WHO Marah, Banyak Negara Kaya Pakai Vaksin COVID-19 untuk Booster

WHO sebut banyak negara masih kekurangan vaksin

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mewanti-wanti negara kaya agar tidak memesan vaksin COVID-19 untuk suntikan booster atau dosis penguat. Sebab, masih banyak negara miskin yang bahkan tenaga kesehatannya belum divaksinasi.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan betapa pentingnya pemerataan vaksin di tengah ancaman varian Delta, mutasi virus corona yang pertama kali terdeteksi di India dan diyakini memiliki daya penularan tinggi.

"Varian Delta menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan tinggi, mendorong lonjakan baru dalam kasus COVID-19 dan kematian," kata Tedros pada Senin (12/7/2021), dan menambahkan bahwa varian Delta telah ditemukan di lebih dari 104 negara, sebagaimana dikutip dari CNA.  

Baca Juga: WHO Salahkan Euro 2020 sebagai Penyebab Lonjakan Kasus COVID di Eropa

1. WHO sindir Pfizer dan Moderna

WHO Marah, Banyak Negara Kaya Pakai Vaksin COVID-19 untuk BoosterProses pembuatan vaksin COVID-19 oleh Pfizer (Facebook.com/Pfizer)

Mantan Menteri Kesehatan Ethiopia itu menyinggung Pfizer-BioNTech dan Moderna, yang mulai meminta izin dari regulator obat agar digunakan sebagai dosis penguat, serta mulai memperkenalkan manfaat dari suntikan booster di beberapa negara.

Alih-alih digunakan sebagai dosis penguat, kata Tedros, lebih baik vaksin Pfizer dan Moderna disumbangkan ke COVAX (organisasi dunia untuk pemerataan vaksin COVID-19), sehingga distribusinya bisa merata.

"Kesenjangan global dalam pasokan vaksin COVID-19 sangat tidak merata dan tidak adil. Beberapa negara dan wilayah memesan jutaan dosis booster, bahkan sebelum negara lain memiliki pasokan untuk memvaksinasi pekerja kesehatan dan mereka yang paling rentan," beber Tedros.

2. Belum ada penelitian yang menunjukkan urgensi dosis booster

WHO Marah, Banyak Negara Kaya Pakai Vaksin COVID-19 untuk BoosterIlustrasi vaksinasi (IDN Times/Herka Yanis).

Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan, WHO belum melihat urgensi dari vaksinasi penguat bagi individu yang telah menerima dosis lengkap. Tidak menutup kemungkinan suntikan booster diperlukan nanti, tapi Swaminathan yakin momennya bukan saat ini.

“Harus berdasarkan ilmu pengetahuan dan data, bukan pada masing-masing perusahaan yang menyatakan bahwa vaksin mereka perlu diberikan sebagai dosis booster,” katanya.

3. Negara yang memesan vaksin untuk booster harusnya malu

WHO Marah, Banyak Negara Kaya Pakai Vaksin COVID-19 untuk BoosterIlustrasi vaksin atau jarum suntik (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara, Kepala Program Kedaruratan WHO Mike Ryan menambahkan, negara-negara yang memesan vaksin untuk dosis penguat seharusnya malu.

"Saat ini, kami mengutuk ratusan juta orang karena tidak memiliki perlindungan. Ini seperti orang-orang yang ingin memiliki kue dan memakannya, kemudian mereka ingin membuat kue lagi dan memakannya lagi,” tutur Ryan.

“Kami akan melihatnya dengan penuh kemarahan, dengan penuh rasa malu,” tutup Ryan, merujuk pada negara-negara yang menggunakan stok vaksin sebagai dosis penguat.
 

Baca Juga: COVID-19 Bunuh 4 Juta orang, WHO Salahkan Ketimpangan Vaksin 

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya