[OPINI] Food Waste dalam Konten Hiburan Online

Ternyata semengerikan itu

Di samping fungsi umumnya sebagai penyalur pesan, media berfungsi sebagai hiburan. Oleh karena itu, media tidak lepas dari kebutuhan masyarakat sosial dengan kebudayaannya yang terus berkembang. Di zaman digitalisasi seperti sekarang misalnya, televisi tidak lagi menjadi satu-satunya media hiburan favorit, terlebih bagi kalangan remaja. Sebab posisi televisi sebagai media hiburan telah digeser oleh platform YouTube. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan perusahaan media digital Defy pada tahun 2014. Data kualitatif dari hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa konsumen berusia 13–24 menghabiskan 11,3 jam per minggu untuk menonton video online gratis dibandingkan dengan 8,3 jam per minggu untuk menonton jadwal rutin televisi. Kemudian di tahun 2020, YouTube pun semakin diminati dan menjamur.

Namun, fakta pengguna YouTube yang terus meningkat dari tahun ke tahun memberikan pertimbangan bagi para YouTuber dalam hal penyajian konten. Ketika YouTube memiliki pelanggan yang banyak, maka YouTube bisa mengubah suatu pandangan, kebiasaan, sampai karakter seseorang bahkan suatu kalangan. Artinya, video yang disajikan oleh para YouTuber minimalnya haruslah memiliki pesan edukatif dan mampu memberikan persuasi kepada penonton untuk melakukan hal yang positif. Sayangnya, terdapat cukup banyak channel YouTube yang mengenyampingkan nilai-nilai tersebut, barangkali karena alasan menghibur.

Salah satu channel YouTube yang menjadi fokus perhatian saya ialah channel yang berisi prosedur membuat sesuatu, termasuk makanan. Terdengar wajar memang, tetapi tidak dengan isinya. Bagaimana bisa seseorang menghabiskan begitu banyak uang untuk membeli beberapa kilogram makanan kemudian membuangnya? Atau, membuatnya menjadi makanan yang tidak lagi layak dikonsumsi manusia? Mirisnya, channel tersebut memiliki lebih dari 14 juta subscriber. Artinya, ada belasan juta orang di dunia ini yang menonton dan merasa terhibur, menjadikan channel itu semakin populer hingga melakukan hal yang sama berulang-ulang.

Jika channel tersebut menghasilkan konten video mengenai prosedur membuat makanan minimalnya dua kali dalam sebulan, dan setiap video menghabiskan 3–5 kilogram makanan yang terbuang, lantas berapa banyak jumlahnya dalam satu tahun? Berapa banyak jumlahnya dari penonton yang melakukan hal sama untuk sekadar mencoba, atau membuat konten serupa? Seberapa besar pengaruh yang dihasilkan? Jawabannya sangat besar. Dalam konteks ini, uang tidak menjadi problematika kompleks bagi kreator, sebab jumlah subscriber dan viewer yang banyak memungkinkan fee yang dihasilkan pun tinggi. Namun, menjadi problematika rumit bagi bumi. Mengapa demikian? Sebab, disadari ataupun tidak, sebagian besar konten dalam channel tersebut berisi food waste.

Lantas, ada apa dengan food waste?

Food waste adalah makanan yang siap dikonsumsi manusia, tetapi dibuang begitu saja. Menurut FAO, food waste mengacu pada makanan yang dibuang dimana produk makanan tersebut masih aman dan bergizi untuk dikonsumsi. Di level global, tercatat bahwa sebanyak 1,3 miliar ton jumlah makanan terbuang setiap tahun. Faktanya, food waste memberikan efek yang mengerikan bagi bumi. 1,3 miliar ton food waste sama dengan 3,3 giga ton karbondioksida. Sementara gas karbondioksida merupakan penyebab pemanasan global yang berpengaruh pada kenaikan suhu bumi. Jika saja manusia tidak membuang makanan dalam nominal sebesar itu setiap tahun, maka 11 persen emisi gas rumah kaca dapat dikurangi.

Ya, semengerikan itu dan mampu memberikan dampak yang besar. Meminimalisir jumlah food waste berarti berupaya mengurangi pemanasan global. Cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah food waste ialah menghabiskan makanan yang kamu konsumsi. Namun, bagaimana jadinya jika food waste masih terus dilakukan karena kebutuhan pasar? Di saat ada banyak orang ataupun organisasi yang mengampanyekan zero food waste, seperti halnya Kathryn Kellog,  Max La Manna, ataupun Garda Pangan melalui media sosial, di sisi lain ada banyak pula orang yang melakukan food waste bahkan hanya untuk sekadar hiburan.

You reap what you sow

Barangkali hal tersebut juga berlaku untuk kita sebagai pengguna media sosial. Apa yang terjadi pada bumi di kemudian hari, ditentukan oleh apa yang kita lakukan hari ini.

Riani Shr Photo Verified Writer Riani Shr

Menulis adalah salah satu upaya menyembuhkan yang ampuh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya