[OPINI] Perlukah Meromantisisasi Resign? 

Resign merupakan sebuah keputusan yang besar

Kurang lebih lima bulan sebelum resign, agaknya diri ini menjadi pendengar untuk teman-teman yang resign lebih dulu dari pekerjaannya masing-masing. Apa yang bisa dipahami kala itu ialah betapa resign merupakan suatu keputusan yang besar dan penuh pertimbangan.

Namun, ada pertanyaan yang kemudian terbesit di pikiran: perlukah seseorang meromantisisasi resign? Pertanyaan tersebut muncul ketika menyadari bagaimana seseorang menyikapi keadaannya setelah resign, yakni meromantisisasi resign.

Romantisisasi berarti menonjolkan nilai-nilai indah yang lebih baik untuk dikenang, menggambarkan suatu hal lebih bagus dari kondisi sebenarnya. Dalam konteks resign, seseorang berarti berfokus pada nilai keindahan yang ada dan melupakan keburukan yang dialaminya.

Jika meromantisisasi gangguan mental diartikan sebagai ‘menganggap bahwa memiliki gangguan mental merupakan suatu hal yang menarik’, meromantisisasi resign berarti ‘menganggap bahwa memutuskan untuk resign merupakan suatu hal yang hebat’. Sekiranya begitulah penulis memahaminya.

Setelah resign, beberapa dari mereka masih mengenang kegiatan-kegiatannya saat di kantor atau bersama rekan kantor dengan menggugahnya ke media sosial. Unggahan tersebut pun dibarengi dengan takarir yang begitu bermakna dan dalam, atau sekadar menuliskan “terima kasih”. Ada banyak orang yang merasa lega setelah resign dan mencurahkan perasaannya kepada teman dekat ataupun media sosial.

Resign merupakan keputusan besar dan orang yang berhasil melalui itu dengan baik patut bangga terhadap dirinya. Sebab, memutuskan untuk resign berarti berani keluar dari keraguan dan percaya terhadap diri sendiri. Begitulah narasi yang sekiranya tergambar dari resign berdasarkan kisah orang-orang.

Kemudian, tibalah saat penulis akhirnya juga resign dari tempat kerja, maka semua perasaan yang sempat diceritakan teman-teman yang resign beberapa bulan lalu bisa dirasakan juga. Kurang lebih satu bulan keputusan untuk resign itu dipikirkan.

Benar-benar menguras pikiran karena penuh dengan pertimbangan. Rasanya sulit meninggalkan tempat yang awalnya begitu diperjuangkan. Bagi penulis, melamar di pekerjaan tersebut merupakan salah satu keputusan penting dalam hidup dan keputusan yang berani. Semakin sulit ketika mengingat kembali awal proses melamar di saat tengah menyusun tugas akhir serta nyamannya tempat tersebut untuk membuat diri ini bisa terus bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, karena banyak alasan yang realistis, maka keputusan resign akhirnya menang juga. Ini adalah pengalaman pertama kali resign dari pekerjaan yang pertama kali pula.

Awalnya, suasana sedih itu menyelimuti, terlebih saat pamit dengan teman-teman kantor, sekadar pamit saja. Rasa untuk melepaskan itu agaknya terasa susah di awal. Ada perasaan mengganjal yang tak bisa dijelaskan. Namun, setelah melewati hari dengan fokus yang baru, semua terlihat biasa dan normal. Sampai ketika penulis bisa kembali meyakinkan bahwa keputusan resign itu memanglah tepat.

Iya, bagi beberapa orang, memutuskan resign memang hal yang berani. Sebab, resign tidak terjadi begitu saja dan dalam proses yang cepat. Ada pertimbangan-pertimbangan yang perlu dipikirkan secara matang, terlebih bagi mereka yang tidak lagi mendapatkan financial support. Selain itu, seseorang juga perlu memikirkan hal apa yang akan dilakukan setelah resign, kegiatan apa yang akan difokuskan, dan beragam rencana lainnya. Jadi, keputusan resign memang tidaklah mudah bagi sebagian orang.

Di samping itu, resign sebenarnya proses kehidupan yang wajar. Sangat wajar. Dunia ini memiliki kehidupan yang bergerak di dalamnya, termasuk kita selaku manusia. Kehidupan itu perihal datang dan pergi, perihal pertemuan dan perpisahan. Jadi, resign bukan hal yang elusif terjadi. Pergerakan itu perlu (dalam konteks apa pun) untuk membuat kita dapat memahami dan belajar akan suatu hal.

Baca Juga: 5 Kesalahan saat Memutuskan Resign, Kurang Pertimbangan!

Riani Shr Photo Verified Writer Riani Shr

Menulis adalah salah satu upaya menyembuhkan yang ampuh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya