Masalah Kesehatan Mental pada Gen Z, Tanggung Jawab Siapa?

Gen Z tidak kebal terhadap masalah kesehatan mental!

Banyak orang berpikir kalau, stres, depresi dan masalah kesehatan mental lainnya hanya bisa dialami oleh orang dewasa. Alasannya karena anak muda seperti Gen Z belum memiliki tanggungan apapun yang memberatkannya. Mengingat Gen Z berusia belasan hingga awal 20-an, kebanyakan dari mereka masih bersekolah. Kalaupun ada yang bekerja, mereka bekerja untuk dirinya sendiri dan bukan untuk menghidupi seluruh keluarganya. 

Namun hanya karena remaja belum bekerja dan memiliki tanggungan, tidak lantas membuat mereka jadi kebal dari berbagai masalah kesehatan mental. Bagaimanapun, masalah satu ini bisa menyerang siapa saja. Baik itu orang tua, remaja, bahkan anak-anak pun bisa merasa stres hingga depresi.

Nyatanya generasi yang sering dianggap hidupnya paling ringan justru merupakan generasi yang paling rentan mengalami masalah kesehatan mental. Mulai dari depresi, gangguan makan, gangguan kecemasan atau anxiety, Oppositional Defiant Disorder atau ODD. Dilansir Healthline Media, 4 dari 10 orang Gen Z mengalami gangguan kecemasan, dan 3 dari 10 orang lainnya di generasi yang sama mengalami depresi. Saking parahnya, Gen Z sampai dijuluki sebagai generasi paling tertekan, lho!

Gangguan kesehatan mental pada Gen Z, apa penyebabnya?

Ada banyak faktor yang melatarbelakangi gangguan kesehatan mental pada Gen Z. Mulai dari lingkungan sekitar yang negatif, persaingan dunia kerja yang keras, tuntutan dari banyak orang, hingga hal kecil seperti komentar negatif dari orang lain menjadi beberapa alasan diantaranya. 

Seolah belum cukup, pandemi COVID-19 yang berlangsung selama hampir 3 tahun juga membuat semua orang, termasuk generasi muda mengalami masa-masa sulit. Seperti yang kita tahu, pandemi kemarin membuat banyak perusahaan gulung tikar. Orang-orang banyak yang kehilangan pekerjaan, dan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan baru.

Dilansir Psychology Today, disisi lain Gen Z juga tumbuh besar di era teknologi berkembang pesat. Melalui teknologi, kita bisa terhubung dengan siapapun melalui media sosial. Media sosial membuat kita bisa dengan mudah melihat kehidupan orang lain hanya dari akun media sosialnya. Sisi buruknya, hal ini membuat banyak orang membandingkan diri sendiri dengan orang lain, membuat mereka merasa tidak berarti dan kehilangan rasa percaya diri. 

Selain itu, penggunaan media sosial yang terlalu sering juga membuat Gen Z menghabiskan waktu lebih banyak di dunia maya, dan menjauh dari kehidupan di dunia nyata. Lama-kelamaan, kebiasaan ini akan membuat mereka merasa terisolasi dari dunia luar yang berakhir dengan perasaan kesepian.

Kesehatan mental Gen Z vs orang tua Gen X

Sebenarnya dibandingkan generasi sebelumnya, Gen Z jauh lebih aware tentang isu kesehatan mental. Mereka lebih peduli tentang kesehatan mental, bahkan tidak segan untuk mencari pertolongan ketika merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. 

Sayangnya, tidak semua orang tua dari Gen Z mengerti bahkan peduli tentang masalah kesehatan mental. Jika dipikir lagi, sebenarnya kurangnya pengetahuan orang tua mengenai masalah kesehatan mental adalah sesuatu yang masuk akal, mengingat mayoritas orang tua dari Gen Z adalah Generasi X yang lahir antara tahun 1965 hingga 1980. 

Di zaman itu, isu kesehatan mental tidak terlalu banyak dibicarakan bahkan dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Alhasil, mayoritas orang tua cenderung menganggap remeh, menganggapnya sebagai masalah remaja biasa, bahkan mengabaikan gangguan mental anak-anak mereka. 

Apalagi tidak seperti penyakit fisik yang menunjukkan gejala tertentu, orang dengan masalah kesehatan mental kadang tidak menunjukkan gejala apapun. Mereka bangun setiap hari, makan, pergi sekolah, bekerja, bersosialisasi, dan melakukan aktivitas seperti biasa seolah semuanya baik-baik saja.

Masalah kesehatan mental pada Gen Z, tanggung jawab siapa?

Masalah kesehatan mental bukan hal yang bisa diabaikan begitu saja. Bahkan jika orang yang menderita secara mental terlihat baik-baik dari luar. Jauh di dalam dirinya, mereka sekarat dan membutuhkan pertolongan. Sebaliknya, masalah kesehatan mental, terutama pada Gen Z juga menjadi tanggung jawab kita semua. 

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menolong teman-teman yang mengalami masalah kesehatan mental. Kampanye besar-besaran untuk menyuarakan tentang kesehatan mental agar masyarakat lebih aware, sekolah-sekolah bisa membuka layanan konseling untuk para siswa dengan bantuan tenaga profesional, serta memperbanyak komunitas kesehatan mental. 

Mengingat masalah kesehatan mental ini terjadi di seluruh dunia, peranan pemerintah serta pemimpin negara-negara anggota G-20 lainnya sangatlah dibutuhkan. Apalagi kesehatan juga menjadi salah satu pembahasan utama dalam Presidensi G20 Indonesia tahun ini. 

Mengusung tema Recover Together, Recover Stronger, gelaran Presidensi G20 Indonesia juga bisa menjadi wadah bagi 1000 Aspirasi Indonesia Muda untuk menyuarakan pentingnya kesehatan mental, bukan hanya bagi Gen Z tapi juga generasi sebelumnya. Nantinya aspirasi kamu akan menjadi pembahasan para pemimpin negara anggota di KTT G20 yang akan dilaksanakan di Bali pada bulan November 2022.

Baca Juga: Komunikasi Asertif: Upaya Menjaga Kesehatan Mental Para Ibu

Siti Marliah Photo Verified Writer Siti Marliah

Find me on 📷 : instagram.com/sayalia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dimas Bowo

Berita Terkini Lainnya