Soal Mahalnya Biaya Naik Haji dan Kesenjangan Sosial di Dalamnya

Ada yang berkali-kali, ada yang belum sama sekali. Kok bisa?

Keinginan untuk menunaikan ibadah suci haji merupakan bentuk penghormatan dan tindakan berpahala besar bagi masyarakat muslim. Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan mayoritas beragama Islam ini juga setiap tahunnya memiliki jumlah jemaah haji dalam jumlah besar. Pemerintah Arab Saudi sendiri pun menyadari hal tersebut.

Seperti dikutip dari BBC Indonesia, kuota yang disediakan bagi jemaah haji tahun 2016 ini adalah 168.000 orang. Angka ini dianggap lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengaku kalau selama ini kesenjangan jemaah terjadi dalam negeri. Kesenjangan seperti apa? Ada yang merupakan 'penumpang langganan haji', tapi tidak sedikit pula orang yang baru pertama kali menunaikan ibadah suci ini.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Menteri Lukman mengungkapkan kalau 98,4 persen dari total kuota naik haji diisi oleh yang pertama kali berhaji. Sementara 2.484 orang dipastikan sudah pernah atau sering berhaji. Dengan kata lain, ada lebih dari 2.000 orang yang belum pernah naik haji harus menunggu tahun berikutnya.

"Yang lunas duluan, boleh berangkat".

Soal Mahalnya Biaya Naik Haji dan Kesenjangan Sosial di Dalamnyasmeaker.com

Ya, kesenjangan ekonomi terlihat dalam proses penunaian haji di Indonesia. Menteri Lukman bahkan mengatakan kalau masalah kloter keberangkatan tergantung pada pelunasan biaya. Ya, biaya masih menjadi kesenjangan yang terlihat jelas di antara 'si kaya' dan 'miskin'. Menteri Lukman menjelaskan setoran awal untuk pelunasan haji adalah 25 juta rupiah. Dari setoran awal orang akan mendapat nomer porsi.

Jika ingin berangkat lebih cepat, maka pelunasan juga harus berjalan cepat. Sistem pedaftaran ini bisa memakan waktu bertahun-tahun. Seperti yang kita ketahui jumlah masyarakat Indonesia dengan keinginan untuk naik haji itu tinggi. Tidak heran jika pendaftaran harus dari jauh-jauh hari.

Soal Mahalnya Biaya Naik Haji dan Kesenjangan Sosial di Dalamnyacaramudahkebaitullah.com

Seperti yang diungkapkan Menteri Lukman di atas, kalau orang-orang dapat berangkat lebih cepat dengan melunasi biaya. Memang masuk akal, terlebih para jemaah akan mendapat perhatian dan pelayanan di sana. Namun, jika dipikirkan baik-baik, dengan kata lain, naik haji itu hanya untuk orang kaya? Begitukah?

Analoginya adalah yang dapat melunasi lebih cepat adalah yang memiliki pundi-pundi. Orang kaya, tentunya, memiliki uang banyak. Dengan kata lain, mereka dapat melunasinya dengan cepat dan akan didahulukan. Benar? Maka 2.484 jemaah yang berangkat tahun ini adalah orang kaya.

Ya, memang angkanya kecil, tapi coba kita bandingkan dengan sisanya yang lebih dari 150.000 orang. Mereka yang menanti bertahun-tahun untuk dapat berangkat. Mereka yang dengan sabar menabung untuk naik haji. Bukan berarti yang kaya tidak menabung, tapi mereka hanya lebih beruntung dalam urusan uang.

Baca Juga: Hanya Turis Indonesia yang Melakukan 19 Hal Ini di Singapura!

Mahalnya biaya haji.

Soal Mahalnya Biaya Naik Haji dan Kesenjangan Sosial di Dalamnyaaktual.com

Masalah sekarang bukan hanya disparitas karakteristik jemaah haji. Ada yang dapat berbahasa asing dan sering keluar negeri. Namun, tidak sedikit pula yang kesulitan berbahasa. Terkadang masalah ini yang masih menjadi pengganjal mereka untuk berangkat. Hal lain? Biaya yang mahal. Memang anggapan ada uang ada barang tidaklah mengherankan.

Pelayanan yang maksimal tampaknya akan diberikan pada jemaah. Dalam sebuah situs penyelenggara naik haji yang ditemukan IDNtimes.com, terlihat biaya naik haji dikutip dalam Dollar Amerika. 8.500 Dollar atau setara 112 juta rupiah menjadi biaya yang harus digelontorkan. Tidak heran orang-orang mengantri bertahun-tahun.

Soal Mahalnya Biaya Naik Haji dan Kesenjangan Sosial di Dalamnyabackpackerumrah.com

Dalam biaya 112 juta rupiah itu, jemaah akan diberikan tiket pesawat, perlengkapan, akomodasi, makan serta layanan keagamaan lainnya selama di Arab Saudi. Maka, dapat disimpulkan yang membuat mahal adalah adanya biaya akomodasi, tempat tinggal dan makan yang akan disediakan pihak penyelenggara. Ya, biaya-biaya untuk menemani para jemaah haji yang baru pertama menuju tanah suci adalah pembuat harga naik haji itu mahal.

Namun, kesenjangan yang terlihat ini seolah sudah jadi 'hal biasa'. Memang naik haji ini adalah pilihan masyarakat muslim. Tidak dapat diatur apakah mereka boleh naik haji atau tidak. Namun, tidakkah lebih baik mendahulukan mereka yang belum pernah naik haji? Ketimbang mereka yang sudah sering karena kaya?

Baca Juga: Keren! Wisata Halal Lombok Kalahkan Kuala Lumpur dan Abu Dhabi!

Topik:

Berita Terkini Lainnya