[Opini] Adu Kehangatan Jokowi Prabowo

Apakah hangat rasanya pelukan begini, Pak?

Bulan kemerdekaan hampir berakhir, namun kabar baik rasanya tak pernah cukup bagi Indonesia di usianya yang menginjak 73 tahun. Perhelatan akbar, Asian Games digelar di tanah yang kita pijaki ini. Kabar kemegahannya belum berhenti.

Setelah mendulang banyak medali emas, kini pemimpinnya pun memberi kabar gembira. Kabar yang tak bicara banyak. Hanya sebuah foto atau gambar dua petarung pilpres 2019-2025, Jokowi dan Prabowo, berpelukan begitu mengejutkan, begitu meneduhkan. Sontak dunia nyata maupun dunia maya sepi senyap dari hinaan, fitnah, serta melulu nyinyir.

Mereka yang dalam beberapa tahun kerap dikabarkan berseteru dan bersitegang ternyata tak tampak demikian. Kedua tokoh bangsa ini sama-sama menangguhkan segala perdebatan demi membalas peluk anak negeri yang diwakili oleh Hanifan Yudani Kusumah. Mereka bertiga berpelukan dengan wajah Jokowi dan Prabowo yang tampak dominan. Tak lupa juga bendera merah putih ikut terbentang bersama keteduhan ini.

Rasanya saya bisa menarik napas lega. Mereka yang kerap diserang, diadu, difitnah, tidak jarang dicemarkan, mengapa bisa duduk bersama. Sedangkan kita yang tak tahu apa-apa ini masih terus mendebat seolah kubu kita yang terbaik? Inilah politik, kawan. Jangan terlalu ambil pusing. Biarlah kedua tokoh ini berlaga di pilpres mendatang dengan warna yang natural, damai, tak banyak bumbu, apalagi bacot tak menentu.

Apalagi yang kita perdebatkan habis-habisan jika pemenang dan oposisi nyatanya memang begitulah adanya? Yang oposisi memang seharusnya mengkritik, yang duduk sebagai koalisi sudah sepatutnya mendukung. Adakah foto atau gambar ini hanya berlaku hari ini saja? Semoga saja tidak.

Apakah hangat rasanya pelukan begini, Pak? Pakar psikologi kerap menyebutkan bahwa dengan berpelukan seusai marahan, akan menimbulkan cinta yang berlimpah. Manis sekali bukan? Saya harus berterima kasih pada Hanifan sebab momen ini sangat ajaib. Rambut pirang yang lebih mirip jambul yang dimiliki Hanifan ternyata bisa membuatnya berpikir cepat, spontan, dan bersejarah. Selamat Hanifan, kamu tidak hanya menang di medan laga, melainkan menang di hati jutaan netizen dan pengabdinya.

Pencak silat di ajang Asian Games memang menjadi ajang pemersatu. Perolehan medali emas yang luar biasa ternyata mampu membangkitkan gema suara bahwa kita Indonesia. Prabowo bisa datang dan mengalungkan penghargaan lalu berjabat tangan dengan rivalnya, masih Presiden Republik Indonesia, Jokowi.

Di sinilah ego mereka mereda demi Indonesia yang jaya, Indonesia yang dikehendaki tetap kuat, tangguh, dan bersatu. Kata-kata setelah berpelukan pun diutarakan. Jokowi mengutarakan jika bau wangi tercium saat pelukan itu, sedangkan Prabowo lebih banyak menghirup aroma berlaga, aroma kebanggaan untuk Indonesia.

Momen pelukan bersama Jokowi dan Prabowo terjadi setelah Hanifan meraih medali emas atas kemenangan melawan pesilat Vietnam Nguyen Thai Linh akan menjadi perbincangan hangat, setidaknya sampai beberapa minggu. Bolehlah, penggerak dunia maya ikut membagi hal-hal menyejukkan begini, daripada melulu menuliskan hoaks dan aroma kebencian tak berpangkal.

Hanifan langsung berkeliling sambil membawa bendera Merah-Putih, lalu menyambangi area kursi VVIP. Hanifan bersalaman dengan sejumlah orang, termasuk Jokowi. Setelah itu, Hanifan menyalami dan memeluk Prabowo Subianto. Lalu mengajak Jokowi dan Prabowo berpelukan.

Jika ada yang masih nyinyir terhadap aksi ini maka dipastikan mereka sedang sakit jiwa. Merekalah yang seharusnya diwaraskan atau patut dicurigai sebagai perusuh yang menyusup dalam kampanye-kampanye hitam. Merekalah yang membuat demokrasi tercederai. Tidakkah mereka berpikir bagaimana Prabowo bisa menang jika Jokowi dahulu tumbang sebab isu-isu tak jelas, begitu pun sebaliknya. Bukankah membuat mereka berlaga secara jantan akan lebih indah?

Biarkan saja demokrasi ini berjalan dengan baik tanpa isu hitam, tagar berlebihan, atau teriak dan makian yang tak jelas pangkal muaranya.

Asian Games akan sudah berakhir. Banyak sejarah yang telah dibuat Indonesia. Terima kasih untuk semua yang telah berpeluh dan terlibat. Di antaranya ada tukang sapu, tukang lampu, tukang ambil sana-sini, sopir, juga tim elite yang sama-sama berjuang maksimal dalam menjalankan tugasnya. Sekali lagi, momen Asian Games akan terngiang, terutama momen mempersatukan yang juga hadir di pembukaan Asian Games.

Mereka yang berseteru bisa duduk bersatu, menatap lugu dan berkata kita satu. Ialah tim Korea Utara dan Korea Selatan yang menyebut diri mereka dengan satu sebutan. Bukan lagi soal bersitegang, mereka tampil berolahraga bersama. Melupakan sejenak soal perang apalagi fanatik berlebihan.

Dalam Asian Games 2018, gabungan atlet Korsel-Korut juga tampil di cabang olah raga dayung dan basket. Olahraga terbukti dapat membuat kedua negara ini melupakan perang meski hanya sejenak.

Tim perahu naga putri Korea Bersatu, yang terdiri atlet Korea Selatan dan Korea Utara, untuk pertama kalinya dalam sejarah meraih medali emas di Asian Games 2018 di Jakarta. Pada nomor 500 meter, tim perahu naga Korea Bersatu - yang terdiri 16 atlet - berhasil meraih medali emas dengan waktu dua menit 24.788 detik, mengalahkan pesaing terberatnya, Cina.

Ini kabar baik yang tidak lupa digaungkan Jokowi. Meredam perang di negeri orang, meredam caci di negeri sendiri.

Ni Nyoman Ayu Suciartini Photo Verified Writer Ni Nyoman Ayu Suciartini

I'm a writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya