Otoritas Moneter Berlomba Menjinakkan Inflasi 

The Fed dan ECB mengambil berbagai kebijakan

Akhir-akhir ini sepertinya terjadi persaingan untuk mewujudkan perbaikan antara Ketua Federal Reserve (The FED) Jerome Powell di AS dan President ECB di Eropa, Christian Laggard. Keduanya melakukan tindakan yang diperlukan untuk menjinakkan inflasi. Tampaknya dalam hal ini ECB lebih berhasil daripada rekannya di AS, di mana dalam pertemuan ECB Board terakhir, mereka telah mulai membahas tentang program penurunan suku bunga.

Sedangkan Ketua The FED Jerome Powell masih merasa perlu menekankan bahwa apa yang diusahakan  The FED untuk mengendalikan inflasi telah menunjukkan hasil. Ini yang ditunggu pasar bahwa bank sentral AS berjanji bekerja keras untuk mengendalikan inflasi.

Bagaimana pun, tampaknya untuk kembali menggunakan target inflasi dua persen belum akan bisa dicapai dalam waktu dekat, baik di EU maupun AS. Pasar tampaknya puas dengan sikap ini, yang tampak pula pada tambahan kesempatan baru di AS yang terus membaik. Ini juga menggembirakan negara-negara berkembang termasuk Indonesia sebagai mitra dagang negara-negara maju.

Lebih baik lagi setelah kemudian diberitakan bahwa Presiden Xi Jinping bagaikan seorang CEO dengan upaya salesmanship yang menarik waktu menerima kunjungan CEO-CEO dan pengusaha AS di Beijing yang tentu akan membawa dampak positif terhadap penanaman modal AS di China dan sebaliknya. Jadi dari berbagai aspek tampak bahwa diplomasi hubungan perdagangan global berjalan bagus yang semoga akan berlanjut.

Namun perkembangan di Israel tidak menunjukkan gambaran yang positif. PM Netanyahu
dengan dukungan ekstrim kanannya tampak tidak memperhatikan desakan AS dan negara- negara anggota NATO, termasuk Jerman yang terus mengritik semakin besarnya jumlah korban orang sipil Palestina yang tewas, ditambah veto dari Rusia dan China terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB agar terjadi cease fire secepatnya di Gaza.

Dengan demikian masih ada sejumlah masalah yang perlu penyelesaian untuk menghadirkan kedamaian di Timur Tengah. Semoga terjadi kerjasama yang rapi di saat dunia, termasuk di Timur Tengah, sedang bersama-sama merayakan karya penebusan Tuhan Jesua untuk menyingkirkan kematian dan mengembalikan kehidupan dengan penderitan dan kematiannya di atas salib.

Orang Yahudi merayakan passover, peringatan pembebasan mereka dari perbudakan di Mesir dan menuju ke Kanaan (istilah kuno untuk wilayah yang meliputi Israel, Palestina, Lebanon, serta sebagian Yordania, Suriah, dan sebagian kecil Mesir timur laut) dan penganut Islam mengakhiri ibadat puasa di bulan suci Ramadan. Semoga ketiga kepercayaan dan agama terbesar di dunia ini bersatu padu mewujudkan kedamaian di Timur Tengah yang sangat didambakan semua orang Palestina dan diharapkan di seluruh dunia. Minimal tidak ada salahnya untuk mencoba, kan?

Dalam pada itu di AS, bulan Nopember semakin dekat, semoga pemilih kedua partai besar,
Demokrat dan Republik, bisa secara disiplin dan proper manjatuhkan pilihan mereka, sehingga dalam waktu dekat akan terpilih presiden dan wakil presiden baru tanpa
dipermasalahkan seperti hasil pemilihan tahun 2020 lalu.

Di Indonesia, bulan Oktober nanti juga akan memiliki presiden dan wakil presiden baru,
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Keduanya diharapkan dapat memulai memimpin pemerintahan baru dan melanjutkan pembangunan yang telah dilaksanakan Presiden Joko Widodo dan seluruh presiden sebelumnya, menjalankan rencana kerja serta program yang telah dijanjikan dalam kampanye selama ini.

Terus terang saya sendiri melihat bahwa good will dari para pemilih sudah diberikan, demikian pula dari apa yang bisa dipantau dari para pemimpin regional bahkan global. Presiden terpilih Prabowo Subianto baru saja menyelesaikan kunjungannya ke China, bertemu dengan Presiden Xi Jinping dan para deputinya, yang dilanjutkan  pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Keduanya seperti menunjukkan  keterbukaan mereka untuk memulai kerjasama bilateral, melanjutkan hubungan baik yang sudah terjalin selama ini, dalam politik, perdagangan maupun ekonomi.

Hubungan dagang, seperti penggunaan mata uang nasional untuk membiayai perdagangan semoga dapat terus dikembangkan. Ini bukan untuk menyaingi USD, tetapi agar meningkatan hubungan perdagangan dengan menjunjung tinggi kaidah perdagangan terbuka dan bebas. Di mana Indonesia ingin melanjutkan program hilirisasi industri yang akan berdampak kepada perlunya pemasaran produk baru hasil hilirisasi tersebut.

Presiden terpilih Prabowo menekankan hal ini dalam berbagai uraiannya di depan pengusaha dan pejabat, termasuk pada waktu menerima undangan dari CSIS dan menjawab pertanyaan dari dubes Jepang untuk Indonesia. Presiden terpilih menjelaskan bahwa dia ingin Indonesia menjadi seperti Jepang dan negara maju yang lain.

Dengan tetap mengatakan bahwa masa tunggu presiden dan wakil presiden terpilih
menurut saya terlalu panjang, karena itu sambil menunggu waktu tersebut datang, mereka dapat langsung melaksanakan program kerja mereka untuk kemajuan masyarakat Indonesia yang sedang mempersiapkan era emas Indonesia tahun 2045 nanti.

Tentu presiden dan wakil presiden tepilih sudah siap dan ingin sekali mulai menjalankan tugas mereka, dan terus terang saya tidak membayangkan bahwa presiden yang masih
menyelesaikan masa jabatannya tidak ingin membuat program baru yang bersifat kejutan.
Tetapi marilah kita tunggu karena ini sudah menjadi kesepakatan bersama sampai sekarang.

Terus terang, kebiasan di AS bahwa pemilihan dilaksanakan bulan Nopember dan pelantikan di minggu pertama Januari tahun berikutnya tampaknya pas. Tapi ya sekarang mari kita patuhi bersama kesepakatan yang ada.

Masih ada satu hal lagi yang agak mengganjal, yaitu apa yang diajukan PDIP melalui
sekjennya, Hasto Kristiyanto bahwa mereka mengajukan ke Mahkamah Konstitusi agar dilakukan pemilihan presiden dan wakil presiden ulang . Alasannya, yang sudah terjadi itu tidak mengikuti aturan karena pasangan calon nomor 2, Prabowo-Gibran dianggap menyalahi ketentuan saat memilih cawapres Gibran yang disponsori bapaknya sendiri, Presiden Joko Widodo.

Karena itu Pemilu perlu diulang tanpa mengizinkan Paslon 2 ikut karena kesalahan tersebut. Buat saya, pengajuan kasus ini aneh, apalagi dilihat dari sisi hukum, kok enak saja, Paslon yang sekarang telah dinyatakan sebagai pemenang dengan kemenangan landslide, 58 persen terus dinyatakan tidak boleh ikut. Jadi enak banget dong. Ingat kan, Paslon 3 itu telah berhasil selama masa kampanye dari meraih elektibilitas 40 persen, melorot, akhirnya menjadi 17 bahkan 16 persen, lho kok sebagai hadiahnya dia boleh ikut lagi, sedangkan yang sekarang menang mutlak di pinggirkan. Demokratiskah cara ini? Silakan jawab sendiri. (Dradjad, 04/04/2024).

Guru Besar Emeritus, FEBUI, Jakarta, dan Guru Besar Tamu, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapore.

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya