Cerita Ramadan: Serunya Piknik di Sela-sela Salat Tarawih

Ada momen bertukar kertas binder

Intinya Sih...

  • Ramadan menjadi momen berkesan karena aktivitas Salat Tarawih bersama teman-teman di masjid setiap malam.
  • Salat Tarawih di balkon masjid sering tidak khusyu karena melakukan aktivitas tambahan seperti makan camilan dan bertukar binder.
  • Aktivitas tambahan tersebut membuat petugas masjid menegur, namun tetap rajin mengisi buku kegiatan Ramadan setelah Salat Tarawih.

Ramadan selalu menjadi momen yang aku nantikan setiap tahunnya. Apalagi saat masa kecil, di mana bulan suci ini terasa lebih berkesan dibanding bulan-bulan lainnya.

Saat masih duduk di bangku SD, aku belum begitu mengerti esensi dari bulan Ramadan yang sesungguhnya. Alhasil, ada salah satu aktivitas ibadah yang tidak dilakukan dengan benar.

Setiap malam pada bulan Ramadan, aku dan teman-teman selalu semangat untuk berangkat Salah Tarawih. Sebab, hal ini menjadi momen kami untuk berkumpul dan beribadah bersama-sama. Saat azan isya tiba sekitar pukul 19.00 WIB, biasanya kami bertemu terlebih dahulu di jalanan dekat masjid, kemudian jalan kaki menuju masjid.

Aku dan teman-teman memiliki spot favorit untuk Salat Tarawih, tepatnya di balkon masjid yang luas dan terasa sejuk saat malam hari. Karena Tawarih memiliki rakaat dan waktu yang panjang, kami sering tidak fokus, hingga akhirnya melakukan aktivitas lain di pertengahan waktu salat.

Salah satunya dengan menikmati camilan dan minuman yang kami bawa. Biasanya kami membawa camilan-camilan warung, seperti kacang, basreng, ciki, permen, dan lain-lain. Kemudian, kami menikmatinya bersama-sama. Seru, terasa seperti piknik!

Tak hanya itu, kami juga sering bertukar binder, sejenis buku catatan yang berisi lembaran kertas dengan gambar menarik. Pada zaman dulu, binder menjadi salah satu ‘mainan’ yang hits dan hampir semua anak-anak memilikinya.

Selain bertukar binder, kami melakukan transaksi saling membeli binder selama beberapa kali. Seingatku, satu lembar kertas dijual dengan harga Rp500. Kertas binder yang paling bagus dan menarik menjadi incaran kami pada waktu itu. Tentu saja hal yang paling ditunggu adalah saling mengisi biodata lengkap di masing-masing binder.

Tawarih kami pun menjadi tidak khusyu, karena aktivitas-aktivitas tambahan tersebut. Bahkan, beberapa kali ditegur petugas masjid, karena kami mengobrol di sela-sela salat. Namun, hal tersebut menjadi pengalaman berkesan dan tidak mungkin terjadi lagi saat aku dewasa.

Terlepas dari hal itu, kami selalu rajin mengisi buku kegiatan Ramadan, lho. Usai Salat Tawarih, kami berkumpul untuk menunggu dan meminta tanda tangan imam masjid. Aktivitas seru seperti ini kami lakukan hampir setiap malam Ramadan hingga menjelang Lebaran.

Baca Juga: Balada Food Writer di Bulan Ramadan: Ngiler dengan Tulisan Sendiri

Topik:

  • Dewi Suci Rahayu

Berita Terkini Lainnya