[OPINI] Jika yang Baik Selalu Dijegal, Lantas “Pelayan” Seperti Apa yang Diperlukan Indonesia?

Drama perpolitikan kekinian ngalahin drakor.

Kita memang hidup di era demokrasi, yaitu era di mana kita memiliki kebebasan untuk berpendapat tentunya selama kebebasan itu masih berada pada jalur yang tepat dan dengan tujuan yang baik. Tetapi, kini kebebasan berdemokrasi seringkali digunakan sebebas-bebasnya nyaris tanpa aturan, bahkan apa yang menjadi tujuannya pun tampak kabur. Sebagai masyarakat, melalui pemilihan umum kita memilih “pelayan” bukan pemimpin. Disebut “pelayan” di sini karena memang sesuai tugas pokok dan fungsinya, mereka yang terpilih berdasarkan pemilu wajib untuk melayani rakyat, mendengarkan aspirasi rakyat, tuntutan rakyat, dan menjadi tameng pertama atas tuntutan-tuntutan rakyat.

“Pelayan” yang baik adalah ia yang rela berkorban demi rakyat yang dilayaninya. Mulai dari berkorban waktu, tenaga, dan pemikirannya. “Pelayan” yang baik pula adalah ia yang berani menentang tindakan-tindakan kotor pejabat publik yang doyan korupsi, mangkir dari jam kerja, dan diiringi juga dengan tindak tegas terhadap pejabat publik yang melanggar. Namun sungguh disayangkan, sikap tegas dari “pelayan” itu tidak diiringi dengan dukungan dari yang dilayaninya, sehingga ada beberapa “pelayan” yang baik dan tegas tetapi dijegal oleh berbagai macam hal.

Meskipun dijegal, mereka tetap melayani dengan tulus, ikhlas, dan sepenuh hati. Siapa sajakah mereka?

1. Joko Widodo

[OPINI] Jika yang Baik Selalu Dijegal, Lantas “Pelayan” Seperti Apa yang Diperlukan Indonesia?Joko Widodo

Statusnya sebagai RI 1 atau Presiden Republik Indonesia, memang menuntutnya untuk bekerja keras melayani rakyat dari Sabang sampai Merauke. Baru sekarang ini Indonesia punya “pelayan utama” dari golongan sipil, mengingat biasanya selalu dikuasai militer. Tapi, ia merupakan salah satu orang yang perlu diacungi jempol karena di bawah kepemimpinannya, banyak perubahan positif di negeri ini.

Seperti pembangunan infrastruktur yang dilakukan di Irian Jaya. Walaupun memang tidak sedikit yang menghujatnya karena dianggap presiden dengan tampang paling ndeso. Hey guys, yang utama dibutuhkan seorang pemimpin adalah otak, bukan tampang. Bahkan banyak juga yang protes karena dicabutnya subsidi BBM dan subsidi listrik. Meskipun memang itu dilakukan untuk pemerataan infrastruktur.

2. Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)

[OPINI] Jika yang Baik Selalu Dijegal, Lantas “Pelayan” Seperti Apa yang Diperlukan Indonesia?Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)

Biasa disapa dengan panggilan Ahok, ia juga merupakan salah satu “pelayan” di Jakarta yang rela berkorban amat besar demi rakyatnya. Tak terhitung sudah berapa banyak infrastruktur di Jakarta yang dibangun, mulai dari rusun sampai RPTRA yang merangkap fungsi sebagai taman. Banyak yang mencintainya, namun banyak juga yang membencinya. Dengan alasan apa? Ya, perbedaan agama dan etnis.

Agama yang dianutnya bukanlah agama mayoritas dan ia berasal dari etnis minoritas, dia adalah Tionghoa yang beragama nasrani. Minoritas sangat jarang menang akan mayoritas, begitu juga yang berlaku dalam kasus ini. Ia dijegal karena bukan dari kalangan mayoritas, ditambah ia pun kena kasus yang dikenal dengan ‘Al Maidah 51.’ Tidak perlu dijelaskan panjang lebar, karena pasti semua tau. Kasus itu juga yang mendorong adanya demo besar-besaran di Jakarta dan membuat Ahok berakhir dibui sesuai dengan putusan sidang pada Selasa, 9 Mei 2017.

3. Ridwan Kamil (Kang Emil)

[OPINI] Jika yang Baik Selalu Dijegal, Lantas “Pelayan” Seperti Apa yang Diperlukan Indonesia?bandung.merdeka.com

Ia adalah Walikota Bandung, terkenal dengan kedekatannya dengan rakyat. Sebagai “pelayan” pun ia mendedikasikan waktu, tenaga, serta ide-idenya untuk rakyat yang dilayaninya. Ia pun sudah mempercantik Kota Bandung yang sekarang jadi banyak spot yang instagramable banget! Tapi seperti contoh-contoh sebelumnya, mereka yang dicintai rakyat belum tentu dicintai sesama pejabat. Kang Emil sempat dijegal dengan dituduh penganut Syi’ah, yang kemudian ia pun melaporkan orang yang menyebarkan fitnah tersebut.

 

Mereka yang baik, tentunya berusaha menjegal mereka yang berniat jahat. Tetapi, yang berniat jahat itu berusaha mencari celah untuk menjegal yang baik duluan supaya niat jahatnya tetap berjalan mulus. Apa jadinya? Ya, saling jegal. Seperti perpolitikan Indonesia sekarang ini, bahkan jadi lebih seru dari drama korea. Memang seru, tapi sangat miris.

Rani Enggar Photo Writer Rani Enggar

A beginner | @rannics

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya