Umumkan Penambahan Pasukan, Ukraina: Demi Perdamaian Masa Depan

Ukraina tidak ingin pasukan ditambah untuk berperang

Jakarta, IDN Times - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, meminta anggota parlemen tetap tenang dan tidak panik, seiring rencana pemerintah untuk menambah pasukan militer.

Zelensky telah menandatangani dekret yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan tentara Ukraina sebanyak 100 ribu tentara dalam tiga tahun ke depan. Saat ini, jumlah angkatan bersenjata di Ukraina sekitar 250 ribu tentara, sementara Rusia memiliki sekitar 900 ribu prajurit.

“(Peningkatan pasukan militer) bukan karena kita akan berperang, tetapi agar di masa depan ada perdamaian di Ukraina,” kata Zelenskiy, dikutip dari RNZ, Rabu (2/2/2022).

1. AS siap berdialog lebih lanjut

Umumkan Penambahan Pasukan, Ukraina: Demi Perdamaian Masa DepanMenteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken. (Twitter.com/SecBlinken)

Rusia telah memusatkan sekitar 100 ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina, sebuah tindakan yang disebut Amerika Serikat (AS) dan sekutunya sebagai langkah awal untuk menginvasi Ukraina.

Kremlin membantah tuduhan itu dan berdalih bahwa negara berdaulat memiliki hak untuk menempatkan militernya di mana saja.

Pasukan Rusia juga telah mengadakan latihan di Belarus dan di wilayah Moldova yang memisahkan diri. Tindakan itu memicu spekulasi bahwa Rusia akan menginvasi Ukraina dari berbagai arah.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyatakan kesiapannya untuk kembali berdialog dengan Moskow demi menyudahi krisis di Ukraina. Pada saat yang sama, Departemen Luar Negeri AS juga menyerukan agar Moskow segera menarik pasukan dan perangkat militer dari perbatasan Ukraina.  

Baca Juga: Debat Keras AS-Rusia di DK PBB tentang Ukraina

2. Ukraina menjalin kerja sama keamanan dengan Inggris dan Polandia

Umumkan Penambahan Pasukan, Ukraina: Demi Perdamaian Masa DepanPerdana Menteri Inggris, Boris Johnson, saat mengumumkan kebijakan lockdown nasional ketiga pada 5 Januari 2020. (Facebook.com/Boris Johnson)

Ukraina sedang menjajaki kerja sama dengan Polandia dan Inggris untuk memperkuat keamanan. 

Ketika berkunjung ke Kiev, Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki, mengatakan Warsawa akan membantu Ukraina dengan pasokan gas dan senjata, serta bantuan kemanusiaan dan ekonomi.

“Tinggal dekat dengan tetangga seperti Rusia, kami merasa seperti tinggal di kaki gunung berapi,” kata Morawiecki, seraya menjanjikan amunisi artileri Ukraina, bom mortir, sistem pertahanan udara portabel, dan drone pengintai.

Sementara, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga mengunjungi Kiev pada Selasa (1/2/2022).

"Kami mendesak Rusia untuk mundur dan melibatkan diri dalam dialog untuk menemukan resolusi diplomatik, serta menghindari pertumpahan darah lebih lanjut," kata Johnson.

3. Tuntutan keamanan Ukraina ditolak NATO

Umumkan Penambahan Pasukan, Ukraina: Demi Perdamaian Masa DepanPresiden Rusia Vladimir Putin (ANTARA FOTO/REUTERS/Maxim Zmeyev)

Ketegangan terus berlanjut karena tuntutan keamanan Rusia ditolak Barat, antara lain menentang Ukraina bergabung dengan NATO dan meminta seluruh pasukan NATO ditarik dari Eropa Timur.

Sebaliknya, negara-negara Barat bersikukuh bahwa senjata dan pasukan yang telah didistribusikan dapat dikelola, sembari membangun kepercayaan dengan Rusia.

Rusia belum mengisyaratkan langkah selanjutnya. Namun, Kremlin menegaskan, Presiden Vladimir Putin akan menanggapi segala hal yang dianggap perlu.

Dalam berbagai kesempatan, Barat telah memperingatkan bahwa Rusia akan sangat merugi dengan sederet sanksi yang dijatuhkan, apabila menginvasi Ukraina.

Di sisi lain, negara-negara Eropa tampaknya berbeda sikap menanggapi Rusia, mengingat negara itu merupakan pemasok hampir sepertiga kebutuhan gas di benua biru.

Baca Juga: Belarus Siap Berperang Bersama Rusia jika Jadi Menginvasi Ukraina

Topik:

  • Rochmanudin
  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya