[OPINI] Sekolah Daring, Transformasi Budaya Populer Pasca COVID-19

E-learning masih punya peluang meski pandemik berakhir

Pandemik COVID-19 adalah fenonemena yang banyak menggeser kebiasaan dan kebudayaan kita sehari-hari, mengubah tatanan masyarakat. Seluruh lini kehidupan dipaksa untuk beradaptasi menyesuaikan diri dalam melanjutkan kegiatannya tanpa harus bertatap muka. Tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Kegiatan Belajar Mengajar atau KBM sekolah yang biasa dilakukan di gedung sekolah sekarang harus dipindah di rumah saja. Rumah yang tadinya berfungsi sebagai tempat beristirahat kini dialihfungsikan sebagai ruang kerja dan ruang studi, pasalnya pembelajaran dilakukan secara daring. Lantas, bagaimana bidang pendidikan menyikapi kebiasaan baru ini? Mari kita ulas bersama.

1. Pendidikan dan budaya

[OPINI] Sekolah Daring, Transformasi Budaya Populer Pasca COVID-19Ilustrasi Pelajar (SD) (IDN Times/Mardya Shakti)

Pendidikan merupakan kegiatan pembelajaran, membagi ilmu pengetahuan, keterampilan ataupun budaya yang diteruskan dari generasi ke generasi. Menurut KBBI, pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Seperti disebutkan sebelumnya, pendidikan erat kaitannya dengan kebudayaan karena termasuk salah satu ranah studinya.

Budaya sendiri adalah cara hidup yang berkembang di masyarakat, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Berdasar KBBI, budaya berarti sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah. Budaya juga sudah mengakar dalam pendidikan, dalam prosesnya tentu banyak kegiatan dalam dunia pembelajaran yang memiliki kebiasaan tetap sejak jaman dahulu, salah satunya adalah belajar di ruang kelas dengan seorang guru menjelaskan di hadapan murid dengan media papan tulis. Budaya tersebut bak sebuah pakem yang sudah diamini oleh seluruh masyarakat. Namun, semua mulai berubah setelah adanya pandemik COVID-19 yang mengganas dengan cepat.

Penularan virus COVID-19 yang begitu cepat dan ganas, membuat masyarakat harus menerapkan social distancing atau memberi jarak sosial, tak berkerumun, dan menghabiskan waktu di rumah saja. Lalu bagaimana dengan budaya belajar mengajar di ruang kelas?

Tenaga pendidik tak hilang akal, mereka banyak melakukan cara agar kegiatan berbagi pengetahuan tetap dapat dijalankan tanpa harus bertemu secara langsung. Hal ini tentu mengharuskan setiap tenaga pendidik dan siswa untuk melek digital. Meninggalkan budaya belajar di ruang kelas yang telah melekat sejak dulu. Memutar otak untuk mulai menjalankan pembelajaran daring atau e-learning pasca pandemik.

2. Inovasi pembelajaran daring

[OPINI] Sekolah Daring, Transformasi Budaya Populer Pasca COVID-19Ilustrasi Work From Home (IDN Times/Arief Rahmat)

Seperti disebutkan sebelumnya, pembelajaran daring adalah bentuk adaptasi pendidikan pada pasca pandemik dengan tetap menerapkan faktor pelaksanaan pembelajaran, yakni (1) adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik (2) adanya sumber belajar. Meski keberadaannya kini sangta populer dan diterapkan di hampir seluruh lembaga pembelajaran di seluruh dunia, pembelajaran daring atau e-learning sebetulnya sudah digagas sejak tahun 1970-an oleh Universitas Illinois di Urbana-Champaign dan kian berkembang seiring berjalannya waktu. Hingga hari ini, pembelajaran daring seakan mencapai puncaknya, karena hampir seluruh pelajar di Indonesia maupun dunia telah mampu menerapkan penggunaan e-learning dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

Kendati begitu, berdasarkan Joseph dan Czarnedei dalam Delwiche dan Henderson, pengunaan media digital dalam proses pembelajaran akan membuat siswa mengorbankan kebebasan dirinya. Lebih lanjut, menurut dia media digital adalah lingkungan yang sangat terkontrol dan artifisial. Untuk itu pembelajaran tatap muka sebetulnya tetap dibutuhkan demi memnghidupkan sisi sosial pelajar.

Sementara, tak ada yang dapat menebak secara pasti kapan sebetulnya pandemik COVID-19 akan berlalu. Pertanyaannya, apakah pembelajaran secara daring akan tetap digunakan meski pandemik COVID-19 berlalu? Jawabannya sangat mungkin, hal ini dikarenakan besarnya inovasi dan perkembangan dari e-learning dalam waktu singkat, dan telah mengubah banyak sisi pelajar tak hanya dari cara berpikir namun juga tingkah laku dan kognitif. Kelanjutan e-learning ini diamini oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur dalam artikelnya yang berjudul “Sekolah Daring Berpeluang Dilanjutkan Pasca Pandemi”

Hal ini semakin diyakinkan dengan sengitnya usaha di negara lain untuk berinovasi mencetuskan e-learning. Berdasar Nytimes.com, distrik-distrik di Amerika Serikat tengah berlomba untuk mendirikan sekolah daring yang lengkap dan terbaik untuk siswa-siswanya.

Baca Juga: [LINIMASA-9] Perkembangan Terkini Pandemik COVID-19 di Indonesia

3. Studi kasus

[OPINI] Sekolah Daring, Transformasi Budaya Populer Pasca COVID-19Ilustrasi Wisuda (IDN Times/Mardya Shakti)

Salah satu kasus yang menunjukkan kesuksesan ­e-learning adalah pembelajaran dari Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Berdasarkan penelitian Shindy Anggita dalam jurnal publikasinya yang berjudul Efektivitas Pembelajaran E-Learning Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada Praktikum Mikrobiologi Selama Pandemi COVID-19 Tahun Akademik 2019/2020 bahwa efektivitas pembelajaran daring di tingkat perguruan tinggi program studi pendidikan biologi dapat dinyatakan efektif dengan indikator tingkat alih belajar mencapai 74,82 persen dan pelaksanaan praktikum biologi sudah dinilai efektif dengan presentase hingga 65,71 persen.

Persentase ini tentu menunjukkan bahwa tingkat efektivitas ­e-learning dalam pembelajaran yang didalamnya terdapat aktivitas praktikum sudah tercakupi dengan baik dan dapat dijadikan sebuah inovasi dan gebrakan baru di dunia pendidikan.

4. Literasi digital dalam pembelajaran daring

[OPINI] Sekolah Daring, Transformasi Budaya Populer Pasca COVID-19Ilustrasi Smartphone (IDN Times/Mardya Shakti)

Dalam prosesnya, penting untuk pendidik maupun peserta didik memahami betul mengenai literasi digital. Menurut Paul Gilster dalam Digital Literacy, literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang diakses melalui piranti komputer.

Literasi digital penting untuk dikuasai, terlebih di masa pandemik seperti ini, dimana kita sangat bergantung pada perangkat elektronik seperti komputer dan internet. Literasi digital sendiri memiliki elemen esensial, apabila menyadur dari tesis Lebron dan Mendez yang berjudul What is ‘digital literacy’? sebagai berikut :

  • Kultural, yakni memahami ragam konteks pengguna dunia digital,
  • Kognitif, yakni memiliki daya pikir dalam menilai konten,
  • Konstruktif, yakni reka cipta sesuai yang ahli dan aktual,
  • Komunikatif, yakni memahami kinerja jejaring,
  • Kepercayaan diri yang bertanggung jawab,
  • Kreatif melakukan hal baru dengan cara baru,
  • Kritis dalam menyikap konten
  • Bertanggung jawab secara sosial.

Yang berarti dengan memahami literasi digital kita dapat memanfaatkan inovasi pembelajaran daring ini, kita dapat menggunakan e-learning dengan sehat dan tetap efektif.

Baca Juga: [LINIMASA-8] Perkembangan Terkini Pandemik COVID-19 di Indonesia

Aisyah Yuri Oktavania Photo Writer Aisyah Yuri Oktavania

In a Mission to Heal The World

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya