ilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)
Studi terbaru yang belum melalui proses peer-reviewed menunjukkan, varian Omicron lebih cepat masuk ke saluran udara bagian atas kalau dibandingkan dengan varian Delta atau SARS-CoV-2 yang asli. Tetapi, varian itu jauh lebih lambat dalam menginfiltrasi jaringan paru-paru.
Studi lain yang dilakukan oleh peneliti gabungan Amerika Serikat dan Jepang menyebut, tikus yang terinfeksi Omicron memiliki kerusakan paru-paru yang lebih sedikit, penurunan berat badan yang lambat, dan kemungkinan mati yang lebih kecil daripada mereka yang terinfeksi varian Delta.
Studi Omicron di Glashow menyumpulkan, varian ini tidak menyebabkan kerusakan paru-paru pada pasiennya, yang berarti kemungkinan gejala parah akan semakin minim.
Kendati begitu, para peneliti tetap mengingatkan bahwa lonjakan kasus akan berdampak terhadap kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien.
"Sudah diterima secara luas, meskipun variannya lebih ringan, tapi jumlah orang yang terinfeksi dapat menyebabkan rawat inap yang tinggi,” kata dokter dari Inggris, Amir Khan.