[OPINI] Ngopi: Budaya, Tren, hingga Menjaga Alam

Sebiji kopi membuat Indonesia mendunia

Memandangi rintik hujan di balik jendela ditemani secangkir kopi hangat rasanya menjadi sebuah perpaduan yang pas untuk mencari inspirasi. Sambil menyeruput kopi hitam di cangkir putihku ini entah mengapa terbesit dalam pikiran, kenapa orang Indonesia identik dengan istilah "ngopi"?

Hampir di setiap kegiatan, ritual ngopi tak pernah luput. Dari warung pinggir jalan sampai istana Presiden, yang tak pernah absen disajikan adalah kopi. Pokoknya, di Indonesia ini, orang tua hingga generasi zaman now tidak bisa lepas dari ngopi.

1. Tren Kopi Gelombang Ketiga (Third Wave Coffee).

[OPINI] Ngopi: Budaya, Tren, hingga Menjaga Alamkumparan.com

Disadari atau tidak, sekarang kita sedang berada di gelombang generasi ketiga atau Third Wave Coffe dalam budaya minum kopi. Pada masa ini, orang-orang mulai meminum kopi secara sehat dan memiliki ketertarikan sendiri soal kopi yang dia minum. 

Minum kopi secara sehat ialah saat kita ngopi tanpa gula, layaknya kopi-kopi manual brew yang disediakan oleh beberapa kafe saat ini. Menurut Ketua Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI), Syafrudin, meminum kopi tanpa gula, selain bisa mengurangi risiko diabetes, tapi juga membuat senyawa antioksidan di dalam secangkir kopi menjadi positif. 

Senyawa ini mampu meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit seperti kanker, asam urat, dan juga menghambat penuaan dini. Selain itu, secara alami biji kopi mengandung senyawa penting lainnya, seperti lemak, karbohidrat, protein, senyawa asam, vitamin dan mineral.

"Kopi sehat itu tanpa gula, jadi jangan ada gula di antara kita. Dan kopi itu digiling, bukan digunting," begitulah kira-kira tagline dari Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan yang pernah aku dengar.

Yang kedua, soal ketertarikan terhadap kopi yang diminum. Ketertarikan dalam konteks ini adalah ketika para penikmatnya mulai tak hanya menyeruput, tapi juga mencari tahu. Mereka kepo tentang asal biji kopi, bagaimana proses pengolahannya hingga metode penyajian si hitam ini. Wajar jika rasa penasaran itu muncul, sebab kopi memiliki berbagai cita rasa tersendiri, bahkan sebelum menyentuh lidah kita. 

Ya, itu lah keunikan dari kopi. Secangkir kopi di hadapan kamu yang siap diseruput ini ternyata sudah melewati banyak proses agar memiliki cita rasa khas. Bahkan, dari satu jenis biji kopi saja bisa menghasilkan berbagai macam cita rasa tergantung bagaimana cara pengolahannya.

Tak hanya dari pengolahan, berbagai cita rasa juga muncul dari asal biji kopi tersebut. Dan, Indonesia adalah salah satu surganya kopi. Hampir setiap daerah punya jenis kopi tersendiri.

Dari pulau Sumatera kita kenal kopi dengan cita rasa rempah-rempah, contohnya kopi Gayo Aceh, strong and bold coffee. Jawa Barat juga terkenal dengan kopinya yang manis walau tanpa gula. 

Jika kamu mencicipi kopi dari pegunungan di Jawa Tengah, maka kamu bisa rasakan sensasi Tembakau) atau Kemiri. Beda lagi dengan Jawa Timur yang kuat dengan rasa mocca dan kacangnya.

Selanjutnya Bali dengan kesegaran squishy lemonnya, Sulawesi Dark Chocolate dan sensai markisa. Adapun Papua karena didominasi hutan maka cita rasa kopinya pun kompleks bermacam-macam. Bahkan, jika kita menanam pohon buah lain di dekat pohon kopi, juga akan mempengaruhi cita rasa kopi itu yang mengikuti rasa buah di pohon tersebut.

"Itu semua (cita rasa) bisa dihasilkan dengan proses yang baik. Yang membuat cita rasanya beda-beda itu karena unsur tanah setiap daerah yang beda-beda juga," kata Syafrudin.

2. Pohon kopi, si penjaga alam.

[OPINI] Ngopi: Budaya, Tren, hingga Menjaga Alamkopikopen.com

Tak hanya dari cita rasa, kopi juga unik karena merupakan salah satu pohon yang "manja". Mereka tidak bisa dirawat dengan sembarang. Untuk menghasilkan biji kopi yang berkualitas tinggi, perawatannya harus benar-benar diperhatikan, salah satunya, pohon kopi tidak boleh langsung terkena paparan cahaya matahari langsung. 

Sebaiknya kopi ditanam di antara pohon yang lebih tinggi sebagai penaung, dan saat proses pencucian disarankan memakai air sekali pakai. Proses awal yang baik, akan menghasilkan cita rasa yang baik juga.

Lebih jauh, menanam pohon kopi ternyata bisa menahan terjadinya erosi, karena akar pohon tertanam hingga 3 meter kedalam dan mencengkeram kuat tanah. 

Menanam kopi sebaiknya menggunakan pola Agroforestry yang artinya pohon kopi ditanam berdampingan dengan pohon penaungnya yang lebih tinggi seperti Pinus, Alpukat, Sengon dan lainnya. Selain bisa menahan cahaya matahari langsung, juga baik untuk pelestarian hutan.

Hadirnya tren kopi gelombang ketiga di Indonesia ini juga berdampak terhadap kesejahteraan petani kopi itu sendiri. Di Jawa Barat saja, harga biji kopi yang dulunya dijual petani hanya Rp 3.000 per kilogram, sekarang mencapai Rp 8.000-10.000 per kilogram. 

Apalagi biji yang diproses spesial dan dipetik merah harganya bisa Rp 80.000 per kilogram. Kopi Indonesia, khususnya asal Puntang Jawa Barat pun menjadi juara dalam ajang bergengsi internasional Specialty Coffee Association of America Expo di Atlanta, Amerika Serikat.

Luar biasa kan, hanya dari sebiji kopi saja Indonesia bisa mendunia. Makanya mulai sekarang jangan remehkan secangkir kopi, sebab jauh di dalamnya banyak sekali perjalanan kopi tersebut agar menghasilkan cita rasa dan kualitas tinggi bagi kamu.

Rizky Perdana Photo Writer Rizky Perdana

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya