Dolar Kuat, Otoritas Moneter Negara Berkembang Bikin Jurus Pertahanan

Penguatan dolar AS membawa pengaruh pada mata uang dunia

Seperti biasa, penguatan dolar AS telah membawa pengaruh pada mata uang di seluruh dunia, dan kali ini lebih dari tahun 2022 yang lalu, yang utamanya disebabkan serangan Iran dan serangan balasan Israel dalam perang drone dan misil.

Demikian pula Keputusan Fed dan ECB untuk menunda program penurunan suku bunga dan kenaikan harga minyak. Ini suatu perkembangan yang berakibat “zero sum”, penguatan suatu mata uang yang berdampak pelemahan pada mata uang lain.

Ini tampak dengan apa yang terjadi terhadap Rupee India, Won Korea dan Rupiah Indonesia. Dan hal ini telah menyebabkan reaksi otoritas moneter di negara-negara itu melakukan tindakan intervensi pada pasar uang di dalam negeri, dan sekaligus meningkatkan suku bunga.

Pemerintah AS dan sekutunya sebagai pendukung Israel telah meminta agar PM Netanyahu dan kabinet perangnya menahan diri tidak melakukan serangan balasan, tetapi nampaknya tidak dihiraukan pemerintah Israel. Kekhawatiran juga menyangkut dampaknya kepada peningkatan harga migas yang akan memberatkan kebanyakan negara.

Di Indonesia, Bank Indonesia yang mempersiapkan pertemuan bulanannya sudah siap melaksanakan langkah-langkah penyelamatan ini, karena rupiah yang melemah sampai Rp16.100 per dolar AS. Ada juga beberapa suara yang mengkhawatirkan program presiden terpilih Prabowo Subianto, yakni makan siang gratis buat murid dan ibu hamil akan membahayakan anggaran dan mendorong inflasi.

Saya ingin mengatakan di sini bahwa kekhawatiran tersebut tidak perlu, karena pelaksanaan program ini sudah lama direncanakan dengan segala aspeknya termasuk anggarannya tentu saja. Tambahan lagi Bapak Prabowo sudah cukup lama menyadari kondisi anggaran kita, utamanya dalam hal rendahnya penerimaan pajak yang selama beberapa tahun terakhir hanya sekitar 10 persen dari GDP. Angka ini terlalu rendah, sedangkan Indonesia sudah pernah mencapai ratio pajak terhadap GDP 16 persen di era Orde Baru dahulu. Dalam program kerjanya presiden terpilih sudah berniat secara bertahap meningkatkan rasio penerimaan pajak terhadap GDP ini secara bertahap sehingga kembali ke 16 persen dan nantinya lebih tinggi lagi.

Kembali pada masalah Timur Tengah, keputusan Kabinet Perang Israel untuk melancarkan penyerangan balik terhadap Iran juga berakibat positif buat kondisi di penyeberangan Rafah, berbatasan dengan Egypt yang beberapa waktu terakhir terus menerus menderita karena serangan Israel.

Dengan memusatkan perhatian pada Iran, maka serangan terhadap Rafah akan berkurang. Kondisi ini akan menguntungkan aliran konvoi truk pengangkut pangan, air, dan obat-obatan sebagai bantuan kemanusiaan buat orang-orang Palestina di Gaza dan sekitarnya yang mengungsi dari kekacauan di daerah lain yang jumlahnya lebih dari satu juta. Tampaknya ini harus disuarakan lebih keras lagi kepada pemerintah Israel bahwa musuh mereka bukan Hamas tetapi Iran yang jauh lebih kuat.

Suatu perkembangan yang positif adalah laju pertumbuhan ekonomi China yang dewasa ini mencapai 5,3 persen dengan peningkatan program industrialisasinya. Presiden Xi Jinping menekankan, yang saya kira mengandung kebenaran bahwa peningkatan ekspor barang- barang industri China ke pasar di dunia akan membantu meredam tekanan inflasi yang terus meningkat sebagai disinggung sebelumnya. Dan, dalam hal ini juga terkait dengan apa yang saya singgung di atas, kita perlu memberikan apresiasi kepada presiden terpilih Prabowo yang sudah berkunjung ke China memenuhi undangan Presiden Xi Jinping.

Menurut penuturan beliau sekembalinya dari kunjungan ini yang dilanjutkan dengan Jepang dan Malaysia, pada waktu jamuan makan malam buat presiden terpilih dan rombongan, presiden terpilih meminta seorang stafnya untuk melantunkan suatu lagu Tionghoa yang tanpa disengaja bahwa nyanyian itu adalah favorit President Xi. Karuan saja suasana menjadi gemuruh dan staf tersebut menjadi bintang secara instan di Beijing.

Catatan terakhir saya adalah mengenai kondisi perkiraan ekonomi atau forecasting yang hasil rapat direksi otoritas moneter AS ternyata tidak sehebat seperti kita bayangkan dalam hal ketepatannya. Mantan Ketua Fed Professor Ben Bernanke dan ketua Fed sekarang Jerome Powell baru-baru ini dalam suatu acara berjumpa dengan pers mengutarakan bahwa kehebatan forecasting ekonomi yang dilengkapi denan model-model ekonometri yang canggih dalam kebanyakan bank sentral sebenarnya akhirnya jarang dipakai sebagai kebijakan yang dilaksanakan.

Mereka mengatakan bahwa akhirnya yang lebih banyak dilaksanakan adalah catatan dari ketua atau gubernurnya sendiri, bukan hasil perhitungan yang kompleks dan rumit tersebut. Ini tentu merupakan berita buruk buat mereka yang belajar ekonomi untuk meraih doktor yang merasa hasilnya diremehkan tersebut. Ya, apa hendak dikata ya? Saya sendiri dengan berat hati ingin mengatakan bahwa dalam batas-batas tertentu hal itu ada benarnya.

Dalam pengalaman saya sebagai Gubernur BI, Keputusan yang diambil sebagai hasil Rapat Direksi atau Dewan Gubernur adalah kesimpulan gubernur. Tetapi sebenarnya gubernur menyimpulkan hasil dari diskusi panjang lebar para anggota direksi atau deputi gubernur tersebut, jadi ya sebenarnya hasil penggodokan dari “the bright and the brightest di BI-lah”.Ini untuk sedikit “mengoreksi” atau memberi warna lain dari yang disampaikan  Jerome Powell dan mantan ketua Bernanke. Minimal agar para mantan gubernur tidak menjadi sombong, ya flattered bolehlah, wong memang sudah kerja keras kok.

Jadi yang ingin belajar untuk memperoleh gelar doktor moneter jangan takut dan terpengaruh oleh cerita ini. Ini saya dapatkan dari tulisan orang yang juga tidak sembarangan, Andy Haldane, direktur Analisa Ekonomi Bank of England tahun sembilan puluhan lalu dalam op-ed-nya baru-baru ini di Financial Times. Saya kira sebaiknya saya berhenti di sini. Sampai jumpa di lain kesempatan. Dradjad, 18/04/2024

Guru Besar Ekonomi Emeritus, FEBUI, Jakarta, dan Guru Besar Tamu dalam Ekonomi Internasional, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapore.

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya