Tragedi KM Sinar Bangun: Keselamatan Itu Budaya, Tak Bisa Dipaksakan

Jangan sekadar murah aja dong...

Sebagai anak Sumatera Utara, saya turut berduka cita atas musibah kapal feri di Danau Toba. Duka cita mendalam terhadap keluarga yang ditinggalkan. Dan, mudah-mudahan upaya pencarian menemui hasil positif.

Semoga pula, di masa mendatang, kecelakaan tidak lagi terjadi. Kita pun tak bisa seperti ini lagi bertindak seperti pemadam kebakaran. Tidak bisa bergerak setelah kecelakaan terjadi. Yang terpenting pula, tidak bisa saling menyalahkan.

Harus diingat kalau safety itu adalah sebuah proses yang pencapaiannya harus difasilitasi. Tidak bisa dipaksa untuk aman tanpa satu pun upaya untuk memfasilitasi. Memangnya, awak kapal dan nahkoda tidak ingin tidak aman? Kan, mereka juga ingin sampai ke tepian untuk bertemu keluarga.

Aman itu pun tidak murah. Nah, kalau tarifnya pun rendah, bagaimana bisa aman? Kalau penumpang maunya tarif murah, ya gimana keselamatan dapat dijamin? Yang terpenting juga adalah, bagaimana pemda mencarikan solusi untuk meningkatkan keselamatan itu?

Nah, karena angkutan feri untuk angkutan sungai, danau dan penyeberangan itu dibawah naungan perhubungan darat, ya gimana supaya ada campur tangan dari Dirjen Perhubungan Darat. Sekali lagi, tujuannya supaya keselamatan lebih dijamin.

Gimana caranya? Ya, bisa dimulai dari pembinaan. Ini dengan melibatkan operator sehingga operator dapat mengedepankan aspek keselamatan. Kalau gak ada pelampung misalnya, ya coba difasilitasi. Tanpa fasilitasi ya omong kosong lah.

Saya juga melihat ada kesetidaksetaraan. Angkutan Kereta Api misalnya, dapat PSO. Nah, kenapa angkutan feri di Danau Toba ini tidak dapat PSO yang besar pula. Jadi, warga bisa membayar tarif yang murah, tapi operator punya uang lebih untuk memelihara armada dan menjamin keselamatan. Tujuannya, ya demi keselamatan.

Lebih dari itu, bukankah kita punya mimpi menjadikan Danau Toba sebagai 10 destinasi wisata utama selain Bali. Apa kata dunia kalau transportasi danau itu tidak aman? So, pemerintah sangat perlu memikirkan hal Safety dengan mendalam. Safety, Aman janganlah main-main.

Inti dari poin saya adalah, jangan sekadar mendorong regulasi. Jangan pula mendorong harus jalan law enforcement. Jangan pula memaksakan keselamatan. Tidaklah bisa! Kesadaran untuk keselamatan itu sebuah proses tanpa henti.

Kemudian, di tengah persoalan operator yang harus berjuang hidup, jangan bermimpi ada keselamatan bagi mereka sendiri tanpa pendampingan. Jangan bermimpi deh. Anda harus tahu, kalau beli kapal itu mahal, beli spartpart juga mahal eh terus kena pajak, beli lagi ada biaya-biaya tinggi lainnya.

So, pemerintah selaku orangtua yang mengayomi harus turun tangan membina, membantu bukan menyaingi atau memberikan instruksi peraturan saja. 

Tujuannya, untuk menjaga supaya bisnis transportasi sustainable dan penumpangnya semua selamat, aman, sentosa. Saya percaya hal ini bisa terlaksana namun tentunya membutuhkan komitmen serta kedisiplinan tinggi.

Eka Sari Lorena Soerbakti

Ketum DPP Organda, pengusaha.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya