Presiden terpilih Prabowo Subianto ketika menemui Presiden Vietnam, Tò Lám di Hanoi. (Dokumentasi tim media Menhan)
Dilansir dari Straits Times, Selasa (11/2/2025), reformasi yang digambarkan sebagai 'revolusi' oleh para pejabat Vietnam akan memangkas jumlah kementerian dan lembaga pemerintah dari 30 menjadi 22. Mulai dari media, pegawai negeri, polisi dan militer, semua akan menghadapi pemotongan tersebut.
Menurut pemerintah, hampir dua juta orang bekerja di sektor publik pada tahun 2022. Nantinya, satu dari lima pekerjaan ini akan hilang dalam lima tahun ke depan.
Dari pemangkasan tersebut, 100 ribu orang akan diberhentikan atau ditawarkan pensiun dini. Namun, belum ada kejelasan tentang bagaimana target yang jauh lebih besar itu akan tercapai.
Beberapa orang telah diberi pemberitahuan, seperti Thanh, nama samaran untuk melindungi identitasnya mengatakan, kariernya selama 12 tahun sebagai produser TV dihentikan secara 'agresif' pada Januari.
Saluran berita yang dikendalikan negara tempat dia bekerja ditutup, satu dari lima penyiar juga diberhentikan. Ayah dua anak itu diberi pemberitahuan dua minggu.
"Menyakitkan untuk dibicarakan," kata pria berusia 42 tahun itu, yang beralih menjadi sopir taksi.
Berlandaskan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa sebesar 7,1 persen pada 2024, Vietnam menargetkan pertumbuhan sebesar 8 persen pada 2025. Negara itu kini menjadi pusat manufaktur global yang sangat bergantung pada ekspor.
Namun, kecemasan meningkat atas potensi kerentanan negara tersebut terhadap tarif di bawah pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang baru. Birokrasi yang membengkak juga dipandang sebagai penghambat pertumbuhan, seperti halnya kampanye antikorupsi yang gencar dilakukan yang telah memperlambat transaksi sehari-hari.
Vietnam menargetkan untuk menjadi negara berpendapatan menengah pada 2030 dan melompat ke jajaran negara berpendapatan tinggi pada 2045.
“Mereka benar-benar ingin mencapai tujuan tersebut,” kata Dr. Nguyen Hong Hai, seorang Cendekiawan Vietnam Fulbright di Universitas Amerika di Washington, DC.
Menurutnya, ini merupakan cara menunjukkan legitimasi partai.