Prank Lempar Petasan ke Orang Buka Puasa di Warteg

#CeritaRamadan yang seru dan penuh kenakalan

Jakarta, IDN Times - Ramadan di masa kecil, menjadi kenangan yang begitu berkesan buat saya. Bagaimana tidak, mulai dari belajar hingga kenakalan masa kecil, semua tertuang di sana.

Saat ramadan datang, saya langsung teringat dengan kisah kenakalan masa kecil. Kisah ini muncul ketika saya masih duduk di kelas lima Sekolah Dasar (SD).

Kebetulan, saya sekolah di siang hingga sore hari. Tapi, ketika ramadan, biasanya sekolah jadi dipersingkat jam belajarnya. Saya masuk pukul 13.00 hingga 16.30 WIB.

Akibat sekolah siang, saya masih ada waktu buat main pada paginya. Petasan menjadi pilihan saya bermain ketika itu. Cara mainnya macam-macam, entah eksperimen masukkan ke botol plastik demi melihat seberapa parah pecahnya, ditutupi kaleng, hingga menaruhnya ke gundukan pasir.

Namun, eksperimen atau metode itu sudah membosankan. Jadilah, saya dan tiga teman berpikir apa cara main petasan yang seru.

Salah satu teman saya melihat sebuah Warung Tegal alias Warteg yang tetap buka saat ramadan. Kebetulan, menjelang siang, sekitar pukul 10.30 WIB saat itu, banyak orang masuk ke Warteg. Ya, tujuannya apalagi kalau bukan "Buka Puasa" lebih awal.

Dari sinilah keisengan saya dan teman-teman muncul. Ibaratnya, bahasa sekarang itu prank. Kami ingin mengerjai orang-orang yang "Buka Puasa" tersebut dengan melempar petasan di bawah kursinya.

Rencana kami susun. Kebetulan, ada sekitar lima petasan korek yang tersisa di tangan masing-masing. Gak mau rugi, semua petasan tersebut rencananya kami nyalakan dan lempar ke bawah kursi panjang ala Warteg.

Kami berempat berbagi tugas. Salah satu teman melihat situasi sekitar, sedangkan saya dan dua lainnya berusaha berjongkok, membuka tirai yang menutupi dua pintu masuk Warteg untuk selanjutnya melempar petasan korek.

Rencana dijalankan, entah mengapa situasi saat itu sangat mendukung karena jalan sekitar sepi. Dengan cepat, kami menyalakan lima petasan korek itu. Saya kebetulan pegang dua dan melemparnya dengan yakin ke bawah meja.

Kami kabur sebelum petasan meledak. Tak lama, "duar, duar, duar, duar, duar!" Ada lima ledakan kecil yang terdengar dari luar. Kami mencoba menahan tawa. Kemudian, orang-orang yang ada di dalam mulai teriak marah-marah dan berusaha mencari pelakunya, yaitu kami.

Saat mereka keluar, kami tertawa karena ada salah satu orang yang pakaiannya terlihat kotor akibat noda sambal.

Tawa langsung membuat mereka sadar, kamilah pelakunya. Akhirnya, kami lari secepat mungkin demi menghindari ditangkap. Capek sekali, sampai rumah saya langsung mengendap-endap mencari air es yang biasa dibuat ibu di kulkas. Tanpa rasa bersalah, saya tenggak itu air es, rasanya segar!

Eh puasanya tetap lanjut dong. Hingga akhirnya, waktu zuhur tiba dan saya salat sebelum jalan ke sekolah. Tak ada yang sadar ketika lewat Warteg itu lagi, kalau saya pelakunya. Saya merasa ketika itu prank berhasil dan cukup puas mengerjai mereka.

Tapi, sekarang saya sudah dewasa dan mau meminta maaf pula atas keisengan atau kenakalan yang diciptakan. Semoga bapak sudah gak marah ya hehehe.

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya