[OPINI] Benarkah Tidak Ada Hidup yang Bermakna?

Belajar memaknai ulang kehidupan kita sendiri

Pernahkah kamu merasa hampa tanpa alasan yang berarti? Kerap dirundung rasa sepi juga cemas yang tak berujung? Atau malah kehilangan gairah dan sukacita pada hal-hal yang biasanya kamu senangi? Entah bagaimana, saya rasa separuh dari kita pasti pernah mengalaminya. 

Bahkan mungkin ada dari kita yang saat ini sedang bingung tak menentu, 24/7 hari yang dijalani sepanjang minggu seolah tidak membawa perubahan positif dalam hidup. Hingga pada akhirnya, kita menyerah dan memilih hanyut dalam ketidakbermaknaaan.

Lantas, apakah kehidupan yang bermakna itu benar adanya? Melansir dari Elizabeth Scott, PhD dalam verywell mind dijelaskan bahwa mindfulness atau praktik untuk memusatkan kesadaran pada saat ini, bukan pada masa lalu maupun masa depan dapat menjadi opsi yang dapat membantu kita untuk memulihkan diri dari kegelisahan-kegelisahan yang selama ini menghantui.

Jika dirunut, sebetulnya banyak alasan yang dapat menyebabkan kita tidak fokus dengan apa yang sedang kita hadapi. Misalnya saja, ketika kamu gagal dalam suatu hal. Maka kamu hanya harus menerima fakta tersebut tanpa perlu menghakimi diri sendiri dan bukan malah menyalahkan diri sampai mengira bahwa keberadaanmu sia-sia belaka. Contoh lainnya, ketika kamu sedang minum kopi, maka yang mestinya kamu lakukan ialah menikmati momen di mana teguk demi teguk kopi itu kamu sesap.

Dengan melatih disiplin kesadaran diri, seperti dengan bermeditasi maka kamu akan sampai pada kesimpulan bahwa hidup yang sempat kamu jalani ini hanya sementara waktu. YOLO, you only live once. Dalam membangun keyakinan tersebut, kamu bisa mengeksplorasi hal-hal baru yang dulunya tak pernah terbersit olehmu.

Demikian, bermakna tidaknya hidupmu itu ditentukan oleh dirimu sendiri. Memilih memberi makna pada hidup yang terasa biasa-biasa saja jauh lebih baik bagi kesehatan mentalmu daripada terus menggerutu akan nasib yang tidak bisa diprediksi. 

Di lain sisi, Ernest Hemingway dalam bukunya For Whom The Bell Tolls, menyentil tentang esensi makna hidup melalui tulisannya berikut:

"Kau menjalani seumur hidupmu dan sepertinya bermakna sesuatu, dan, selalu, hidupmu berakhir tanpa makna apa pun. Tidak ada makna apa pun perihal kehidupan ini."

Akan tetapi, pada akhirnya pun kehadiran kita di dunia ini akan tergantikan juga terlupakan kecuali jika kamu memilih jalan yang berbeda dengan satu cara yang bisa mengabadikan namamu.

Baca Juga: [OPINI] Eksploitasi Kemiskinan, Masalah Praktik Poverty Porn

Bintan Rah Photo Verified Writer Bintan Rah

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya