Aku dan Dewi Fortuna COVID-19

#SatuTahunPandemik COVID-19

Jakarta, IDN Times - Masih kuat betul diingatan kasus positif virus corona atau COVID-19 pertama yang membuat gempar Indonesia pada 2 Maret 2020. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan mengumumkan sendiri kasus ini.

Kasus tersebut diketahui pemerintah setelah adanya isu warga negara asing (WNA) Jepang positif terjangkit virus corona setelah dari Indonesia.

Saat di Indoensia, warga Jepang tersebut menemui kerabatnya seorang perempuan berusia 64 tahun dan anaknya yang berusia 31 tahun. Setelah pertemuan tersebut, dua orang yang diketahui sebagai warda Depok itu pun dinyatakan positif COVID-19.

Tepat pada Senin, 2 Maret 2020, aku langsung mendapat penugasan dari atasan untuk menyambangi Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Ya, aku jadi salah satu dari sekian banyak jurnalis beruntung lainnya yang meliput kasus pertama COVID-19 tersebut.

Saat itu, aku berada hampir 12 jam berada di lokasi. Menanti pejabat yang hadir untuk memberi keterangan, sekaligus memantau tindak lanjut dari pasien yang dibawa ke RS tersebut.

Hari berlalu, penambahan kasus virus corona terus meningkat hingga akhirnya Presiden Jokowi menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada akhir Maret 2020. Dari sanalah semua perubahan terjadi, sekaligus munculnya dewi fortunaku.

Saat itu, semua orang mulai banyak yang bekerja dari rumah. Kebijakan itu juga berimbas pada banyaknya pekerja yang terkena PHK maupun dirumahkan. Penyebabnya, tempat mereka bekerja kehilangan banyak pendapatan akibat pemasukan yang berkurang.

Aku beruntung tidak mengalami hal demikian. Winston Utomo selaku CEO IDN Media pada saat itu terus menegaskan bahwa dia tidak akan melakukan kebijakan PHK maupun merumahkan karyawan. Oh God, i'm lucky....

Hidup yang aku jalani juga berubah signifikan dan terus terjadi sampai saat ini. Ya, aku bisa hidup lebih sehat. Rajin olahraga seminggu tiga kali, mencuci tangan, hingga mengatur pola makan menjadi lebih sehat.

Berdampak positif? Jelas. Berat badanku secara konsisten turun hingga di atas 10 kg, dari 105 kg pada Maret 2020, sampai saat ini di 94 kg. Tidak signifikan memang penurunannya, tapi aku menikmati prosesnya. Karena turun perlahan dan konsisten akan membuat usaha yang aku lakukan juga konsisten.

Aku sadar olahraga itu ternyata menyenangkan. Tapi aku juga tidak melupakan fakta bahwa olahraga itu benar-benar membutuhkan effort yang kuat dari diri sendiri. Tidak mudah menyemangati diri untuk berolahraga saat bangun tidur. Apalagi kalau cuaca sedang mendukung.

Pada momen ini, aku juga beruntung punya tetangga seorang atlet voli profesional. Karena dia juga lah aku semangat memulai olahragaku.

Di sisi lain, mengatur pola makan juga tidak mudah lho. Mengganti beras putih menjadi beras merah, memperbanyak makan sayuran, hingga mengurangi minuman manis. Tapi ya itu kembali lagi ke kemauan pada diri sendiri. Pada dasarnya semua itu bisa dilakukan asal niat! Hari pertama hingga hari ke-7 mungkin masih akan banyak mengeluh. Tapi setelahnya? Aku menikmatinya.

Oh iya, pada saat banyak kegiatan dilakukan di rumah, aku juga jadi gemar memasak. Agak aneh bagiku memang ketika harus memasak. Tapi aku menikmatinya. Ya itu awalnya karena tuntutan makan sehat, tapi setelahnya semua mengalir begitu saja.

Awal-awal sih agak grogi harus belanja sayur sendiri dikerubungi oleh ibu-ibu berpengalaman yang sudah pandai memasak dan punya rumus saat membeli sayur. Lha aku? Amatiran.

Sampai saat ini, keinginan untuk memasak tetap ada dan masih terus ditingkatkan. Tapi satu hal yang aku pelajari, memasak itu butuh mood. Kalau lagi gak mood, mau memasak pun malasnya kebangetan. Well, aku menganggap kemauan memasak ini akan sangat berguna saat sudah berkeluarga.

Keberuntunganku di masa pandemik tidak hanya di situ saja. Aku masih mendapat pekerjaan sampingan di masa pandemik. Ya, fotografi. Ada beberapa klien dan teman yang meminta jasaku untuk mengabadikan momen indahnya. Memang tidak seberapa, tapi itu lumayan untuk menyambung hidup di masa sulit.

Terakhir, aku juga beruntung karena mendapat kesempatan mencoba kemampuanku di tahap selanjutnya. Senior-seniorku di tempat bekerja saat ini memberikan kepercayaan untuk meningkatkan kemampuan diri dan membantu mereka di meja redaksi sebagai asisten editor. Peluang besar di masa pandemik, meski tantangannya tidak mudah.

Di 2021 ini aku ga berharap banyak. Semoga semua bisa normal dengan cepat, bisa traveling lagi, dan bisa melakukan banyak hal yang normal tanpa kekhawatiran akan virus.

Semangat menatap 2021!

#SatuTahunPandemik adalah refleksi dari personel IDN Times soal satu tahun virus corona menghantam kehidupan di Indonesia. Baca semua opini mereka di sini.

Baca Juga: Cerita Perawat Setahun Pandemik, Tak Lagi Bebas Peluk Anak

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya