Membaca Sebagai Media untuk Menjaga Stabilitas Mental Health

Yuk jaga kesehatan mentalmu~

Kesehatan mental sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, WHO menjelaskan bahwa kesehatan mental ialah kondisi di mana seseorang menyadari kemampuannya, bisa mengatasi stres, bisa bekerja dengan produktif dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Ketidakstabilan kesehatan mental ini karenanya akan berdampak bagi kurangnya produktivitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ini bisa mempengaruhi kepedulian pada diri sendiri, pendidikan dan pekerjaan serta kehidupan sosial. Berdasarkan dari hal tersebut, pentingnya menjaga kesehatan mental dan kestabilannya menjadi concern sekarang ini sebab permasalahan mental health mengalami tren peningkatan.

Terutama setelah Pandemi COVID-19 menyebar, membuat setiap orang harus mematuhi kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mulai dari work from home dan mematuhi segala protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus. WHO memaparkan bahwa di tahun 2020, jumlah orang yang mengalami anxiety dan depressive disorders meningkat secara signifikan karena Pandemi Covid-19. Perkiraan awal menunjukkan peningkatan 26% dan 28% secara berurutan untuk anxiety dan major depressive disorder hanya dalam waktu satu tahun. Karenanya isu Mental Health ini menjadi salah satu masalah yang kerap menjadi topik diskusi secara nasional maupun internasional. Salah satunya ialah G-20 yang merupakan forum kerja sama internasional yang terdiri dari 19 negara, pertemuan tingkat kepala negara/pemerintahan melalui KTT G-20 membahas berbagai isu yang salah satunya ialah sistem kesehatan dunia.

Terlepas dari bagaimana permasalahan kesehatan mental ini dan hadirnya akses bagi pencegahan dan penyembuhan, masih banyak orang sebagai tidak memiliki akses pada effective care. Kestabilan mental health harus menghadapi jalan panjang diskriminasi, stigma, dan pelanggaran atas hak-haknya. Karenanya self care and effective care menjadi pilihan untuk menjaga stabilitas kesehatan mental. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk relaksasi diri, entah itu mendengarkan musik atau berjalan dan menikmati alam, hingga melakukan meditasi. Kamu mengetahui bagaimana cara merelaksasi diri sendiri. Namun ada satu cara yang berdasarkan dari berbagai studi bisa membantumu untuk menjaga stabilitas kesehatan mental, mudah dan bisa dilakukan di mana pun, ialah membaca. Ya, membaca.

Membaca membantu menjaga otak

Para ahli dari Neutroscience Center of Baltimore yang melakukan penelitian pada 112 karyawan pada pabrik yang ada di Kanada, mereka memiliki tingkat timbal yang tinggi dalam darah mereka karena terpapar zat terlalu lama. Penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang gemar membaca menderita sedikit kerusakan pada kesehatan mental mereka.

Membaca membantu mengurangi stres

Penelitian dari University of Sussex menunjukkan bahwa bahkan 6 menit membaca dalam satu hari cukup untuk menolak 2/3 stres harian yang dihadapi orang-orang. Tenggelam dalam lembar-lembar buku, ikut bertualang, mengimajinasikan dan merasakan apa yang dirasakan setiap karakter dalam buku membawa kita pada relaksasi yang nyata.

Dalam Enchanted Hour, sebuah buku tentang manfaat membaca, seorang penulis Wall Street Journal Meghan Gurdon mengatakan bahwa dalam sastra kita dibebaskan dari batasan fisik dan dari ortodoksi waktu dan tempat. Kita bertemu dengan karakter-karakter yang tidak akan pernah kira temui dalam dunia nyata. Seakan mengalaminya sendiri kita merasakan hidup melalui mereka. Melalui membaca, kita menemui karakter-karakter, peristiwa dan berbagai sudut pandang yang membuat kira mengambil pelajaran dari hal tersebut, membuat diri kita menjadi jelas akan kesadaran hidup, kebijaksanaan dan memberikan kenyamanan emosional disaat yang bersamaan.

Meningkatkan konsentrasi

Secara praktis membaca membuat kita memberikan perhatian penuh pada plot yang ada, apa yang mereka pikirkan dan lakukan. Ini membantu meningkatkan kemampuan membuat keputusan dan pemecahan masalah. Penelitian yang dilakukan oleh Liverpool Health Inequalities Research Institute yang melakukan proyek kelompok membaca 2 minggu di pusat dokter bedah umum dan kesehatan di Liverpool menunjukkan bahwa membaca membantu pasien penderita depresi dalam kesejahteraan sosial mereka, sebab meningkatkan kepercayaan pribadi dan mengurangi isolasi sosial.

Membantu kesehatan mental mereka dan meningkatkan daya konsentrasi. Selain itu, membaca membantu mereka menumbuhkan minat dalam mempelajari hal yang baru dan memiliki cara baru dalam memahami sesuatu. Membantu kesehatan emosional dan psikologi mereka, karena meningkatkan kesadaran dan keberadaan diri.

Membantu mencegah insomnia

Sebab menumbuhkan kebiasaan membaca sebelum tidur seperti mengatur jam tubuh dan memberikan sinyal pada otak bahwa sudah waktunya untuk tidur. Para ahli juga mengatakan bahwa membaca buku sebelum tidur akan membantu menghadapi beberapa faktor stres, dan dipertimbangkan sangat efektif dalam mengatasi kecemasan.

Oleh karena itu mental health menjadi concern dan merupakan topik yang sering diperbincangkan sekarang ini, terutama di era yang serba sosial media di mana kita bisa dengan mudah mengakses informasi berkaitan dengan mental health dan bahkan mendengarkan dan membaca cerita-cerita mereka yang sedang berjuang untuk kestabilan mental health-nya, we appreciate that. Tetapi bukan berarti dengan berbagai informasi yang disajikan kita harus mencerna semuanya, kita juga perlu memilah informasi dengan baik dan mempertanyakan kredibilitasnya agar tidak salah informasi. Selain itu, self diagnose berkaitan dengan mental health harus dihindari untuk tidak sembarang mendiagnosa diri dan pada akhirnya salah diagnosa.

Dalam tulisan ini, to cope up with mental health stability media yang ditawarkan ialah membaca. Membaca tidak hanya menambah pembendaharaan kata dan daya intelektual tetapi juga sangat bermanfaat bagi stabilitas kesehatan mental untuk mencegah atau berusaha untuk cope up dengan mental disorder. Selain itu, ada banyak pilihan genre yang bisa dibaca sesuai dengan mood dan banyak penulis dengan berbagai ciri khas tersendiri. Untuk membantu rileksasi dalam membaca, posisi yang nyaman dan jarak buku dengan mata juga sangat berpengaruh. Karenanya, carilah posisi senyaman mungkin untuk tenggelam dalam lautan kata dan bertualang di dalamnya. 

Hanya saja sangat disayangkan bahwa menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia 0,001% yang berarti bahwa 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Penelitian lain melalui  World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Ini menunjukkan bahwa ada banyak PR bagi Indonesia mulai dari kesehatan mental hingga literasi. Pembenahan ini perlu dilakukan tidak hanya oleh pemerintah namun juga secara personal. Semoga sesuai dengan tema yang diusung dalam Presidensi G-20 Indonesia tahun 2022 yang mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger" Indonesia bisa pulih dan secepatnya menjadi negara berkembang yang tidak hanya memiliki sistem kesehatannya mumpuni tapi juga tingkat literasi masyarakatnya meningkat. 

Baca Juga: Membaca Kode Persneling Mobil Bertransmisi Matic, Mudah Kok!

Nur Aulia Safira Photo Verified Writer Nur Aulia Safira

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dimas Bowo

Berita Terkini Lainnya