Cerita Kuliner dan Kebersamaan di Singkawang saat Ramadan

Banyak kuliner khas yang lezat

Di ujung barat Pulau Kalimantan, terdapat sebuah kota yang memelihara tradisi Ramadan dengan begitu khas, yaitu Singkawang.

Kota ini tidak hanya dikenal dengan keberagaman etnisnya, tetapi juga dengan aneka kulinernya yang begitu beragam. Ini menjadi aspek yang paling saya suka dari bulan Ramadan di Singkawang. 

Suasana Ramadan di sana dipenuhi dengan aroma masakan khas yang memikat selera. Di setiap sudut, ada penjual makanan dan minuman tradisional yang menawarkan hidangan lezat seperti bubur pedas, choi pan, sotong pangkong, dan berbagai hidangan khas Ramadan lainnya.

Bagi saya, hidangan lontong sayur dengan siraman bumbu kacang menjadi hidangan yang ekstra spesial pada bulan Ramadan.

Setiap tahun, ayah saya selalu membuat lontong untuk hidangan berbuka dan sahur. Lontong tersebut juga akan dibagikan ke tetangga dan kerabat-kerabat terdekat. 

Ada citarasa yang begitu spesifik dan sentimental saat saya merasakan makanan-makanan khas Ramadan. Rasa yang membuat saya dibawa kembali ke kampung halaman walaupun sedang tidak berada di Singkawang. 

Selain itu, salah satu ciri khas Ramadan di Singkawang adalah tradisi berbuka puasa bersama di masjid-masjid dan surau-surau yang tersebar di seluruh kota.

Warga dari berbagai latar belakang etnis berkumpul untuk menikmati hidangan buka puasa bersama. Kegiatan ini bagi saya menciptakan ikatan kebersamaan yang kuat, khususnya di desa-desa.

Suasana kebersamaan ini juga tercermin dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan yang diadakan selama bulan Ramadan, mulai dari pengajian hingga bakti sosial untuk membantu sesama yang membutuhkan.

Banyak warga yang mengadakan berbagai acara amal, seperti pembagian takjil gratis kepada pengendara yang melewati jalan-jalan utama kota. Semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Ramadan di Singkawang.

Tak berhenti sampai di situ, Singkawang juga dikenal dengan tradisi uniknya dalam menyambut malam takbiran. Setiap malam menjelang Idulfitri, warga kota Singkawang berkumpul di Masjid Raya untuk melantunkan takbir dan berdoa bersama. 

Warga dari berbagai sudut kota membawa obor kemudian berkeliling kota sambil melantunkan takbir. Suasana khidmat dipadu dengan cahaya lampu hias yang mempercantik malam, menciptakan pemandangan yang memukau bagi saya. 

Bagi masyarakat Tionghoa yang tinggal di Singkawang, Ramadan juga merupakan waktu yang istimewa. Meskipun tidak menjalani puasa secara penuh, mereka turut merayakan Ramadan dengan cara berburu takjil dan berbuka bersama dengan teman-teman muslim.

Dengan kekayaan kuliner tradisional dan budayanya, Ramadan di Singkawang tidak hanya menjadi waktu perayaan keagamaan, tetapi juga untuk merayakan persatuan dalam keberagaman.

Melalui hidangan lezat dan tradisi berbagi, orang-orang di kota ini menunjukkan bahwa kebersamaan dan toleransi adalah kunci untuk merayakan Ramadan dengan penuh sukacita.

Baca Juga: Cerita Ramadan: Sahur dan Butter Cookies Buatan Ibu

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya