[Opini] Akulturasi Budaya Jawa dengan Islam Melalui Ketupat  

Ketupat menjadi simbol tidak resmi hari raya umat Islam

Ketupat sangat identik dengan Ramadan, terlebih lagi dengan lebaran. Secara umum masyarakat Indonesia menghidangkan ketupat sebagai kuliner utama lebaran. Tradisi menyediakan ketupat saat hari raya Islam tidak terlepas dari proses sejarah masuknya agama Islam ke tanah air.

Ketupat sudah digunakan oleh masyarakat di nusantara sejak dahulu. Selain sebagai kuliner di masyarakat, ketupat juga kerap dijadikan sebagai simbol klenik masyarakat di Indonesia.

1. Ketupat sudah ada sejak masa sebelum Islam 

[Opini] Akulturasi Budaya Jawa dengan Islam Melalui Ketupat  Sesajen (pexels.com/Artem Beliaikin)

Tidak diketahui sejak kapan ketupat sudah ada. Namun pada masa kerajaan hindu dan Budha di nusantara, ketupat sudah ada. Tradisi menggunakan ketupat dan janur sebagai sesaji sudah ada pada masa itu.

Pohon kelapa sebagai sumber bahan utama ketupat, banyak ditemui di daerah pesisir pantai. Jika benar cara pengolahan dan penyimpanannya, ketupat bisa tahan hingga 1 minggu lamanya. Itulah kenapa para pelaut nusantara banyak yang membawa ketupat sebagai bekal melaut. Ketupat juga populer di negara-negara Asia Tenggara lainnya, karena dibawa oleh para pelaut nusantara.

Selain sebagai bekal, ketupat saat itu sangat identik dengan animisme karena kerap dibuat sebagai sesajen. Ketupat menjadi perlambang pemujaan kepada Dewi Sri sebagai dewi padi atau kesuburan dalam tradisi Jawa kuno. Dalam suatu sesajen, ketupat biasanya ditemani oleh ayam ingkung, air kembang, kemenyan, dan lain sebagainya.   

Sebagai ucapan syukur atas melimpahnya hasil panen, ketupat sering digantung di pepohonan dekat sawah atau di tanduk kerbau ketika akan membajak sawah.

Ketupat juga dibuat sebagai jimat untuk menolak bala, dengan cara menggantung ketupat yang kosong di atas pintu.

2. Makna dan filosofi ketupat 

[Opini] Akulturasi Budaya Jawa dengan Islam Melalui Ketupat  Kulit ketupat (unsplash.com/Mufid Majnun)

Bahan utama untuk membuat ketupat yaitu beras dan janur yang memiliki makna khusus. Beras dianggap sabagai lambang nafsu, sedangkan janur berarti “jatining nur” (cahaya sejati) dalam bahasa jawa yang artinya hati nurani. Sehingga, ketupat digambarkan sebagai simbol nafsu dan hati nurani. Hal itu bisa diartikan, manusia harus bisa menahan nafsu dunia dengan hati nuraninya. 

Dalam bahasa Sunda, Ketupat disebut dengan “kupat” yang artinya manusia tidak diperbolehkan untuk “ngupat”, yaitu membicarakan hal yang buruk kepada orang lain. Selain itu, ketupat atau kupat diartikan sebagai “Jarwa Dhosok”, yang juga berarti ngaku lepat. Maknanya, seseorang harus meminta maaf ketika melakukan kesalahan.

Rumitnya anyaman ketupat, mencerminkan beragam kesalahan dan atau dosa umat manusia. Untuk memakan ketupat, kita harus membuka anyamannya terlebih dahulu.  Setelah anyaman dibuka, akan terlihat nasi putih yang mencerminkan kebersihan dan kesucian.

Baca Juga: Resep dan Tips Bikin Ketupat Pulen, Hidangan Khas Lebaran!

3. Ketupat identik dengan hari raya umat muslim di Indonesia 

[Opini] Akulturasi Budaya Jawa dengan Islam Melalui Ketupat  Kuliner lebaran (facebook.com/Sudi Sudjadi)

Ketupat sebagai simbol hari raya umat Islam terjadi sejak zaman Kerajaan Demak pada abad ke-15. Hal ini ditulis oleh H.J de Graaf, dalam buku yang berjudul Malay Annal. Kerajaan Demak saat itu dipimpin oleh Raden Fatah. Untuk mengembangkan kekuatan dan sekaligus menyiarkan agama Islam, Kerajaan Demak mendapat dukungan penuh dari Wali Songo.

Untuk menyebarkan agama Islam, Sunan Kalijaga kerap menggunakan budaya dan kearifan lokal masyarakat jawa seperti wayang ataupun ketupat. Hal itu dilakukan karena masyarakat Jawa sangat sulit diislamkan. Diperlukan perlakuan khusus agar mereka mau menerima dan masuk agama Islam. Masyarakat jawa saat itu sangat akrab dengan klenik dan kejawen.

Ketupat yang sudah dikenal akrab oleh masyarakat saat itu, mulai disisipkan syiar islam oleh sunan Kalijaga. Ngaku lepat atau mengaku salah, merupakan singkatan dari ketupat yang sengaja diciptakan oleh sunan Kalijaga.

Tradisi bermaaf-maafan pada saat lebaran diperkenalkan oleh Sunan Bonang (Studi Ahmad Sunyoto, Atlas Wali Songo). Bermaaf-maafan merupakan penyempurnaan dari pengampunan dosa dari Allah SWT. Sehingga terjadi keseimbangan antara Hablum Minallah dan Hablum Minannas.

Bermaaf-maafan dan ketupat merupakan pasangan serasi pada hari raya Idulfitri. Hingga saat ini ketupat secara tidak resmi dianggap simbol hari raya umat muslim di Indonesia. Berkat akulturasi budaya yang diperjuangkan oleh Sunan Kalijaga.

Baca Juga: Berapa Lama Merendam Beras untuk Ketupat? Begini Cara dan Tipsnya!

Sigit Setiawan Photo Writer Sigit Setiawan

Seorang penulis yang juga berkarir sebagai ASN

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya