[OPINI] Kisah Keluarga Petani dan Pak Gubernur

Bukan hanya Kendeng, tapi Indonesia juga menunddukan kepala

Spanduk yang dibawa para demonstran itu sungguh amat menohok. Bagaimana tidak? Jelas tertulis disana “Tuanku Ya Korporat, Gubernur Cuman Mandat” yang mengarah jelas kepada Gubernur Jawa Tengah yang terhormat, Bapak Ganjar Pranowo. Para petani itu bukan demonstran yang ingin dirombaknya sistem pemerintahan, apalagi ujug-ujug revolusi negara. Sama sekali tidak! Mereka hanya ingin hak kuasa mereka sebagai petani dikembalikan, Pak Ganjar!

Saya pribadi memang bukan warga Kendeng, apalagi warga Jawa Tengah. Tapi, sebagai seorang warga Indonesia saya amat miris melihat keadaan para petani itu. Mereka sudah amat sepuh, tua, tak berdaya, dan mungkin umur mereka sekarang sudah lebih dari kepala enam. Umur yang seharusnya tidak lagi dipusingkan dengan urusan korporat. Umur yang harusnya mereka semakin banyak ibadah.

Sejak Senin, 13 Maret, para petani Kendeng sudah mulai melakukan aksi demo menolak pendirian pabrik semen oleh PT Semen Indonesia di atas tanah Kendeng. Mereka sampai men-cor kaki rapuh mereka, supaya Pak Ganjar sadar. Gubernur yang harusnya lebih berpihak kepada wong cilik justru hanya dengan setumpuk uang melupakan janji-janji kampanye yang dulu di sorakkan dengan lantang.

Sampai pada puncaknya tanggal 20 Maret. Para petani mulai pulang kembali ke kampong halaman, dan mengubah cara aksi mereka. Tersisa hanya 9 orang yang melakukan aksi. (Alm) Bu Patmi (48) termasuk yang akan pulang malam itu. Sehingga cor kakinya dibuka semalam, untuk persiapan pulang paginya.

Tapi takdir berkata lain, esoknya Bu Patmi meninggal saat dini hari. Innalillahi wa inna lillahi roji’un. Saat itu bukan hanya Kendeng yang berduka, Pak. Tapi seluruh rakyat Indonesia berduka, karena lagi-lagi kami melihat ironi yang membuat gatal mata, dan kuping kami. Bu Patmi menjadi saksi bahwa pemerintah Republik Indonesia yang sedang menggemborkan pelestarian hayati, serta perubahan iklim agar negeri ini lebih baik, justru ada para pengurus negara yang tidak becus mengurus rakyat dan wilayahnya.

Dimana ideologi Marhaenisme Anda yang pro akan wong cilik, Pak? Dimana janji Pak Ganjar yang akan selalu berpihak kepada rakyat kelas bawah, dan  akan selalu Anda bantu? Dimana ucapan itu semua? Apakah masih utuh, atau sudah tidak utuh? Jangan-jangan bapak lupa menaruh itu semua ya? Lebih parah lagi, bapak tak merasa pernah berucap seperti itu? Jangan jadi seperti (maaf) seekor hewan, Pak. Hewan itu menjilat agar medapat tulang, supaya mereka tak kelaparan, dan perut mereka tak keroncongan.

Bagi para petani, membiarkan alam rusak berarti mengabaikan eksistensinya sebagai petani. Bapak harus paham, mereka hanya ingin menjadi petani, dan mereka memperjuangkan takdirnya itu dengan tubuhnya Sendiri. Sekali lagi saya ucapkan, Pak. Karena saya takut, nurani Anda mati. Jika sudah seperti itu saya hanya bisa berdoa supaya bapak sadar akan nasib rakyat Jawa Tengah, khususnya Kendeng.

Semoga kelak, kisah petani dan pak gubernur tak menjadi kisah menyeramkan bagi keturunan kita di masa yang akan datang.

Nasrullah Alif Photo Verified Writer Nasrullah Alif

Semoga tulisan saya bisa bermanfaat. Aamiin

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya