Pengaruh Drama Realitas Terhadap Perilaku Sosial Kita

Mengapa banyak drama realitas disekitar kita?

Hai Millenials, tentunya kita bingung apa itu drama realitas dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial kita. Mengapa banyak orang memakai "topeng drama" dalam berinteraksi dengan sesamanya? "topeng drama" merupakan sikap profesionalisme dalam bekerja dan berinteraksi, namun tidak selamanya efektif karena sifatnya yang dipandang munafik dan mengalami gangguan perilaku.

Seperti memahami perilaku sosial, dalam hidup tentu tidak selalu flat/datar, drama realitas merupakan suatu hal yang wajar, namun ketika drama itu menjadi lebay, alay, kepo, dll  akhirnya akan bersifat mengganggu akan mempengaruhi Perilaku sosial kita juga. Jadi, Mari pahami dahulu mengenai Drama Realitas yang dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu Introvert dan Ekstrovert seperti berikut ini, :

1. Drama Realitas Introvert

Pengertian Drama sejatinya adalah bentuk peran dalam sebuah gerakan, Realitas adalah bentuk nyata dan riil dari sebuah entitas dan eksistensi yang murni ada, sedangkan Introvert adalah perilaku tertutup dan menutup diri. Drama Realitas Introvert sering dipakai untuk kepentingan politik, kudeta, maupun kekuasaan. Mengapa? Karena DRI yang satu ini merupakan faktor drama yang paling sulit untuk ditebak arahnya selama kita menjadi penonton setianya.

DRI ini dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari untuk memetakan pola dan perilaku sosial dimasyarakat tanpa resiko untuk diketahui orang lain karena bersifat internal atau dalam lingkungan orang terpercaya. Seperti contohnya ketika ingin menguasai suatu perusahaan, DRI dapat dimanfaatkan mulai dari orang terdekat, kemudian melaporkan efek sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh peran tersebut terhadap perilaku sosial para pemeran didalamnya, yang kemudian pada saat yang tepat dapat dengan mudah mengintervensi kebijakan perusahaan, merubah SOP, dan memiliki perusahaan itu seperti layaknya parasit dalam tubuh badan usaha.

DRI ini dapat membantu kita mencari haters, parasit, radikalisme, musuh dalam selimut, dan persaingan tidak sehat disekitar kita dalam bekerja maupun bersosialisasi ketika kita menjabat sebagai pimpinan yang selalu kuatir akan loyalitas bawahannya. Ketika DRI ini diterapkan, kita membutuhkan orang terpercaya untuk berperan dalam drama tersebut, fungsinya membuat pro dan kontra akan suatu hal yang bersifat subjektif, teman-teman kita berperan untuk saling memusuhi dan membuat drama digrub atau komunitas pekerjaan kita yang bertujuan memancing keluar haters ini (biasanya yang yang memiliki usia tua dan baper/mudah tersinggung), ketika para haters ini mulai menampakkan diri, kita dapat memfilter pendapatnya melalui bahasa yang mereka pergunakan apakah mengandung unsur kudeta atau kebencian terhadap pekerjaannya yang membawa dampak sistemik kepada rekan kerjanya dan mempengaruhi sesamanya dalam perilaku sosialnya, setelah kita memfilter barulah memulai tahap eksekusi dengan menjauhi atau melakukan PHK oknum-oknum tersebut agar tidak menyebar dan merugikan banyak pihak. (sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Drama)

2. Drama Realitas Ekstrovert

Jenis DRE ini berbeda dari DRI, sejatinya DRE ini merupakan cara berpolitik untuk mengintervensi orang asing yang hendak melakukan tindakan kecurangan dalam lingkaran internal kita. Ketika Drama Realitas Ekstrovert ini diterapkan, hampir sama seperti DRI hanya menggunakan orang luar untuk mencari info dan mengeksekusi. DRE ini jarang dipakai dalam panggung politik dan perilaku sosial karena rata-rata orang cenderung mewaspadai ancaman yang ada dalam lingkungan sekitarnya, daripada diluarnya.

DRE ini biasanya dipakai saat suatu negara sedang dijajah atau direbut oleh negara lain, walau tidak sedetail DRI, namun efek DRE ini dapat menimbulkan pergolakan politik dalam jumlah yang besar hingga mampu menggulingkan pemerintahan seperti efek topeng "teroris", UFO, bom, dan lain sebagainya yang menimbulkan ketakutan dan perpecahan hingga dapat dikendalikan tanpa ada perlawanan. Mengapa demikian? Karena sifat ekstrovertnya tidak dapat dipahami oleh orang internal, mereka akan berusaha mempengaruhi dogma dan realita politik dari luar dengan membawa elemen topeng politik dalam ekonomi dasar yaitu permintaan dan kebutuhan, pengungsi, ketidakjelasan akan suatu kebenaran, dll yang kemudian menggerakkan massa dalam lingkup pagar sosial dan mengindentifikasi perbedaan seperti politik devide et impera, namun bedanya tanpa perlu campur tangan lebih jauh. 

Pihak yang terjebak dalam pagar sosial ini akan dengan sendirinya menjadi kanibal dan memusuhi sesamanya. Yang akhirnya dapat mempengaruhi psikologi dan mental kita terhadap diri kita sendiri hingga menimbulkan sesuatu yang akan kita sesali dimasa depan seperti perang, kelaparan, kemiskinan, dll. Harus ada sistem birokrasi berbasis pendataan empiris, batasan dan larangan dalam eksekusi hukum yang lengkap untuk mencegah hal ini, karena perlakunya telah dipakai dan terlihat berhasil dibeberapa negara yang lemah berpolitik. (Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Drama)

Jadi itulah 2 bentuk Drama realitas yang sempat dibahas disini, semoga menambah wawasan kita akan dunia topeng di sekitar kita guys! Menjadi diri sendiri tetap lebih baik daripada bertahan menjadi orang lain.

Galih Photo Writer Galih

Fun fearless man

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya