[OPINI] 4 Hal yang Patut Dipelajari Dari 'Kehancuran' Dunia KPop

Mari jadikan fandom KPop lebih rukun dan bijaksana!

Sebagian fans KPop mungkin akan tersinggung melihat kata 'kehancuran' pada judul artikel ini. Mereka yang gak mau repot-repot membaca keseluruhan artikel mungkin akan meninggalkan komentar, seperti "Maksudnya apa hancur?", "Mimin haters KPop ya?", atau "Penulisnya mancing fanwar nih".

Itulah mengapa kita semua perlu paham betapa pentingnya untuk tidak mudah terpancing emosi hanya karena judul, dan betapa kita harus mulai membiasakan diri untuk membaca keseluruhan artikel sebelum berkomentar. Agar kita paham apa makna sebenarnya yang dimaksud oleh si penulis lewat rangkaian judul yang dibuatnya.

Perkenalkan, saya adalah fans entertainment Korea Selatan yang menggemari musik dan drama asal negeri gingseng sejak tahun 2008. Saking gemarnya dengan hal-hal berbau KPop dan KDrama, saya sampai pernah bekerja di sebuah majalah khusus entertainment Asia.

Sejak saat itu, dan sudah berjalan 5 tahun sampai sekarang, mengikuti berita terbaru tentang Korea-Koreaan bukan hanya sebuah tuntutan hobi bagi saya, tetapi juga sebagai tuntutan pekerjaan. Masa-masa boomingnya KPop lewat popularitas girlband dan boyband Korea generasi kedua seperti TVXQ, Super Junior, Girls' Generation, Big Bang, dan lainnya tidak lepas dari pengamatan saya.

Namun dua tahun belakangan, dunia KPop terkesan berbeda bagi saya. Tidak lagi dipenuhi berita bahagia tentang lahirnya hits-hits dari grup legenda. Belakangan ini satu per satu grup legendaris generasi kedua justru gugur.

Sebagian besar mengalami penurunan popularitas. Beberapa di antaranya dinyatakan bubar karena masalah kontrak atau konflik antar member. Sejumlah grup harus dinonaktifkan karena satu personelnya terlibat skandal, dan nahasnya, satu grup terjaya generasi kedua bahkan ada yang kehilangan membernya secara tragis.

Maka tidak berlebihan rasanya jika situasi ini merupakan sebuah 'kehancuran' bagi saya dan fans-fans KPop generasi kedua lainnya. Bagaimana tidak? Kami kehilangan grup-grup legendaris yang dulu telah mewarnai masa muda kami dengan lagu-lagu hits mereka.

Tetapi kondisi ini bukan sekadar fenomena yang hanya bisa dinikmati. Seiring berkembangnya KPop, usia dan pribadi saya pun semakin berkembang lebih dewasa. Dan saya yakin fans lain yang satu generasi dengan saya pasti juga demikian.

Melihat kondisi 'kehancuran' ini, saya bisa menarik beberapa pelajaran yang sepatutnya juga menjadi pembelajaran untuk kita semua.

1. Tidak ada yang tahu masa depan grup idola. Jadi untuk apa fanwar?

[OPINI] 4 Hal yang Patut Dipelajari Dari 'Kehancuran' Dunia KPopYoutube/Jasmine Media Extra

Pada masa awal kita menikmati kejayaan KPop di tahun 2005 sampai 2010, pernahkah kita membayangkan bahwa grup terjaya pada masa itu seperti Wonder Girls, KARA, 2NE1, Sistar, 4Minute, serta Rainbow pada akhirnya akan bubar seperti sekarang? Tentu tidak satu pun dari kita menduga hal seperti ini bisa terjadi.

Apa yang ada pada pikiran kita pada masa-masa saat mereka masih rutin melahirkan hits baru, adalah mereka begitu tampak sempurna sebagai grup. Ya, tidak berlebihan kok kalau kita pernah memandang grup idola kita sebagai grup yang sempurna. Semua fans pasti pernah beranggapan seperti ini.

Bahkan tidak jarang ketika kita terlalu beranggapan betapa sempurnanya grup idola kita, kita sampai menghujat grup idola fandom lain. Besarnya anggapan bahwa grupnya yang terbaik, paling kompak dan akan bertahan selamanya, pada akhirnya akan menciptakan rasa arogansi pada diri sendiri. Merasa grupnya adalah penguasa KPop, sedangkan grup lain paling hanya bertahan sebentar.

Padahal, kesombongan seperti ini akan menjadi senjata makan tuan sendiri untuk kita. Ketika harus menelan pil pahit saat grup idola kita terpaksa bubar karena tersandung masalah kontrak.

Karena tidak satu pun dari kita sebagai fans mengetahui apa saja yang terjadi di balik panggung. Dan tidak satu pun dari kita bisa memprediksi masa depan grup idola. Bagaimana caranya kita bisa menjamin bahwa grup idola 'tidak akan pernah bubar'. Sedangkan kita tidak pernah tahu masalah apa saja yang mungkin mereka alami di balik kamera?

