[OPINI] 2 Hal Terkait Ramadan Ini Ternyata Keliru

Selama ini kita salah mengartikannya

Umat Islam sangat berbahagia karena pada tahun ini Insya Allah akan diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan Ramadan. Bulan yang diselimuti rahmat, serta dan ampunan Allah begitu terbuka kepada mereka yang beribadah.

Menjelang memasuki bulan Ramadan ini, tentu kita mesti mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Mulai dari bagaimana mempersiapkan lahir dan batin, hingga memperbaharui kembali pengetahuan tentang Ramadan.

Perkara yang perlu kita ketahui lagi adalah beberapa hal mendasar terkait Ramadan yang selama ini dipahami keliru oleh umat. Penulis merangkumnya menjadi dua hal, yang selama ini cenderung menjadi sebuah kebiasaan. Nyatanya itu adalah sebuah kekeliruan dan harus diluruskan. Nah, apa sajakah itu? 

1. Kekeliruan Saat Menyebut Ramadan Sebagai Bulan Suci

Selama ini kita sering mendengar orang-orang menyebutkan dalam ucapannya bahwa bulan Ramadan adalah bulan suci. Seperti "Selamat Menunaikan Ibadah Di Bulan Suci Ramadan". Sebagian dari muslim sudah beranggapan bahwa Ramadan ini adalah bulan suci. Namun, Jika kita runut kembali literatur yang menjelaskan tentang Ramadan, baik itu pada penjelasan di Alquran dan Sunnah, tidak ada satupun yang menyatakan bahwa Ramadan itu adalah bulan suci.

Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa ada empat bulan haram yang dalam pengertiannya adalah bulan suci, dihormati, dan mulia sebagaimana, yang dinisbatkan kepada Masjid termulia yakni Masjidil Haram. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits berikut:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).

Di samping itu, Allah juga menegaskan tentang bagaimana semestinya seorang muslim di bulan haram (bulan suci).

Allah berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًۭا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌۭ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةًۭ كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةًۭ ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah: 36)

Secara kontekstual, penghormatan terhadap bulan haram ini tidak harus dilakukan oleh muslim saja. Namun yang non-muslim pun harus diberikan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya mereka menghormati bulan tersebut.

Semuanya harus mentaati tentang aturan di bulan Haram ini sebagaimana yang Allah jelaskan di dalam Alquran. 

Dengan demikian, kita harus menyadari kembali bahwa menyebut Ramadhan sebagai bulan suci adalah sebuah kekeliruan. Ramadan lebih tepatnya disebut sebagai Bulan yang diagungkan, karena segala macam bentuk keutamaan tercurah di bulan ini, atau Bulan Alquran. Karena pada bulan ini Alquran diturunkan.

2. Pemahaman Mengenai Imsak

Imsak merupakan hal mendasar tentang puasa. Imsak berasal dari bahasa Arab yakni amsaka yumsiku imsak yang berarti menahan. Dalam ibadah puasa, Imsak berarti waktu dimulainya untuk menahan dari segala hal yang membatalkan puasa, yakni mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Terbitnya fajar ini ditandai dengan masuknya waktu salat subuh dan terbenamnya matahari pada saat masuk waktu Salat maghrib.

Namun, kebanyakan yang berlaku di tengah masyarakat saat ini adalah acuan seorang muslim dalam memulai waktu imsak itu adalah waktu yang tertera pada jadwal waktu selama Ramadan atau dikenal dengan imsakiyah. Di mana, seseorang memulai untuk imsak yakni sepuluh menit sebelum masuknya waktu subuh. 

Penulis pernah menanyakan mengapa diberlakukan demikian. Padahal dalam hukum syar'inya, imsak itu dimulai pada saat adzan subuh berkumandang. Jawaban yang sering penulis dengar adalah sengaja dilakukan demikian, agar seseorang sudah bersiap-siap dan supaya tidak kebablasan. 

Logisnya, hal tersebut terdengar benar. Namun, persepsi seperti ini tentu akan mengurangi faedah di waktu sahur, di mana seseorang disunnahkan untuk melambatkan makan sahur. Di samping itu, hal tersebut akan menyusahkan bagi mereka yang terlambat bangun.

Misalkan, ada yang baru terbangun 5 menit sebelum waktu subuh dan rasanya masih sempat untuk melakukan makan dan minum. Namun, karena merasa ia telah melewatkan waktu sahur, maka ia tidak melakukan sahur dan akhirnya ia tidak menjalani ibadah puasa secara maksimal. 

Perkara Imsak ini memang harus dipahami secara benar, agar kita tidak melewatkan berbagai keutamaan di bulan Ramadan, satu di antaranya makan sahur ini. 

Dengan demikian, kita menyadari bahwa dalam melakukan sebuah Ibadah, kita perlu untuk senantiasa mengilmui setiap ibadah yang kita lakukan. Agar di samping beribadah dengan benar, kita juga bisa memahami arti serta maksud dari tuntunan beribadah yang kita ikuti. Semoga, bulan Ramadan tahun ini lebih baik dari yang sebelumnya.

Mohammad Aliman Shahmi Photo Writer Mohammad Aliman Shahmi

Seorang anak bujang yang tengah berusaha untuk bertaubat demi pengokohan prinsip yang senantiasa digoyahkan oleh perubahan zaman.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya