Kembang Api Jadi Petaka Jelang Hari Raya

#CeritaRamadan yang 'agak laen'

Jakarta, IDN Times - Momen Ramadan di masa kecil menjadi kenangan yang tak pernah terlupakan bagi saya. Semua kenangan yang masih teringat di kepala, selalu membuat saya geleng-geleng.

Ramadan saya semasa kecil juga tak pernah lepas dari kembang api dan petasan. Namun, siapa sangka kesenangan itu justru nyaris menjadi petaka, menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Saya pernah membeli kembang api yang cukup besar untuk menyambut malam takbir di kampung halaman. Nahas, kembang api itu gagal meluncur di tembakan terakhir. Mesiu yang seharusnya menembak ke atas, justru meledak di tangan saya.

Ledakan itu pun menyambar ke teras rumah. Beruntung, rumah kakek dan nenek tidak terbakar karena kebodohan saya. Andai benar terbakar, mungkin saya sudah tidak dianggap lagi sebagai cucu.

Efek dari ledakan itu membuat tangan mati rasa. Ternyata, saat membuka meregangkan tangan kanan, sela ibu jari dan telunjuk saya sudah terbelah.

Satu keluarga panik dan langsung membawa saya ke puskesmas terdekat. Sialnya, alat di puskesmas tersebut kurang. Dokter di sana hanya bisa membersihkan luka bakar dan menyarankan untuk ditangani ke Rumah Sakit.

Sempat tebersit kalau saya akan kehilangan ibu jari. Itu karena kami harus menempuh perjalanan dua jam untuk mencapai rumah sakit terdekat.

Terasa lega karena robekan yang cukup besar ini masih bisa dijahit. Namun, dalam proses penjahitan, biusnya hilang di tengah prosesnya. Ngilunya tusukan jarum dan gesekan benang pun terpaksa saya tahan.

Sudah tak teringat tahun berapa petaka itu menimpa. Sialnya, hingga kini, saya selalu takut mendengar suara kembang api di setiap perayaan tahun baru.

Baca Juga: Cerita Ramadan: Siapa yang Ngabisin Lontong Paling Banyak nih?

Baca Juga: Tidak Ada War Takjil, Kami Lebih Sering War Air Bersih

Baca Juga: Cerita Ramadan: Kehangatan Berbuka Puasa di Pelosok Provinsi Jambi

Topik:

  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya