu kerusuhan meledak dan polisi mulai mengevakuasi anggota kongres serta Pence, Trump meminta para demonstran untuk menyudahi perbuatan anarkis. Namun, pernyataan itu masih diiringi dengan ungkapan tak berdasar soal kecurangan pemilu.
 
"Saya tahu rasa sakit Anda, saya tahu luka Anda. Tapi kamu harus pulang sekarang, kita harus damai. Kita memiliki aturan dan hukum, jangan ada kekerasan,” kata Trump. Dia bahkan masih menyebut para demonstran sebagai seorang patriot.
 
Oleh sebab itu, raksasa media sosial Twitter dan Facebook memutuskan untuk mengunci akun media sosial Trump untuk sementara. Twitter membekukan akun Trump selama 12 jam dan menghapus tiga cuitan Trump yang dianggap sebagai pemicu kerusuhan di Capitol. Sementara, Facebook memblokir akun Trump selama 24 jam karena pelanggaran kebijakan.

Baca Juga: Pendukung Trump Serbu Gedung Capitol, Kongres Sahkan Kemenangan Biden

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya