Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump: AS Akan Memiliki Gaza secara Perlahan

ilustrasi peta Jalur Gaza (Mor, Public domain, via Wikimedia Commons)
ilustrasi peta Jalur Gaza (Mor, Public domain, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan kembali komitmennya untuk membeli dan memiliki Gaza. Pada Minggu (9/2/2025), Trump mengatakan wilayah kantong Palestina tersebut harus dianggap sebagai situs real estate besar dan menyerahkan sebagian pembangunannya ke negara-negara Timur Tengah.

"Kami mungkin akan memberikannya kepada negara-negara lain di Timur Tengah untuk membangun sebagiannya, orang lain mungkin melakukannya, melalui naungan kami. Namun, kami berkomitmen untuk memilikinya, mengambilnya, dan memastikan Hamas tidak kembali. Tidak ada yang perlu dilakukan kembali. Tempat itu adalah lokasi pembongkaran," kata Trump.

Pada awal bulan ini, Trump telah mengatakan Washington akan mengambil alih Gaza dan memukimkan kembali warga Palestina di tempat lain. Usulan tersebut mendapat kecaman luas dari Palestina, serta negara-negara Arab dan banyak negara lain di dunia.

"AS akan memilikinya (Gaza) dan akan perlahan, sangat lambat, kami tidak terburu-buru, mengembangkannya. Kami membawa stabilitas ke Timur Tengah dan bagian Timur Tengah yang dilanda perang, bagian dari Timur Tengah yang telah menyebabkan masalah yang sangat besar, Jalur Gaza, dan akan memilikinya," ujar Trump, dikutip dari Anadolu.

1. Hamas: Gaza bukan properti yang dapat diperjualbelikan

Hamas menyatakan penolakannya terhadap usulan Trump pada Minggu. Milisi perlawanan Palestina itu menyebut pernyataan Trump tidak masuk akal.

"Gaza bukanlah properti yang dapat diperjualbelikan, dan merupakan bagian integral dari tanah Palestina yang kami duduki. Menangani masalah Palestina dengan mentalitas seorang pedagang real estate adalah resep kegagalan," kata anggota biro politik Hamas, Izzat al-Risheq.

"Rakyat Palestina akan menggagalkan semua rencana pengungsian dan deportasi. Gaza adalah milik rakyatnya," tambahnya, dilaporkan oleh Al Jazeera.

Senada dengan hal itu, para pemimpin regional juga menolak rencana Trump. Negara-negara tetangga, seperti Mesir dan Yordania dengan tegas menolak seruan untuk menerima pengungsi Palestina. Menurut PBB, agresi Israel telah menyebabkan 90 persen penduduk Gaza mengungsi, di mana banyak dari mereka terpaksa pindah berulang kali. 

2. Trump klaim pengungsi Palestina tidak ingin kembali ke Gaza

Reruntuhan Gaza akibat serangan Israel. (Palestinian News & Information Agency (Wafa) in contract with APAimages, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)
Reruntuhan Gaza akibat serangan Israel. (Palestinian News & Information Agency (Wafa) in contract with APAimages, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)

Trump juga mengklaim bahwa pengungsi Palestina lebih memilih untuk tidak kembali ke Gaza. Pemimpin itu berharap Mesir dan Yordania, yang didukung oleh negara-negara lain, akan membantu para pengungsi. Trump menyarankan agar Arab Saudi dan negara lain dapat mengeluarkan sejumlah uang untuk hal tersebut.

"Jika kami bisa memberi mereka rumah di daerah yang lebih aman, (di mana) satu-satunya alasan mereka ingin kembali ke Gaza adalah karena mereka tidak punya alternatif lain. Ketika mereka punya alternatif, mereka tidak ingin kembali ke Gaza," ungkap Trump.

"Tempat-tempat tersebut sangat tidak aman. Tapi kami akan menjadikannya tempat yang sangat bagus untuk dikembangkan di masa depan oleh seseorang. Kami akan membiarkan negara-negara lain mengembangkan sebagian darinya. Ini akan sangat indah. Orang-orang bisa datang dari seluruh dunia yang tinggal di sana," tambah dia. 

Terkait warga Palestina, Trump mengatakan akan menjaga dan memastikan mereka hidup dengan indah, harmonis, dan damai. Dia menyebut Gaza sebagai tempat yang paling berbahaya di dunia untuk ditinggali.

3. Netanyahu sebut Trump memiliki visi revolusioner dan kreatif

Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin netanyahu. (US Congress, Public domain, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin netanyahu. (US Congress, Public domain, via Wikimedia Commons)

Pada rapat kabinet setelah kembali dari AS, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan kunjungan dan diskusi yang diakukannya dengan Trump membawa tambahan pencapaian luar biasa, yang dapat menjamin keamanan Israel selama beberapa generasi.

Kepada kabinetnya, Netanyahu mengatakan bahwa Trump menyajikan visi yang berbeda untuk hari setelah agresi di Gaza. Netanyahu menyebut bahwa pihaknya membutuhkan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di wilayah kantong tersebut, yaitu Otoritas Palestina.

"Presiden Trump datang dengan visi yang sangat berbeda, jauh lebih baik bagi negara Israel. Sebuah visi yang revolusioner dan kreatif, dan kami sedang mendiskusikannya. Dia sangat bertekad untuk menerapkannya. Ini juga membuka banyak kemungkinan bagi kami," ujarnya, mengutip CNN.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Angga Kurnia Saputra
EditorAngga Kurnia Saputra
Follow Us

Latest in News

See More

Cara Jakarta Jaga Lingkungan: Dari Bank Sampah hingga Energi Hijau

22 Sep 2025, 09:55 WIBNews