Lalu apa pula faedahnya kita menghujat grup-grup lain yang sudah bubar. Sedangkan kita tahu bahwa grup idola kita juga punya potensi akan berakhir dengan cara yang sama seperti mereka? Tidak ada.

2. Nikmati karya sesuai selera, tidak perlu menghujat yang tidak sama

[OPINI] 4 Hal yang Patut Dipelajari Dari 'Kehancuran' Dunia KPoppinsdaddy.com

Kamu suka EXO bukan berarti semua orang di sekitarmu harus suka EXO juga. Gaya bermusik Bangtan Boys tidak sesuai dengan seleramu bukan berarti kamu harus beranggapan bahwa mereka yang menyukai musik ala BTS punya selera yang payah.

Setiap orang punya selera yang berbeda-beda dan punya hak untuk memilih mana yang mereka suka. Hargai perbedaan pilihan yang ada dan cukup fokuskan diri untuk menikmati musik sesuai selera, mendukung idola sesuai kemampuan, tanpa perlu menghujat mereka yang tidak satu selera.

Hentikan fanwar! Kita sudah dewasa dan sudah saatnya untuk hidup rukun. Sekali lagi, karena kita semua tidak ada yang tahu nasib akhir idola kita. Coba bayangkan jika selama ini kita banyak fanwar membanggakan idola sendiri sambil menghujat idola sebelah, tetapi kemudian justru idola kita sendiri yang bubar. Sedangkan grup idola fandom sebelah yang sering kita cemooh justru masih utuh. Pasti kita sendiri yang malu kan?

3. Menjadi fans memang pilihan, tetapi menjadi fans yang bijak adalah kewajiban

[OPINI] 4 Hal yang Patut Dipelajari Dari 'Kehancuran' Dunia KPopseoulbeats.com

Perlu kita sadari, imej dari setiap fandom sesungguhnya juga mewakili pandangan publik terhadap grup idola.

Bukankah kita sering menemukan kasus di mana grup idola tertentu seringkali dihujat oleh netizen karena kelakuan fans di luar batas normal. Seperti seringkali mengundang perang antar fandom atau terlalu maniak sampai menganggu privasi sang idola sendiri?

Semua itu dimulai dari diri kita sendiri. Saat kita mulai bersedia menjadi fans dengan pribadi yang lebih dewasa dan bijaksana, yang mampu hidup rukun baik dengan sesama fandom atau dengan fandom lain, nantinya kita akan menjadi inspirasi bagi anggota satu fandom pula. Dengan demikian, citra sebuah fandom dan grup idola pun juga akan terlihat baik-baik saja di mata masyarakat luas.

4. Saatnya kita belajar lebih memahami idola sebagai manusia biasa

[OPINI] 4 Hal yang Patut Dipelajari Dari 'Kehancuran' Dunia KPopDok. SM Entertainment

Bukan hanya belajar berperilaku lebih baik dan lebih menghargai antar sesama fans, kita pun juga harus belajar lebih berperilaku baik terhadap para artis-artisnya.

Belajar dari kabar duka yang datang akhir tahun 2017 lalu, tentang kepergian sang vokalis utama boyband SHINee, Jonghyun, yang diduga bunuh diri akibat depresi berat yang dialaminya karena tekanan masalah pekerjaan. Dari sini kita bisa melihat bahwa kita seringkali lupa bahwa idola KPop sebenarnya juga manusia biasa seperti kita.

Kehidupan mereka tampak sempurna dari layar kaca. Mereka terkenal, dipuja banyak orang, gaya hidup mereka serba ada dan keseharian mereka pun tampak baik-baik saja seolah selalu penuh kebahagiaan. Namun di balik itu, mereka juga bisa lelah, stress, bahkan depresi. Terkadang mereka juga tertekan saat harus tampil seceria mungkin di hadapan publik, padahal batinnya sedang berkonflik.

Berurusan dengan jadwal pekerjaan yang begitu padat dan 'gila', dibebani ekspektasi tinggi dari agensi yang menaungi mereka, belum lagi saat harus dihadapkan dengan situasi sulit saat banyak cemooh yang datang dari publik, saat mereka melakukan satu kesalahan saja. Membayangkan saya kita sudah bisa tahu bahwa hidup seperti ini tidaklah mudah.

Oleh karena itu, marilah kita belajar lebih menghargai kerja keras mereka sebagai penghibur publik. Mari berhenti mencacati kekurangan mereka dan memaklumi saat mereka berbuat kesalahan. Karena idola KPop juga manusia, yang bisa melakukan kesalahan seperti kita semua. Mereka tidak sempurna.

Tentunya, pelajaran ini tidak hanya bisa direnungkan oleh fans-fans KPop yang satu generasi dengan saya. Melainkan juga patut diterapkan oleh para fans pendatang baru yang masih di usia belia. Baik fans zaman old maupun zaman now, semuanya punya kewajiban untuk menjadi fans yang baik demi idola. Semangat!

Irene Adler Photo Verified Writer Irene Adler

A poor yet busy fangirl who was born to be different and unique than those pretty girls around you

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya