Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Hudson Institute memberikan penghormatan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari Israel dengan Penghargaan Herman Kahn 2016, Kamis 22 September 2016. (commons.wikimedia.org/Hudson Institute)
Hudson Institute memberikan penghormatan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari Israel dengan Penghargaan Herman Kahn 2016, Kamis 22 September 2016. (commons.wikimedia.org/Hudson Institute)

Intinya sih...

  • Ratusan warga Israel berkumpul di Chords Bridge, Yerusalem, sebelum long march menuju kediaman Netanyahu, dengan membawa poster bertuliskan ‘Enough’ dan menuntut gencatan senjata serta kesepakatan pertukaran tahanan.

  • Aksi serupa berlangsung di Tel Aviv, sementara sekitar 1.000 demonstran lainnya turun ke jalan di persimpangan Karkur, Haifa.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Ribuan warga Israel kembali turun ke jalan pada Sabtu (6/9/2025) untuk menekan pemerintah agar segera mencapai kesepakatan pertukaran tahanan dengan kelompok Hamas. Aksi digelar di beberapa kota besar, termasuk di depan rumah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem, serta di Tel Aviv.

Desakan publik semakin keras setelah keluarga sandera di Gaza mengirimkan pesan langsung kepada Kepala Staf Angkatan Darat, Eyal Zamir. Mereka memperingatkan rencana militer untuk menduduki Gaza City tidak akan membawa pulang para sandera, melainkan membahayakan nyawa mereka.

Kemarahan keluarga korban dan simpatisan semakin kuat seiring berjalannya perang Israel di Gaza yang kini memasuki hari ke-700. Menurut otoritas kesehatan setempat, lebih dari 64 ribu warga Palestina tewas, sementara kondisi di Jalur Gaza kian memburuk akibat blokade dan ancaman kelaparan massal.

1. Ribuan warga Israel tuntut kesepakatan

Warga Israel sedang berdemonstrasi. (twitter.com/Jewish Community)

Menurut laporan Channel 12, ratusan warga Israel berkumpul di Chords Bridge, Yerusalem, sebelum melakukan long march menuju kediaman Netanyahu. Mereka membawa poster bertuliskan ‘Enough’ dan menuntut gencatan senjata serta kesepakatan pertukaran tahanan.

“Netanyahu harus mengakhiri mimpi buruk ini dan membawa semua sandera pulang,” ujar Vicky Cohen, ibu dari salah satu sandera, Nimrod Cohen, dalam orasinya, dikutip dari Anadolu, Minggu (7/9/2025).

Aksi serupa juga berlangsung di Tel Aviv. Media Israel, Yedioth Ahronoth, yang melaporkan ribuan orang memadati Hostage Square, sementara sekitar 1.000 demonstran lainnya turun ke jalan di persimpangan Karkur, Haifa.

2. Sandera masih ditahan di Gaza

poster para sandera Israel (Chenspec, CC BY-SA 4.0 , via Wikimedia Commons)

Hamas menculik sekitar 250 orang saat serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023. Pemerintah Israel memperkirakan saat ini 50 orang masih ditahan di Gaza, dengan sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup.

Keluarga korban menuntut agar pemerintah segera mengedepankan negosiasi, bukan operasi militer, yang dinilai justru mengancam keselamatan sandera.

“Setiap hari tanpa kesepakatan adalah ancaman nyata bagi mereka yang masih bertahan,” kata salah seorang pengunjuk rasa.

Tekanan publik semakin menyoroti kebuntuan politik di dalam negeri. Netanyahu menghadapi tuduhan gagal memberikan solusi diplomatis, sementara oposisi menyebut pemerintah terlalu mengutamakan operasi militer dibandingkan penyelamatan warga negaranya sendiri.

3. Perang Gaza memasuki hari ke-700

Potret rumah sakit Nasser di Gaza pasca serangan udara Israel, Senin (25/8/2025). (x.com/MSF)

Konflik Israel–Hamas telah berlangsung lebih dari 700 hari, menjadikannya salah satu perang paling panjang dan mematikan di kawasan. Data terbaru mencatat 64.300 warga Palestina tewas, dengan ribuan lainnya luka-luka. Infrastruktur sipil di Gaza, mulai dari rumah sakit, sekolah, hingga sistem distribusi pangan, nyaris runtuh.

Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Selain itu, Mahkamah Internasional (ICJ) juga tengah mengadili Israel atas tuduhan genosida. Proses hukum internasional ini semakin meningkatkan tekanan terhadap pemerintah Netanyahu di tengah krisis domestik yang kian meluas.

Editorial Team