Jerman Tolak Ajakan AS Larang Impor Minyak dan Gas dari Rusia 

Rusia merupakan pemasok utama energi di Eropa

Jakarta, IDN Times – Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menolak seruan Amerika Serikat (AS) serta Ukraina untuk menerapkan larangan impor minyak dan gas (migas) dari Rusia, sebagai bagian dari sanksi atas agresi militer yang dilancarkan Kremlin sejak 24 Februari 2022.  

Menurut Scholz, kebutuhan Eropa yang tinggi terhadap minyak dan gas dari Rusia tidak akan tergantikan dalam semalam.

“Ini (menyetop impor dan mencari alternatif pemasok minyak dan gas) tidak dapat dilakukan dalam semalam. Itulah mengapa kami, secara sadar, memutuskan untuk melanjutkan bisnis dengan Rusia di bidang pasokan energi,” kata Scholz pada Senin (7/3/2022), dikutip dari Politico.

Baca Juga: AS-Eropa Bakal Larang Impor Minyak Rusia, Rupiah Jatuh ke Rp14.414

1. Rusia merupakan pemasok utama energi di Eropa

Jerman Tolak Ajakan AS Larang Impor Minyak dan Gas dari Rusia Kanselir Jerman Olaf Scholz (Twitter.com/Olaf Scholz)

Lebih lanjut, papar Scholz, kebutuhan masyarakat Eropa terhadap pasokan energi dari Rusia justru semakin tinggi dalam beberapa bulan terakhir.

"Eropa dengan sengaja membebaskan pasokan energi dari sanksi. Saat ini, pasokan energi Eropa untuk pembangkit panas, mobilitas, pasokan listrik, dan industri tidak dapat diamankan dengan cara lain,” ujar Scholz.  

“Oleh karena itu, (minyak dan gas dari Rusia) sangat penting untuk penyediaan layanan publik dan kehidupan sehari-hari warga negara kita," sambung dia.

Baca Juga: Fakta-Fakta Penting Perang Rusia vs Ukraina Hari ke-11

2. Ukraina minta negara-negara Barat boikot produk minyak dan gas Rusia

Jerman Tolak Ajakan AS Larang Impor Minyak dan Gas dari Rusia Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (twitter.com/ZelenskyyUa)

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, meminta negara-negara Barat untuk segera memboikot minyak dan gas Rusia, yang merupakan salah satu sumber pendapatan utamanya.  

“Boikot ekspor Rusia, khususnya, minyak dan produk minyak dari Rusia,” kata Zelenskyy.

Beberapa pejabat Barat mengatakan, larangan impor minyak dan gas Rusia akan mempengaruhi pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai perang di Ukraina.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menuturkan bahwa dia telah berdiskusi dengan Uni Eropa untuk menerapkan larangan impor energi dari Rusia. Wacana ini juga telah dibahas di Kongres AS untuk disahkan menjadi undang-undang.

Jepang juga telah menyampaikan minatnya untuk bergabung dengan kebijakan tersebut.

3. Rusia peringatkan konsekuensi besar dari larangan impor minyak dan gas

Jerman Tolak Ajakan AS Larang Impor Minyak dan Gas dari Rusia Ilustrasi kilang minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Di sisi lain, Rusia memperingatkan bahwa larangan impor minyak dan gas hanya akan memicu bencana yang lebih besar.  

"Larangan (impor) minyak akan menyebabkan bencana bagi pasar global. Lonjakan harga tidak akan dapat diprediksi, bisa saja lebih dari 300 dolar AS (sekitar Rp4,3 juta) per barel, itupun jika tidak lebih,” kata Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, dikutip dari The Straits Times.

Novak menambahkan, mustahil bagi Eropa untuk mencari alternatif pemasok energi kecuali Rusia.

"Ini akan memakan waktu lebih dari satu tahun dan akan jauh lebih mahal bagi konsumen Eropa. Politisi Eropa kemudian harus mengumumkan bahwa harga (minyak) di pom bensin, listrik, dan pemanas akan meroket,” ujar Novak.

Baca Juga: Hari Ini, Ukraina Mulai Impor Gas dari Polandia

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya