Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Fakta Jonas Salk, Ilmuwan Dibalik Penemuan Vaksin Polio

Jonas Salk dan vaksinnya (forbes.com)

Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Poliovirus. Virus ini menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kerusakan pada sistem saraf motorik, sehingga mengakibatkan kelumpuhan pada otot.

Dahulu wabah polio sempat mencapai tingkatan pandemi di berbagai negara selama awal abad ke-20. Bahkan, angka kematian akibat penyakit tersebut pun terbilang cukup tinggi. Namun berkat ditemukannya vaksin polio penyebaran penyakit tersebut bisa dikendalikan bahkan perlahan dapat dihilangkan.

Ilmuwan asal Amerika bernama Jonas Salk menjadi sosok dibalik ditemukannya vaksin polio yang menyelamatkan banyak nyawa tersebut. Nah, pada artikel ini penulis akan membahas mengenai Jonas Salk sang ilmuwan di balik penemuan vaksin polio. Mari simak pembahasannya!

1. Lahir dari latar belakang keluarga imigran Yahudi

Potret keluarganya dan Salk saat muda (achievement.org)

Jonas Salk dilahirkan dari pasangan Daniel dan Dora. Ayahnya, Daniel adalah putra dari seorang imigran dari Eropa Timur. Sedangkan ibunya, Dora berasal dari Minsk, Belarusia yang beremigrasi ke AS pada umur dua belas  tahun. Keduannya memiliki latar belakang imigran Yahudi Ashkenazi.

Ayah Salk, Daniel hanya lulusan sekolah dasar yang bekerja di industri garmen sebagai perancang pakaian. Walaupun begitu, orang tua Salk terus mendorong Salk dan dua adik laki-lakinya untuk melanjutkan sekolah mereka, hingga mereka berprestasi.

2. Saat kecil, Salk tidak terlalu menyukai sains

Salk sedang menguji vaksinnya (washington.edu)

Tidak seperti banyak ilmuwan besar lainnya yang telah jatuh hati pada sains sejak dini. Jonas Salk mengaku tidak terlalu suka dengan sains saat masih kecil.

Dalam sebuah wawancara dengan Academy of Achievement, ia berkomentar bahwa ia sebagai seorang anak, tidak terlalu tertarik pada sains. Ia hanya tertarik pada hal-hal tentang manusia dan sisi manusia dari sudut pandang alam.

3. Sempat memiliki rencana menjadi pengacara, hingga beralih ke bidang kedokteran

Salk saat wisuda (wnyc.org)

Dilansir dari laman mentalfloss.com, Salk diketahui pada awalnya sempat memilih menjadi pengacara dan berharap untuk terpilih menjadi anggota kongres suatu hari nanti.

Namun karena desakan ibunya yang ragu akan impiannya itu, Salk akhirnya mulai beralih ke bidang kedokteran. Hingga kemudian Salk mendaftar dan berhasil diterima di New York University dalam bidang kedokteran.

4. Ditolak beberapa laboratoium setelah lulus

Salk sedang di laboratorium (billmoyers.com)

Setelah lulus dari sekolah kedokteran di Universitas New York, Salk pada tahun 1939 dan mulai melamar beberapa laboratorium untuk bekerja dalam penelitian medis.

Pada saat itu Salk berharap mendapat pekerjaan untuk pengembangan vaksin influenza. Namun dia ditolak dari beberapa lab, mungkin karena kuota yang mendiskriminasi orang Yahudi, meskipun begitu dia tidak berkecil hati.

5. Meneliti vaksin untuk virus Influenza

Salk di laboratorium (clatgyan.com)

Sebelum Salk mulai meneliti vaksin untuk polio, tercatat dirinya pernah ikut serta dalam penelitian mengenai pengembangan vaksin Influenza.

Pada tahun 1942, Salk bergabung dengan penelitian ilmuwan Thomas Francis Jr di Fakultas kesehatan masyarakat Universitas Michigan, Salk menjadi bagian dari kelompok yang bekerja untuk mengembangkan imunisasi terhadap influenza.

6. Memulai pengembangan vaksin polio

Salk sedang meneliti (houstonchronicle.com)

Pada tahun 1947, Salk berhasil menjadi profesor dan kepala Laboratorium Penelitian Virus di Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh dan memulai penelitian mengenai polio lebih mendalam. Di awal penelitiannya, ia bekerja sama dengan ilmuwan dari universitas lain dalam program untuk mengklasifikasikan berbagai jenis virus polio.

Seiring berjalannya penelitian, Salk mulai mendapatkan bantuan finansial dari beberapa donatur. Selanjutnya ia kemudian bergabung dengan proyek polio National Foundation for Infantile Paralysis (March of Dimes) yang digagas oleh Presiden Amerika kala itu Franklin D. Roosevelt.

Pada tahun 1952, Salk mulai menguji vaksin polio yang dikembangkannya kepada hewan laboratorium, saat itu monyet menjadi subjek pengujiannya. Pengujian ini akhirnya dapat menginduksi pembentukan antibodi pada monyet.

Setelah pengujian pada hewan, kemudian ia melakukan uji lapangan terhap manusia untuk pertama kali. Uji pertama dilakukan pada anak-anak yang telah sembuh dari polio dan kemudian uji kedua pada subjek yang tidak menderita penyakit tersebut. Kedua tes pun akhirnya berhasil, tidak ada subjek yang tertular polio dari vaksin.

7. Menguji vaksin polio pada keluarganya sendiri

Jonas Salk dan keluarga (npr.org)

Disamping ia menguji efek vaksin pada manusia lain untuk pertama kalinya. Ia juga tak lupa untuk menguji vaksin tersebut pada dirinya sendiri dan juga keluarganya.

Salk menyuntikkan vaksin Polio untuk pengujian pada istrinya, Donna, dan ketiga putranya menggunakan jarum suntik yang telah disterilkan di atas kompor oleh dirinya sendiri.

8. Vaksinnya sukses, namun Salk tidak mematenkan vaksin ciptaannya

Dr Jonas Salk (history.com)

Setahun setelah pengujian pertama vaksin buatanya. Salk mulai menerbitkan hasil awal pengujian manusia di Journal of American Medical Association.

Segera setelah itu, pada tahun 1954 vaksin polio buatanya mulai diuji secara massal. Sekitar 1,8 juta anak-anak beserta orang dewasa, secara sukarela disuntik dengan vaksin karya Salk tersebut. Kemudian pada 12 April 1955, vaksin sukses disertifikasi mengenai  keamanannya dan mulai disebarluaskan ke seluruh Amerika Serikat.

Hal ini menandai kesuksesan vaksin ciptaannya. Namun Salk enggan untuk mematenkan vaksin hasil usahanya tersebut. Salk mengatakan saat wawancara dengan CBS, bahwa "Tidak ada paten, bisakah anda mematenkan Matahari?”.

Dengan begitu, Salk beranggapan bahwa mengembangkan vaksin polio adalah untuk membantu umat manusia bukan untuk mengambil untung dari kehidupan atau kematian jutaan orang.

9. Albert Sabin menjadi pesaing Salk

Salk dan Albert Sabin (deadline.com)

Di balik keberhasilannya, tak hanya pujian yang didapat Salk melainkan kritikan keras pun juga menghampirinya. Ilmuwan medis Polandia-Amerika Albert Sabin dengan menyebut bahwa Salk hanya ahli kimia dapur.

Kritikan Albert Sabin terhadap Salk dilatar belakangi oleh gagasan Salk yang menggunakan virus mati untuk vaksin buatannya tersebut agar tidak menginfeksi pasien. Sedangkan menurut Sabin bahwa virus yang sudah mati tidak akan cukup mengimunisasi pasien.

Pada tahun 1962, Sabin pun mulai memperkenalkan vaksin polio oral buatannya yang mengandung virus hidup yang dilemahkan. Pemerintah AS kala itupun mulai menggunakan vaksin Sabin karena lebih murah dan masih efektif ketimbang vaksin buatan Salk.

10. Berusaha menemukan vaksin HIV/AIDS dan Kanker

Salk tengah mengembangkan vaksin (abcnews.go.com)

Setelah berhasil mengembangkan vaksin polio, Salk mulai bergerak ke pengembangan vaksin untuk berapa penyakit lainnya.

Pada tahun 1958, New York Times melaporkan bahwa Salk telah melakukan percobaan pada pasien kanker dalam upaya untuk mengembangkan vaksin baru, tetapi Salk menekankan bahwa eksperimennya tidak membuahkan hasil yang memuaskan.

Kemudian pada pertengahan 1980-an mulai mengembangkan vaksin kembali kali ini terkait AIDS. Salk mendorong untuk menemukan terapi berbasis kekebalan untuk AIDS, namun lagi-lagi belum berhasil hingga kematiannya pada tahun 1995.

Dari fakta-fakta tersebut kita dapat belajar bahwa suatu penemuan ternyata membutuhkan proses yang panjang dan penuh rintangan. Semoga banyak hal positif yang kita bisa dapat dari fakta-fakta di atas, ya.

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
FW Rocket
EditorFW Rocket
Follow Us