Joe Biden: Kami Tak Ingin Memulai Perang Dingin Baru dengan China
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berjanji akan membantu menyelesaikan berbagai krisis global, mulai dari krisis Iran, semenanjung Korea hingga Ethiopia. Biden menyebut dunia sedang menghadapi dekade yang menentukan, istilah yang merujuk pada persaingan ketat pada era terkini tanpa adanya Perang Dingin baru.
Pernyataan itu disampaikan Biden pada pidato pertamanya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (21/9/2021). Politikus Partai Demokrat tersebut juga menyinggung masalah yang harus segera disikapi para pemimpin dunia, seperti pandemik COVID-19, perubahan iklim dan ancaman siber.
1. Biden tidak ingin memulai Perang Dingin baru dengan China
Dalam pidatonya, Biden sama sekali tidak mengucapkan kata-kata China atau Beijing. Tapi, ia menggunakan istilah implisit pesaing AS yang semakin kuat.
“Kami akan membela sekutu dan teman-teman kami dan menentang upaya negara-negara yang lebih kuat untuk mendominasi negara-negara yang lebih lemah, baik melalui perubahan wilayah dengan paksa, paksaan ekonomi, eksploitasi teknis, atau disinformasi,” kata Biden, sebagaimana dilaporkan Reuters.
“Namun, kami tidak mencari Perang Dingin baru atau dunia yang terbagi menjadi blok-blok kaku," tambah dia.
Pada saat yang sama, Biden menuturkan Washington siap bersaing demi mempromosikan demokrasi dan supremasi hukum.
Baca Juga: Biden Tepis Seluruh Kritik atas Hengkangnya AS dari Afghanistan
2. Biden ingin semua masalah tuntas dengan diplomasi
Editor’s picks
Penerus Donald Trump itu turut menyinggung Pakta Aukus, kemitraan keamanan antara AS-Inggris-Australia yang menyulut kemarahan Prancis dan China. Biden menyebutnya sebagai upaya AS untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya dan membela sekutu.
Hal yang menarik, kendati Pakta Aukus merupakan perjanjian yang sarat nuansa militeristik, Biden menggarisbawahi strategi AS ke depan akan fokus pada diplomasi. Menurut dia, diplomasi adalah instrumen yang tepat untuk menghadapi permasalahan pada era baru.
“Misi harus jelas dan dapat dicapai. (Militer AS) tidak boleh digunakan sebagai jawaban untuk setiap masalah yang kita lihat di seluruh dunia. Kami telah mengakhiri 20 tahun konflik Afghanistan, dan saat kami menutup era perang tanpa henti, kami telah membuka era baru diplomasi,” tuturnya.
3. Sederet isu teraktual yang disinggung Biden
Dikutip dari The Straits Times, Biden berharap forum PBB bisa menjadi sarana untuk menyamakan persepsi para pemimpin dunia dalam menghadapi dinamika teraktual.
“Mangatasi tantangan global akan bergantung pada kemampuan kita untuk mengenali kemanusiaan kita bersama,” ucap dia.
Biden menegaskan tetap berkomitmen secara damai menyelesaikan perselisihan dengan Iran mengenai program nuklir. Dia juga bersumpah membela Israel dan mengatakan solusi dua negara dengan Palestina masih diperlukan sebagai tujuan jangka panjang.
Selain itu, AS menginginkan diplomasi berkelanjutan untuk menyelesaikan krisis seputar program nuklir dan rudal balistik Korea Utara.
Biden bahkan menyinggung penindasan etnis Uighur oleh otoritas China di wilayah Xinjiang, sebuah pernyataan yang menyulut tanggapan dari Beijing.
“Itu sama sekali tidak berdasar. AS harus lebih memperhatikan masalah hak asasi manusianya sendiri,” kata utusan China untuk PBB.
Baca Juga: Senat AS Sahkan RUU Antikerja Paksa Uighur, Ini Dampaknya ke Beijing