Masjid dan Komunitas Muslim di Belanda Dimata-Matai Pemerintah

Pemerintah kota meggunakan jasa perusahaan swasta

Jakarta, IDN Times - Media lokal Belanda melaporkan, setidaknya 10 kota besar dan kecil di negara itu diam-diam menyelidiki masjid dan institusi Islam melalui perusahaan swasta.

Upaya mematai-matai ini disebut-sebut dilakukan dengan penyamaran yang melanggar hukum.

Baca Juga: Sempat Dilanda Teror, Selandia Baru Loloskan UU Terorisme

1. Penyelidikan dituding melanggar hukum

Masjid dan Komunitas Muslim di Belanda Dimata-Matai PemerintahFoto hanya ilustrasi. (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)

Dilansir Middle East Eye, yang mengutip dari NRC Handelsblad, disebutkan bahwa pejabat asosiasi masjid dan anggota yang aktif dalam komunitas muslim diselidiki Nuance door Training and Advice (NTA) atas nama pemerintah kota.

Upaya mematai-matai dilakukan dengan penyamaran yang melanggar hukum. Staf NTA dilaporkan memasuki masjid dan mengunjungi tokoh masyarakat tanpa mengungkap identitas aslinya di sejumlah kota, termasuk Rotterdam, Delft, Almere, Huizen, Leidschendam-Voorburg, Zoetermeer, Veenendaal, dan Ede.

2. Penyelidikan menelan biaya Rp4,9 miliar

Masjid dan Komunitas Muslim di Belanda Dimata-Matai PemerintahIlustrasi umat Muslim (pixabay.com/suhailsuri)

Diketahui pula penyelidikan tersebut diduga menelan biaya hingga 347.990 dolar AS atau sekitar Rp4,9 miliar.

Dikabarkan pula hasil investigasi disajikan dalam bentuk tertulis, tetapi tidak dipublikasikan atau dibagikan ke dewan kota serta organisasi yang diselidiki.

Sontak berita tersebut menimbulkan ketidakpuasan di kalangan komunitas Muslim, yang merasa mereka telah "didiskriminasi" melalui penyelidikan rahasia.

3. Islamofobia di Belanda semakin parah

Masjid dan Komunitas Muslim di Belanda Dimata-Matai PemerintahUmat muslim menunaikan ibadah shalat Idul Adha 1441 H di Masjid Al Azhar, Jakarta, Jumat (31/7/2020). Umat muslim di seluruh Indonesia mulai melaksanakan shalat Idul Adha secara berjamaah di tengah pandemik COVID-19. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pras.

Spior, organisasi yang mewakili umat Islam yang mendorong partisipasi mereka dalam masyarakat Belanda, mengeluarkan pernyataan yang menyebut penyelidikan itu sebagai bentuk Islamofobia.

“Dengan pemerintah yang begitu keras dan radikal menggambarkan komunitas Muslim sebagai ‘kelompok lain' dan ‘berpotensi berbahaya’, populisme tampaknya telah mencapai tingkat pemerintahan yang lebih tinggi,” kata organisasi itu.

Awal tahun ini, politikus sayap kanan, Geert Wilders, berkampanye untuk menutup masjid, sekolah Islam, dan melarang Al-Qur'an di Belanda. Partainya, Party for Freedom (PVV), juga menyerukan pembentukan kementerian yang bertugas untuk de-islamifikasi

Baca Juga: Belanda: Apple Lakukan Pelanggaran Kompetisi Bisnis

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya