[OPINI] Minimnya Sex Education Harusnya Jadi Evaluasi Bagi Baby Boomer

“Coba dulu kita ngobrol kaya gini ya Bim..."

Ada video viral di Twitter beberapa waktu yang lalu mengenai sepasang anak SD, laki-laki dan perempuan yang terlihat sedang bercumbu di depan teman-temannya. Terlihat mereka sedang berbaring dan dikelilingi teman-temannya yang bersorak atas tindakan mereka. Entah siapa yang mengambil video, dan tidak tahu juga bagaimana tindak lanjut tindakan mereka dari pihak sekolah. Yang ada di pikiran saya hanya, mereka anak kecil yang tidak paham sebenarnya apa yang mereka lakukan.

Film Dua Garis Biru yang baru saja tayang di bioskop Indonesia, merupakan salah satu tamparan keras bagi para orang tua mengenai gambaran kondisi Negara kita yang memang masih menganggap bicara mengenai ‘seks’ adalah tabu. Banyak pesan moral yang bisa diambil dengan kita menonton film itu, seperti kondisi pendidikan dan kondisi sekolah yang bias-gender, perekonomian, latar belakang orang tua, dan kondisi mental anak SMA.

Hal yang paling sering kita temukan di lingkungan rumah adalah, betapa lucunya para tante-oom, atau bahkan orang tua kita sendiri yang tidak pernah mengajarkan kita bagaimana cara melakukan aktivitas seksual, bila sudah punya pacar harus segera menikah (untuk menghindari zina dan fitnah tetangga), tetapi bila sudah menikah ditanya “Kapan punya anak?”, padahal mereka tidak pernah mengajarkan hal tersebut kepada kita. Apa mereka tidak pernah refleksi, dari mana anak-anaknya tau cara ‘membuat anak’. Ketika kita nonton film porno dianggap anak nakal atau bahkan jika ada adegan ‘ciuman’ mata kita ditutup? Terkadang saya jadi anak berpikir, “Sampai kapan harus gerilya dan eksplorasi sendiri mengenai pendidikan seks?”

Dengan banyak kejadian pelecehan seksual, hamil di luar nikah dianggap aib, dan berbagai kasus asusila (atau yang dianggap asusila) lainnya, seharusnya ini bisa jadi sebuah pembelajaran bagi generasi baby boomer yang terus menganggap hal ini tabu, nakal, tidak beriman, dan sebagainya. Obrolan soal seks tidak melulu soal penetrasi atau sexual intercourse. Kita bisa mengajarkan soal bahaya unsafe sex, atau pelecehan. Misalnya, untuk anak SD, kita bisa ajarkan bila ada orang lain yang dengan kurang ajarnya memegang daerah vital, kita bisa menolak dan anak tersebut bisa bercerita dengan aman kepada orang tua. Anak SMP, karena masa puber dan masa-masanya cinta monyet, diajarkan apa itu rasa suka dan bagaimana cara mengekspresikan afeksi dengan tepat. Anak SMA, dikenalkan apa itu safe sex dan STD. Jadi bisa disesuaikan dengan porsi umur si anak, sehingga secara mental anak tersebut siap dan bisa melindungi diri mereka sendiri dari bahaya akan aktivitas seks yang tidak bertanggung jawab.

Peristiwa-peristiwa yang ada di masyarakat tersebut harapannya bisa menjadi evaluasi kita semua dan ke depannya pendidikan seks bisa diakses lebih mudah dan edukatif. Semoga, generasi millennial dan seterusnya bisa mengatasi permasalahan pendidikan seks bahwa hal ini penting dan bukanlah hal yang tabu.

Baca Juga: 6 Manfaat Pendidikan Seks Sejak Dini Untuk Anak

Meyanne Rasita Photo Writer Meyanne Rasita

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya