WHO: Akhir Pandemik di Depan Mata, 3 Bulan ke Depan Fase Kritis
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Utusan khusus World Health Organization (WHO) untuk COVID-19 mengatakan, akhir dari pandemik COVID-19 telah terlihat. Tapi, dia juga mengatakan bahwa tiga bulan ke depan akan menjadi masa-masa yang berat karena penyebaran varian Omicron.
“Kita dapat melihat akhir (pandemik) di depan mata, tapi kita belum sampai di sana. Ada beberapa rintangan sebelum kita sampai di sana. Ini akan menjadi masa sulit setidaknya tiga bulan ke depan,” kata utusan WHO, David Nabarro kepada Sky News.
Omicron menjadi salah satu tantangan yang dimaksud Nabarro, karena varian ini telah memberikan tekanan kepada sistem kesehatan.
Baca Juga: WHO Sebut Setengah Populasi Eropa Akan Terpapar Varian Omicron
1. WHO soroti ancaman mutasi varian Omicron
Nabarro tidak hanya khawatir dengan lonjakan rawat inap. Dia juga khawatir dengan ancaman mutasi dari varian Omicron.
“Virus ini berkembang. Kita saat ini menghadapi Omicron, tapi kita akan dihadapkan dengan lebih banyak varian. Dan itu benar-benar mempengaruhi seluruh dunia,” ujar dia.
Kemudian, Nabarro menyadari bahwa pembatasan sosial mejadi cara yang efektif untuk menekan penularan. Namun, dia juga sadar bahwa kebijakan itu sulit diterapkan saat ekonomi suatu negara sangat terdampak pandemik.
“Sangat jelas bahwa tidak ada ruang untuk pembatasan besar di negara mana pun, terutama di negara miskin. Orang-orang harus tetap bekerja, dan ada beberapa pilihan yang sangat sulit bagi para politisi saat ini,” katanya.
2. Pola virus corona akan melonjak setelah sempat melandai
Editor’s picks
Apa yang dimaksud akhir dari pandemik adalah COVID-19 menjadi endemik, yaitu ketika virus corona dinilai selayaknya influenza.
Namun, ada juga yang meragukan soal prediksi COVID-19 menjadi endemik dalam waktu dekat. Sebab, kurva infeksi menunjukkan, setiap tahun sedikitnya terjadi dua hingga tiga kali fase kritis atau gelombang baru pandemik.
“Virus ini bekerja dengan lonjakan drastis, kemudian turun lagi, dan melonjak lagi setiap tiga atau empat bulan. Sulit untuk memprediksi masa depan berdasarkan pola di masa lalu dan saya tidak suka melakukan hal itu,” ujar Nabarro.
"Tetapi saya setuju bahwa pola yang akan terjadi dengan virus ini adalah lonjakan yang berkelanjutan, dan hidup dengan COVID-19 berarti mampu mempersiapkan lonjakan ini dan bereaksi dengan sangat cepat ketika itu terjadi," lanjutnya.
3. Negara harus siapkan strategi untuk hadapi COVID-19 sebagai endemik
Secara global, infeksi COVID-19 telah mencapai 307 juta kasus dan hampir mendekati 5,5 juta kematian. WHO menduga bahwa angka kematian yang asli dua hingga tiga kali lipat lebih tinggi.
WHO juga memprediksi bahwa dalam dua bulan ke depan setengah dari populasi Eropa akan terinfeksi Omicron, jika tren penularan di Benua Biru tetap seperti ini.
“Hidup dapat terus berjalan, kita dapat membuat ekonomi hidup kembali di banyak negara, tetapi kita harus benar-benar memiliki rencana yang sangat baik untuk menghadapi lonjakan itu,” ungkap Nabarro.
Baca Juga: Indonesia Tawarkan 5 Vaksin Booster Gratis, Apa Saja?