Dosa Bulan Suci: Makan Siang Bareng Ayah Saat Ramadan

#CeritaRamadan

Jakarta, IDN Times - Bulan yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Ya, bulan suci Ramadan. Bayangan di benakku, Ramadan selain berpuasa juga identik baju baru. Maklum ndeso, setiap Lebaran tiba, berharap punya baju baru dari orangtua.

Aku dijanjikan baju baru dari orangtuaku jika berpuasa sebulan penuh. Aku yang masih duduk di bangku kelas dua sekolah dasar kegirangan. Aku berusaha mengisi Ramadan dengan bersungguh-sungguh.

Tak hanya berpuasa sebulan penuh, aku juga rajin mengisi buku kegiatan Ramadan dari sekolah. Praktis, aku harus salat tarawih berjamaah dan tadarus Al-Qur'an di masjid, hingga salat sunah, supaya mendapat tanda tangan para alim di buku Ramadan.

Baca Juga: Kisah Thalhah bin Ubaidillah, Sahabat Nabi Berjuluk Syahid yang Hidup

1. Ayah belikan baju baru

Dosa Bulan Suci: Makan Siang Bareng Ayah Saat Ramadanilustrasi melihat pakaian (pexels.com/Alex Green)

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Beberapa hari menjelang Lebaran, ayahku mengajakku ke toko pakaian di pusat keramaian kota kecil di Jawa Tengah. Girangnya bukan main. Kami naik angkot ke pusat pertokoan, karena jarak dari rumahku ke pusat perbelanjaan cukup jauh.

Sekitar 30 menit kami tiba di pusat pertokoan. Siang itu suasana begitu ramai pengunjung. Maklum, menjelang Lebaran. Semua orang hampir berbelanja keperluan persiapan Hari Raya Idulfitri. Kami memasuki beberapa toko pakaian untuk memilih baju yang aku mau.

Saking ramainya pengunjung, kami berdesak-desakan. Cuaca panas saat itu semakin menguras keringat, hingga kerongkongan mengering. Lebih dari satu jam kami menghabiskan waktu untuk mencari baju dan membeli keperluan lain untuk Lebaran.

Akhirnya aku menemukan baju yang aku mau. Sederhana. Hanya setelan kaus dan celana putih bergambar tokoh ksatria Baja Hitam. Senangnya bukan main. Tak sabar ingin segera sampai di rumah untuk menjajal baju baruku.

2. Ayah ajak makan di warung

Dosa Bulan Suci: Makan Siang Bareng Ayah Saat Ramadanilustrasi ayam goreng pandan (pexels.com/lee starry)

Bukannya langsung pulang, ayah tiba-tiba mengajakku mampir ke warung makan. Aku duduk tertegun di samping ayah, yang tengah sibuk memesan makanan dan es teh manis. Ada beberapa orang yang makan di warung itu. Mereka terlihat lahap. Aku tak mau makan karena tak mau batal puasa. Aku bersungguh-sungguh ingin puasa sebulan penuh, tapi ayah terus membujukku.

"Nanti sampai di rumah jangan bilang-bilang ibu. Ayah juga gak bakal bilang ibu kok kalau kamu makan," bisik ayah di telingaku.

Akhirnya aku termakan bujukannya. Aku terpaksa batal puasa. Habis sudah nasi lauk ayam goreng. Alhamdulillah, kenyang, eh! Tapi rasa penyesalan terus menghantuiku. Dengan polosnya, aku justru khawatir ayah akan mengadu pada ibu soal ini. 

Baca Juga: Kisah Nabi Sulaiman, Raja yang Memimpin Jin dan Bisa Bahasa Hewan

3. Jadi rahasia sampai sekarang

Dosa Bulan Suci: Makan Siang Bareng Ayah Saat RamadanIlustrasi salat (www.pexels.com)

Di rumah, ayah menepati janji. Tidak mengadu pada ibu. Pastinya! Mana mau rahasia ayah terbongkar. Aku juga tutup mulut. Ini jadi rahasia bertiga; aku, ayah, dan Allah SWT.

Rahasia ini terjaga sampai sekarang. Sampai Allah SWT akhirnya membongkar lewat tulisan ini. Semoga Dia mengampuni dosa-dosa ayahku, ya. Amin.

Topik:

  • Rochmanudin
  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya