[OPINI] Teori Efek Kupu-Kupu dan Kesehatan Jiwa

"In the end, everything matters" - Jay Asher

Kesehatan jiwa adalah topik yang masih dianggap sensitif dan cukup tabu untuk dibicarakan oleh masyarakat Indonesia. Kurangnya pengetahuan dan perkembangan stigma, serta stereotip yang salah di kalangan masyarakat, membuat kepedulian terhadapnya pun kian terkikis.

Bahkan fakta bahwa sebenarnya kesehatan jiwa memegang peran yang cukup besar terhadap hidup setiap manusia, pun tampaknya tak cukup membuat kebanyakan orang mencoba untuk membuka mata terhadap hal tersebut.

Lantas, apakah hal tersebut berpotensi memberikan efek terhadap para penderita gangguan kesehatan jiwa?

Tentu saja jawabannya:

Ya. Tanpa kita sadari, hal tersebut memiliki efek yang cukup besar terhadap para penderita kesehatan jiwa.

Secara sadar maupun tidak sadar, ketidakacuhan kita, asumsi tak berdasar kita, ketidakmampuan kita memahami mereka, serta segala hal yang kita lakukan tentu saja memberikan pengaruh terhadap kehidupan mereka.

Fakta bahwa mereka dapat dianalogikan sebagai seseorang yang sangat sensitif, dan sedang membutuhkan lebih banyak perhatian serta pengertian, membuat hal sekecil apapun akan berarti besar bagi mereka. Baik hal yang dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang buruk maupun hal yang dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang baik.

Sebenarnya ada satu teori yang cukup terkenal dan dapat dikaitkan terhadap kejadian di atas, yang mana biasa disebut sebagai Butterfly Effect atau Efek Kupu-Kupu. Teori ini menjelaskan bahwa pada kenyataannya, segala hal di dunia ini--sekecil apapun hal tersebut--pada akhirnya akan memberikan efek terhadap hal-hal di sekelilingnya.

Salah satu penulis yang menggunakan teori ini pada buku miliknya adalah Jay Asher. Pada bukunya berjudul 13 Reasons Why, ia menulis:

Because it may seem like a small role now, but it matters. In the end, everything matters.

Pada kenyataannya, setiap hal yang kita lakukan ataupun setiap keputusan yang kita ambil nantinya dapat memberikan efek terhadap kehidupan kita, maupun kehidupan orang lain. Sekecil apapun hal tersebut, seremeh apapun hal tersebut, pada akhirnya hal tersebut akan berarti.

Teori butterfly effect pada konteks mengenai kesehatan jiwa, dapat dimaknai sebagai bagaimana kita bereaksi terhadap para penderita gangguan kesehatan jiwa di sekitar kita. Apakah kita mencibir mereka? Merundung mereka? Memandang mereka sebelah mata? Memberikan label tak berdasar pada mereka? Atau justru mencoba untuk mengerti dan merangkul mereka?

Tentu pada dasarnya, setiap reaksi tersebut dapat menimbulkan efek yang berbeda-beda. You can change it into something better or worse, into something positive or negative. You decide.

Dan logikanya, apabila suatu kesalahan kecil dapat menimbulkan dampak yang besar di kemudian hari, maka suatu kebaikan sekecil apapun juga dapat menimbulkan dampak yang besar di kemudian hari. Hal ini tentu saja dapat menjadi salah satu faktor yang kuat untuk membuat kita lebih mawas diri dalam melakukan hal apapun. Memicu kita untuk lebih berpikir panjang sebelum mengambil suatu tindakan.

Setiap orang memiliki hak yang sama dalam hal apapun. Tak peduli dengan label yang disematkan orang-orang terhadap mereka, tak peduli dengan fakta bahwa mereka berbeda, dan terlepas dari fakta bahwa mereka memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain pada umumnya, they're also human beings. Mereka berhak untuk diperlakukan setara.

Just treat them the way you want to be treated. Mereka butuh dirangkul, bukan dipukul.

Help them to save themselves and save other people's lives. Karena pada dasarnya, hal ini seperti rantai yang akan terus menyambung antara satu dan lainnya. Di saat kita membantu mereka untuk survive, maka mereka bisa membantu orang lain untuk survive juga.

Amira Kartika Photo Verified Writer Amira Kartika

I found writing as one of the best method to help me calming the chaos in my mind.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya