TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[OPINI] Pendidikan Karakter Lewat Tokoh Pewayangan dan Wataknya

Mempelajari wayang dan falsafah luhurnya

zakapedia.com

Indonesia sebagai negara dan tanah kelahiran kita memiliki kekayaan budaya yang tak ternilai. Jauh sebelum menjadi nusantara atas prakarsa patih Gajah Mada, nenek moyang dan leluhur telah hidup dengan keanekaragaman budaya dan kearifan lokalnya yang tersebar di berbagai wilayah kerajaan pada waktu itu. Khususnya di tanah Jawa telah mampu mengembangkan sistem masyarakat yang harmonis berdampingan dengan tradisi, adat, dan keseniannya. Wayang sebagai peninggalan kebudayaan asli tanah Jawa telah berlangsung secara turun temurun dari generasi ke generasi yang patut untuk dilestarikan meskipun perkembangan zaman telah masuk pada era globalisasi. Karena dari kekayaan kearifan lokal itulah, para generasi muda memiliki kebanggaan akan asal usulnya dan menjadikan Indonesia berbeda di mata dunia. Jenis wayang yang populer pun beragam di antaranya adalah wayang beber, wayang kulit, wayang klitik, wayang golek (wayang boneka), dan wayang wong (wayang orang). Di balik cerita alur wayang yang panjang tersimpan nilai-nilai historis dan makna positif untuk membentuk pribadi yang lebih baik khususnya pada generasi anak muda. 

Tentunya kalian tidak menginginkan suatu saat wayang ini punah kan? Tetapi pernahkah kalian memikirkan bagaimana kita melestarikan wayang di saat para dalang telah mencapai usia yang sepuh? 

Dengan mengenal tokoh wayang berikut akan menumbuhkan ketertarikan kalian terhadap wayang, lebih-lebih kalian dapat menerapkan karakter positifnya untuk menjadi generasi muda yang membanggakan.

Pandawa lima

balasoka.web.id

Pada kisah pewayangan pandawa lima merupakan lima bersaudara yang terdiri dari Yudisthira, Bima atau Werkudara, Arjuna, Nakula dan Sadewa dengan kedua orang tua bernama Prabu Pandu dan Dewi Kunthi. Mereka berlima memiliki sifat positif yang melekat pada diri masing-masing dan dapat menjadi inspirasi untuk para generasi muda.

Diawali dari Yudishtira, merupakan anak sulung yang memiliki sifat jujur, adil, taat agama, mudah memaafkan, bijaksana, dan tidak pernah berbohong. Bima dengan julukannya Werkudara yang artinya hobi makan memiliki sifat yang jujur, tabah, patuh, setia, berani dan kuat. Kalian tentu mengenal Gatotkaca tapi tahukah kalian jika Gatotkaca adalah anak dari Bima dari Ras Rakhsasa. Selanjutnya ada Arjuna yang merupakan anak bungsu dari lima bersaudara ini, nama arjuna berarti cahaya dengan sifat yang dimilikinya yaitu pendiam, sopan, lemah lembut, teliti, berani, cerdik, dan mengayomi. Dan yang terakhir, Nakula dan Sadewa adalah anak kembar yang dipercaya sebagai jelmaan Dewa kembar bernama Aswin. Perlu kalian ketahui mereka adalah anak dari istri Prabu Pandu yang kedua yaitu Dewi Madrim. Saudara kembar ini memiliki sifat yang sama yaitu jujur, setia, taat, dan berbakti terhadap orang tua.

Untuk mengenalkan kebudayaan lokal khususnya wayang pada generasi milenial dibutuhkan pendekatan yang berbeda, disebabkan cara pandang anak muda sekarang tidak dapat dipungkiri lebih tertarik pada something modern dan menganggap something traditional bukanlah kegemaran yang keren. Bisa dibayangkan jika kita bersama menjadikan wayang eksis kembali. Dengan pendekatan dan memanfaatkan fasilitas modern berupa gadget lewat media sosial. Lalu tanpa meninggalkan tujuan akhirnya kepada pelestarian wayang serta nilai-nilai luhurnya dirasa akan lebih diterima oleh generasi milenial. Ketika mereka telah menemukan kenyamanan di dalam mengagumi wayang, dan ditambah keingintahuan yang tinggi wayang akan kembali menemukan tempatnya di hati masyarakat.

Perwatakan yang melekat pada pandawa lima kemudian diaplikasikan pada gaya hidup dan karakter anak muda sekarang. Sifat jujur sebagai pondasi utama dalam perjalanan panjang menerjang badai kehidupan, harus ditanamkan sejak dini dan secara konsisten di terapkan hingga dunia kerja. Patuh kepada perintah orang tua menjadi kesadaran dari mana kita semua di besarkan dan karena siapa kita mampu mendapatkan pendidikan sejauh yang kita capai sekarang.

Berani dan kuat akan menjadikan pribadi generasi muda lebih siap dengan segala tantangan yang ada di masa depan, menumbuhkan pola pikir untuk berani melangkah dan menanggung segala risiko atas keputusan yang di ambil. Sopan santun dan lemah lembut penting untuk dimiliki pada karakter anak muda untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, pada satu kondisi memang perlu kita untuk merendah dan membaur dengan masyarakat sekitar di tambah dengan mendengarkan apa yang menjadi keresahan mereka. Karena dari sanalah kita belajar dari pengalaman orang lain untuk berproses dan menjadi lebih baik ke depannya. Taat beragama adalah tentang menjalin hubungan baik diri pribadi dengan Tuhan, mengingat di Indonesia terdiri atas beberapa agama yang harus menjaga toleransi antara satu sama lain.

Pada puncaknya adalah segala sesuatu yang telah kita peroleh, mampukah memberikan dampak positif dan mengayomi orang-orang di sekeliling kita? Mampukah kita bersikap adil tanpa merasa sombong di saat kita mengulurkan bantuan?

Baca Juga: [OPINI] Pengembangan Kurikulum Lingkungan Hidup di Dunia Pendidikan

Writer

Mohamad Aby Gael

I'm just ordinary, writing what crossed my mind.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya