Ramadan di Taiwan: Sulit Cari Makanan Halal, Tarawih 2 Juz Tiap Malam!

Ini #CeritaRamadan ku, yuk bagikan ceritamu!

Jakarta, IDN Times – Tahun lalu, bertepatan dengan 1444 Hijriah/2023 Masehi, untuk pertama kalinya saya merasakan puasa di negeri orang. Apa yang menjadikannya menarik bukan hanya saya jauh dari orang tua, tapi di sana, penganut Islam seperti saya menjadi minoritas.

Negara tersebut adalah Taiwan. Oh iya, sebelum panjang lebar bercerita, rasa-rasanya penting untuk memberi penegasan bahwa Taiwan adalah negara yang terpisah dengan China dan Hong Kong. Walaupun hanya segelintir negara yang mengakui kedaulatan Taiwan, karena adanya kebijakan satu China (One-China Policy), hal itu tidak menampik keberadaan negara kepulauan tersebut dengan pemerintahannya sendiri.

Sama seperti negara Asia Timur lainnya, Jepang dan Korea misalnya, agama adalah ranah privat di Taiwan. Sehingga, jangan sekali-kali kalian berharap ada hari raya keagamaan di sana. Alhasil, saat bulan Ramadan, ya tidak ada perbedaan seperti hari-hari pada umumnya.

Lantas, apa yang menyebabkan cerita puasa di Taiwan menjadi menarik? Yuk baca terus artikel ini!

1. Tidak mudah mencari makanan untuk berbuka

Ramadan di Taiwan: Sulit Cari Makanan Halal, Tarawih 2 Juz Tiap Malam!Potret makanan berbuka puasa di Taipei Grand Mosque (IDN Times/Vanny El Rahman)

Harus diakui, Taiwan memang sedang gencar-gencarnya memperkenalkan wisata halal. Kendati begitu, tetap saja sulit untuk menemukan makanan halal. Apalagi jika kita mendefinisikan halal dalam artian komprehensif, yang dari proses penyembelihannya, jika kita makan sapi atau ayam, harus menghadap kiblat dan membaca bismillah.

Hanya ada dua pilihan bagi saya jika ingin memperoleh makanan halal, antara pergi ke masjid dan ikut buka puasa bersama atau menjadi vegetarian. Beruntungnya, tempat saya tinggal di Taiwan tidak jauh dari Taipei Grand Mosque (TGM), sekitar 10 menit naik sepeda yang bisa disewa dengan mudah dan murah.

Hebatnya, TGM menyediakan santapan untuk berbuka dan makanan beratnya. Saat waktu berbuka itu, ada banyak meja bundar yang sudah disiapkan di halaman masjid. Para jemaah pun dipersilakan untuk merapat di masing-masing meja, yang biasanya sudah tersedia kurma dan air putih kemasan.

Setelah berbuka dan salat magrib, kita pun dipersilakan untuk menyantap makanan berat. Nah, karena kebanyakan muslim dan pengurus TGM berasal dari negara seperti India atau Pakistan, alhasil makanan yang disajikan pun selalu bernuansa India.

Sesekali saya diajak oleh teman-teman untuk berbuka puasa bersama di suatu tempat makan. Saya pasti akan mengiyakan dengan catatan, di restoran tersebut hanya menjual daging ayam atau sapi atau khusus vegetarian. Apakah ada cap halalnya? Yang jelas sebelum makan saya sudah baca doa dan bismillah.

Baca Juga: Dosa Bulan Suci: Makan Siang Bareng Ayah Saat Ramadan

2. Mencari makanan untuk sahur lebih sulit lagi

Ramadan di Taiwan: Sulit Cari Makanan Halal, Tarawih 2 Juz Tiap Malam!Suasana sahur di Taipei Grand Mosque (IDN Times/Vanny El Rahman)

Bagaimana dengan mencari makanan ketika sahur? Jauh lebih sulit!

Untuk menyiasatinya saya lagi-lagi hanya punya dua pilihan, sahur lebih cepat atau beli makanan di minimarket seperti 7-11 dan Family Mart. Walaupun ibu kota, jangan bayangkan Taipei seperti Jakarta, yang pada pukul 22.00 ke atas masih banyak kaki lima bertebaran. Di sana, pada jam tersebut sudah dipastikan hanya bar dan kelab yang buka, dan tidak mungkin dong saya beli makanan di sana.

Sebenarnya ada opsi lain, yaitu ikut sahur di TGM. Hanya saja, saya sepertinya terlalu malas untuk menggowes dari kos-kosan menuju masjid hanya untuk mencari makan sahur. Alhasil, saya lebih sering untuk sahur lebih cepat, atau dengan membeli lauk dari jam 8 malam, kemudian membeli nasi putih di minimarket. Lho, kalau begitu lauknya dingin dong? Tenang saja, di setiap minimarket tersedia pemanas yang bisa digunakan secara gratis.

Tapi ya, bisa kalian bayangkan, selama hampir sebulan santapan sahur saya kebanyakan adalah makanan dari minimarket. Biasanya onigiri khusus vegan dengan mi instan. Sebagai tambahan, biasanya saya membeli coklat bar yang penuh protein atau air ion. Awal-awalnya sih excited, tapi lama-kelamaan atau saat mulai memasuki hari ke-10, bosan juga ya sahur makan itu terus.  

Baca Juga: Kejutan Besar dari Allah Datang Sepekan Jelang Ramadan

3. Pengalaman tarawih dan qiyamul lail

Ramadan di Taiwan: Sulit Cari Makanan Halal, Tarawih 2 Juz Tiap Malam!Suasana tarawih di Taipei Grand Mosque (IDN Times/Vanny El Rahman)

Tarawih di TGM dilaksanakan dengan 23 rakaat. Yang membuatnya beda adalah bacaannya 2 juz. Yup, kalian tidak salah baca! Karena membaca 2 juz, akhirnya salat tarawih pun biasanya kelar sekitar jam 22.00, dengan asumsi Isya sekitar jam 19.30.

Memasuki 10 malam terakhir Ramadan, saya pun memutuskan untuk merasakan bagaimana suasana qiyamul lail di TGM. Rupanya tidak berbeda! Kenapa demikian, karena banyak yang menginap di masjid dan kebanyakan dari mereka adalah orang Indonesia. Sekitar pukul 03.00, digelar salat malam bersama. Tidak begitu lama, mungkin sekitar 30 menit.

Setelah salah malam, para jemaah pun disediakan makanan sahur. Walaupun bisa dibilang ala kadarnya, tapi kami bisa nambah sampai puas.  

Walaupun sangat berbeda dengan berpuasa di Indonesia, Taiwan juga dikenal karena keindahan alamnya. Kalian tidak akan kehabisan tempat untuk ngabuburit di sana. Akan selalu ada tempat baru untuk dinikmati!

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya