Pemilihan Presiden AS, Sudah Pasti antara Biden Lawan Trump

Keduanya lawan di pilpres sebelumnya

Sehabis kemenangan mantan Presiden Donald Trump dalam kaukus di Iowa secara meyakinkan dengan meraih lebih dari 50 persen ballot di Iowa dan diikuti kemenangan serupa di
Primary Election untuk GOP di New Hempshire, --meskipun mantan Gubernur North Carolina tetap melanjutkan upayanya melawan mantan Presiden Trump, dan beban dampak kasus hukum yang menyebabkan dijatuhkannya denda sebesar US$ 5 juta untuk tuduhan perkosaan di suatu Department Store bertahaun-tahun lalu, dan US$ 83 juta untuk ganti kerugian pencemaran nama penulis dan kolumnis Jeanne Carrol--, tetap saja mantan Presiden Trump jelas akan memenangkan pemilihan calon Presiden Partai Republic yang akan datang.

Dengan demikian, pemilihan Presiden di AS bulan November nanti bisa dipastikan antara Presiden Biden, paslon Partai Demokrat dan mantan Presiden Trump dari Partai Republik. Semoga saja para pemilih sadar akan konsekuensi dari pilihan mereka dan tidak keliru mengembalikan Mister Trump ke White House. Tapi ya siapa tahu, bola itu bundar?

Pada sisi Partai Demokrat, Presiden Biden tentu meyambut dengan semangat seperti
dikatakan sebelumnya bahwa dia akan senang berkompetisi menghadapi lawan lamanya dan berharap bisa berhasil mengulangi tahun 2020 lalu dan boleh tetap di White House untuk lima tahun lagi. Sebagian pemilih sepertinya kurang bersemangat menghadapi Pemilu 2024 ini karena menghadapi dua orang tua yang kurang memberikan tantangan dan harapan baru.

Namun apakah benar sikap demikian? Saya rasa tidak, tetap saja hasil pemilihan November nanti sangat penting bagi AS dan juga negara-negara sekutu AS maupun secara global, termasuk buat Indonesia. Mengapa demikian akan saya kupas lebih lanjut di bawah.

Perbedaan pola kepemimpinan kedua tokoh ini cukup mencolok dan pantas kita resapi
bersama. Mister Trump adalah seorang pemimpin yang berdasarkan rekam jejak waktu sebelumnya menduduki kursi kepresidenan tersebut, menonjolkan kebijakannya yang sangat mementingkan kepentingan dan interest negaranya sendiri dengan slogan terkenalnya, Make America Great Again, disingkat MAGA, dan America First Policy-nya.

Ini berarti Presiden Trump akan tidak segan-segan kembali melakukan perang tarif dan dagang terhadap China, melancarkan kebijakan beggar thy neighbot policy, seperti dilakukan Presiden Herbert Hoover di tahun tiga puluhan yang menyebabkan depresi perekonomian dunia. Beliau tidak segan menyebutkan bahwa Perdana Menteri Victor Urban dari Hongaria itu tokoh hebat dan teman dekatnya, demikian pula Presiden Rusia Vladimir Putin, bahkan Presiden Korea Utara Kim Yong Un.

Mengerikan bukan? Tidak ada tanda-tanda bahwa Mister Trump akan mengubah semua ini apabila dia kembali menjadi Preside AS.

Sebaliknya dengan Presiden Biden, dia telah menunjukkan kebijakan ekonomi perdagangannya yang lebih bersahabat dengan multilateralisme, mengakui WTO, bahkan juga dengan masalah perubahan iklim seperti dukungannya terhadap Paris Accord. Demikian pula dalam hubungannya dengan security seperti sikapnya terhadap NATO dan dukungannya terhadap Ukraine. Presiden Biden tidak anti imigrasi pula. Mungkin yang mendatangkan kritik adalah dukungannya terhadap PM Netanyahu yang sepertinya kurang melihat bahwa Israel di bawah PM ini jelas tidak menunjukkan ingin berdamai dengan tetangga di Middle East.

Mudah-mudahan saja Presiden Biden menyadari dan mengoreksi kebijakannya terhadap
Middle East sehingga pengakuan adanya dua negara, Israel di satu pihak dan Palestina di
pihak lain akan tertanam dan Middle East bisa merasakan perdamaian yang mendorong
mereka. Palestinya utamanya, bisa membangun negerinya yang rusak oleh serangan Israel yang meruntuhkan 80 persen dari bangunan di Gaza. Dan tidak hanya kerusakan material, tetapi korban penduduk Israel yang sudah meninggal 2.500 dan Palestina 26.000, apakah harus meningkat lagi tanpa ada berhentinya?

Apakah korban yang sudah sangat tinggi ini masih belum meyakinkan Israel untuk menghentikan serangannya yang jelas akan menambah korban jiwa dan materi? Tolong gunakan sedikit akal sehat dan hentikan nafsu menghabisi Hamas dan yang lain yang tergabung dalam Axix of Resistance. SEMOGA. (Dradjad, 01/02/2024).

Guru Besar Ekonomi Emeritus FEBUI, Jakarta dan Guru Besar Tamu, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapura.

Baca Juga: Sedikit Mengenai Minum Anggur

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya