Cerita Ramadan: Gara-gara Usil ke Anjing Puasa pun Batal

#CeritaRamadan

Jakarta, IDN Times - Bulan Ramadan merupakan bulan yang dinantikan umat muslim di dunia. Bukan hanya penuh berkah dan pahala namun juga penuh cerita.

Setelah dewasa dan merantau di Jakarta, aku menyadari bahwa momen Ramadan bersama keluarga jadi sesuatu yang sangat berharga. Padahal dulu hal tersebut sesuatu yang biasa saja. 

Ya, momen saat ibu membangunkan sahur, membantu menyiapkan sahur, tarawih bersama keluarga ke masjid, dan pastinya berbuka puasa bersama dengan menu yang lengkap meski sederhana. Makanan ibuku memang lezat. Jadi kangen ibu.

Banyak juga momen lucu selama Ramadan semasa kecil. Salah satunya pengalaman yang terjadi di Semarang, Jawa Tengah. Saat itu usiaku masih 8 tahun, usai sahur, aku dan teman-teman memang ada rencana jalan-jalan sampai Bandara Ahmad Yani mau lihat pesawat terbang (sesenang itu), kalau dipikir sekarang itu jaraknya jauh banget sih kurang lebih 15 kilo meter.

Usai salat subuh, kami yang berjumlah 6 orang jalan bareng. Dulu entah kenapa banyak banget yang jalan usai sahur, pokoknya berasa car free day. Sekarang sudah tidak ada lagi yang ramai-ramai jalan usai sahur.

Saat itu sepanjang jalan ramai sekali, termasuk suara petasan di mana-mana. Aku melewati suatu rumah yang bisa dibilang rumah orang kaya karena ada anjing di dalamnya. Dua ekor anjing tersebut tampak pulas tertidur, saat itu timbul niat iseng.

Aku mengambil beberapa bungkus minuman kaleng dan melemparnya ke anjing itu. Aku berani karena kupikir anjingnya diikat, tetapi saat saya lempar, ternyata anjing tersebut bangun dan langsung mengejarku dan teman-teman. 

Bayangin paniknya gimana dong! Aku sembunyi di atas pohon (saat kecil aku jago lho naik pohon haha). Hampir 30 menit di atas pohon sampai melihat kondisi aman dan anjingnya berbalik ke kandang. 

Sampai rumah, aku mengambil segelas minuman dan snack di warung ibu. Saat itu aku memang sadar sedang puasa, tapi karena sudah mengeluarkan tenaga habis dikejar anjing, aku begitu haus.

Aku pun makan dan minum jajanan secara diam-diam dan sembunyi di lemari. Sayangnya, pergerakanku dibaca kakak yang memergoki. Aku pun hanya nyengir kuda saat kepergok kakak.

Sebenarnya banyak banget momen menarik saat Ramadan. Semakin usiaku tak lagi banyak main, tetap banyak bantu ibu jualan, serta memahami makna rasa lapar dan Ramadan.

Baca Juga: Cerita Ramadan: Jadi, Udah Azan Subuh Apa Belum, sih?

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya