Vladimir Putin Disebut Ingin Mendirikan New Soviet secara Paksa

Warga Ukraina ajak Kazakhstan tolak intervensi Putin

Jakarta, IDN Times – Warga Ukraina menggelar unjuk rasa di Kyiv dan Kharkov pada akhir pekan lalu. Demonstrasi digelar bukan saja untuk mendukung pertemuan Amerika Serikat (AS)-Rusia soal ancaman aneksasi Kremlin, tetapi mereka juga menyuarakan dukungan kepada Kazakhstan.

Dilansir dari Al Jazeera, para pengunjuk rasa turut menentang keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengirim pasukan ke Kazakhstan. Perangkat protes yang mereka gunakan adalah bendera Ukraina, yang bersanding dengan bendera Kazakhstan dan poster bertuliskan ‘Katakan tidak untuk Putin’.

“Setiap negara memiliki hak untuk melindungi hak sosial ekonomi dan politik mereka melalui protes damai. Kami mengutuk kekerasan dalam bentuk apapun, tetapi kami juga menentang intervensi militer asing di Kazakhstan dengan kedok operasi penjaga perdamaian,” kata Vitalu Shevchuk, salah satu demonstran yang tergabung dalam komunitas Dronarium.

Baca Juga: Vladimir Putin: Runtuhnya Uni Soviet adalah Kehancuran Rusia

1. Putin kirim pasukan ke Kazakhstan

Vladimir Putin Disebut Ingin Mendirikan New Soviet secara PaksaPetugas penegak hukum Kazakh terlihat di barikade selama protes yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar di Almaty, Kazakhstan, Rabu (5/1/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Pavel Mikheyev.

Kerusuhan di Kazakhstan bermula dari protes damai terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kemudian, demonstrasi menjalar ke seluruh negeri dan aspirasi yang disuarakan menjadi menuntut pemerintah mengundurkan diri.

Kerusuhan menyebabkan lebih dari 164 tewas, termasuk puluhan polisi, dan 2.000 orang luka-luka. Hampir 6 ribu orang telah ditahan.

Untuk menyudahi kerusuhan, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev meminta bantuan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) untuk mengirimkan pasukannya. CSTO merupakan aliansi militer negara-negara pecahan Uni Soviet yang dipimpin oleh Rusia.

“Diktator (Putin) ingin membangun kembali Uni Soviet dengan paksa. Dia harus dihentikan. Kami orang Ukraina akan melawan penjajah. Kami menyerukan Barat untuk tidak menerima ultimatum Putin,” kata Olga Angelova, merujuk pada pertemuan antara AS-Rusia pekan ini.

Baca Juga: Rusia Murka dengar Pernyataan Menlu AS Blinken soal Kazakhstan

2. Kerusuhan di Kazakhstan akan mempengaruhi dialog Rusia-AS

Vladimir Putin Disebut Ingin Mendirikan New Soviet secara PaksaPenegak hukum berjaga di luar kantor pemerintah kota selama aksi protes menentang naiknya harga LPG menyusul keputusan otoritas Kazakh untuk mencabut batas harga bahan bakar gas cair di Almaty, Kazakhstan, Rabu (5/1/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Pavel Mikheyev.

Amerika Serikat (AS) menentang keputusan Putin mengirim pasukan keamanan ke Kazakhstan. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan, ketika Rusia telah mengirimkan pasukannya, tidak mungkin mereka akan angkat kaki dalam waktu beberapa pekan.

Sejumlah analis menilai keputusan Putin akan mempengaruhi pertemuan seputar nasib Ukraina. Menurut pengamat dari BlueBay Asset Management, Timothy Ash, Putin berada pada posisi dilema dalam menyikapi Kazakhstan dan Ukraina.

“Putin kemungkinan akan gusar dan mencari kemenangan besar di Ukraina sebagai pengalihan dari penghinaannya di Kazakhstan,” kata Timothy.

“(Sebaliknya, Presiden AS Joe) Biden kemungkinan akan melihat situasi di Kazakhstan sebagai momen untuk melemahkan Putin.  AS akan menilai situasi tersebut dengan memperkecil kemungkinan Putin akan mengambil risiko krisis di dua sisi. Jadi Biden juga cenderung tidak berkompromi. Ini membuat situasi di Ukraina tidak kalah berbahaya,” papar dia.

Baca Juga: Presiden Kazakhstan Sebut Kerusuhan di Negaranya sebagai Upaya Kudeta

3. AS sedang siapkan sanksi jika Rusia aneksasi Ukraina

Vladimir Putin Disebut Ingin Mendirikan New Soviet secara PaksaMenteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken. (Twitter.com/SecBlinken)

AS selama berminggu-minggu telah memperingatkan Rusia yang menempatkan banyak pasukan di dekat Ukraina, yang memunculkan spekulasi seputar invasi. Tidak diyakini apakah ada pergerakan signifikan dalam beberapa minggu terakhir, tapi ada laporan yang mengatakan Rusia telah menarik 10 ribu pasukannya pada akhir Desember.

Namun, tetap saja pasukan yang tersisa berada pada posisi dapat menganeksasi Ukraina kapan saja. Akibatnya, AS dan Ukraina telah memperluas kerja sama di bidang intelijen dan keamanan.

Jika Moskow mengambil tindakan militer, para pejabat Washington sedang mempersiapkan sanksi yang bahkan bellum pernah diterapkan. AS juga mencoba mencari dukungan dari sekutunya di Eropa terkait sanksi.

Agar negosiasi berhasil, harus ada kompromi. Rusia telah menawarkan ultimatum sebagai imbalan untuk meredakan ketegangan dengan Ukraina, salah satunya adalah Rusia tidak mau Ukraina menjadi anggota NATO, ultimatum yang langsung ditolak oleh AS.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya