Melintasi Batas Agama: Pengalaman Hangat Ramadan sebagai Non-Muslim

Perkaya pemahaman tentang keragaman budaya dan agama

Jakarta, IDN Times - Bagi seorang non-Muslim, pengalaman menjalani Puasa Ramadan bisa menjadi momen yang penuh makna dan mendalam. Sejak kecil hingga dewasa awalnya terasa asing, namun banyaknya aktivitas sosial dan perubahan atmosfer di lingkungan sekitar membuat Ramadan memiliki satu hal yang melekat bagi saya.

Suasana Ramadan juga membawa kehangatan dan persaudaraan yang menyebar di sekitar komunitas, menciptakan rasa persatuan di antara berbagai agama dan budaya.

Tumbuh dekat dengan lingkungan pasar, membuat saya merasakan lebih dalam momen Ramadan. Kurang dari sehari sebelum sidang memutuskan 1 Ramadhan 1445 Hijriah. pedagang daging dadakan, atau senggolan istilahnya, sudah membuka lapak instan di pinggir jalan. 

Munggahan atau makan bersama sebelum Ramadan di bulan Syakban, membuat mereka memilih daging sapi sebagai hidangan. Ibu-ibu mau dapurnya mengebul jelang hari pertama puasa. Mereka biasanya bakal memasak makanan terbaik di menu keluarga buat sahur pertama. 

Hal ini akan meriah hingga malam takbiran jelang hari raya Idul Fitri. Pasar-pasar akan ramai diserbu mereka yang mencari baju baru, bahan untuk jual jajanan buka puasa, hingga yang mau beli emas jelang mudik lebaran.

Dari mana saya tahu itu? Saya sudah berada di lingkungan ini sejak lahir. Meski saya dan keluarga menjadi non-muslim kedua di lingkungan ini, rasa-rasanya puasa di lingkungan rumah adalah hal yang biasa, namun tetap berkesan.

Jelang azan magrib berkumandang, saya biasanya memilih keluar, mencari gorengan dan makanan ringan yang hanya bisa ditemui saat bulan puasa. Ada rasa khas dan atmosfer berbeda jika membeli jajanan dengan mengantre bahkan berebutan dengan teman-teman yang berpuasa, padahal saya tidak.

Saya juga menyadari betapa pentingnya empati dan toleransi selama Ramadan. Diskusi terbuka tentang perbedaan agama dan keyakinan menjadi hal yang umum, menciptakan iklim inklusif dan ramah bagi semua. 

Bergabung dalam berbuka puasa bersama teman-teman muslim memberikan saya pengalaman gastronomi yang luar biasa. Saya dapat mencicipi hidangan khas Ramadan yang lezat dan merasakan keceriaan bersama dalam momen berbagi makanan. Tempat-tempat makan penuh, restoran juga harus dikosongkan jadwalnya jauh-jauh hari. Namun, itu menambah hangat pertemanan saya dengan teman-teman muslim lainnya.

Nanti jelang Natal, suasana hangat dari mereka juga terasa. Ajakan makan malam Natal atau Christmas Dinner, mereka lakukan untuk menghargai saya sebagai seorang Kristen dalam lingkaran pertemanan. Tukar kado dan mengirim makanan untuk keluarga saya.

Pengalaman berpuasa Ramadan, bagi saya memperkaya pemahaman mereka tentang keragaman budaya dan agama. Saya belajar, melibatkan diri dalam pengalaman keagamaan orang lain dapat membuka pintu untuk memahami, menghormati, dan merayakan keanekaragaman dunia ini.

Selama bulan suci ini, semangat toleransi dan saling menghormati menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai komunitas, menciptakan ruang bagi semua untuk merayakan kehidupan bersama. Tumbuh dalam lingkungan yang berbeda memberi pemahaman bahwa dunia sangatlah luas.

Topik:

  • Satria Permana
  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya