[OPINI] Sudahkah Pelajaran Sejarah di Sekolah Cocok dengan Tujuannya?
Bukan tentang menghapal sejarah semata
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dari bangku sekolah dasar, hingga sekolah menengah ke atas, kita selalu mendapatkan pelajaran sejarah di sekolah. Entah itu sejarah dunia maupun sejarah bangsa kita sendiri, Indonesia. Dari sejak berseragam putih merah kita sudah diajarkan siapa yang memproklamasikan kemerdekaan bangsa kita, hingga berseragam putih abu kita tahu bagaimana proses proklamasi itu terjadi.
Pelajaran Sejarah di sekolah, sepenting apa sih?
“Jangan pernah melupakan sejarah. Ini akan membuat dan mengubah siapa diri kita.” Demikian kata presiden pertama kita, Ir. Soekarno. Memang harus kita akui, mempelajari sejarah memanglah sangat penting. Suatu individu bisa dikatakan sombong jika ia tidak mau tahu sejarah bangsanya. Mempelajari sejarah bisa dibilang seperti kita nge-undo sebuah peristiwa. Ketika kita nge-undo, kita bisa melihat kesalahan dan kekeliruan terletak di bagian mana. Sama seperti pelajaran sejarah, kita bisa melihat kesalahan suatu peristiwa di bagian mananya. Misal, kita melihat sejarah bahwa kita belum bisa merdeka sampai tahun 1945. Mengapa? Karena kita masih bersifat kedaerahan, karena kita belum bisa bersatu. Itulah letak kesalahannya, yang kita bisa jadikan pelajaran untuk ke depannya.
Sebenarnya tujuan pelajaran sejarah itu apasih?
Salah satu guru sejarah di sekolah saya pernah mengatakan "Tujuan pelajaran sejarah itu untuk memahami masa lampau, dan memprediksi masa depan." Dan juga menurut KTSP, "Pembelajaran sejarah juga bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa yang akan datang" (Pusat Kurikulum, 2006). Jadi, tujuan adanya mata pelajaran sejarah di sekolah adalah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis tentang masa lampau, agar dapat diterapkan di masa kini. Baik itu untuk diterapkan secara relevan, maupun digunakan sebagai "jembatan" agar tidak jatuh di lubang yang sama.
Baca Juga: [OPINI] 'Toxic Positivity' Sebagai Racun Penderita Depresi
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.