4 Fakta Ilmiah dari Taring Buaya, Bisa Tumbuh Lagi Meski Copot!

- Taring buaya bisa tumbuh kembali berkali-kali hingga lebih dari 40 kali seumur hidup.
- Setiap soket gigi buaya menyimpan gigi cadangan untuk menggantikan gigi utama yang rusak atau copot.
- Struktur gigi buaya tidak cocok untuk mengunyah, namun pertumbuhan giginya dikendalikan oleh sel punca di jaringan mulutnya.
Buaya merupakan salah satu predator yang paling tangguh di dunia hewan, sebab memiliki struktur tubuh yang luar biasa kuat. termasuk pada bagian sekitar rahangnya. Salah satu ciri khas dari buaya adalah taring-taring tajam yang dapat dengan mudah mencabik mangsa dengan menggunakan kekuatan yang luar biasa.
Satu hal yang lebih mengejutkan adalah taring buaya ternyata bukan hanya kuat, namun juga bisa tumbuh kembali apabila copot, sehingga inilah yang membuat mereka memiliki keunggulan biologis jika dibandingkan dengan hewan lainnya. Jika tertarik untuk mengenal lebih jauh terkait taring pada buaya, maka simaklah beberapa fakta ilmiahnya berikut ini.
1. Taring buaya bisa tumbuh kembali berkali-kali

Berbeda halnya dengan manusia yang hanya memiliki satu kali saja penggantian gigi, justru buaya memiliki kemampuan untuk menumbuhkan taringnya hingga lebih dari 40 kali seumur hidup. Proses ini kerap dikenal dengan istilah polyphyodonty, yaitu kemampuan untuk mengganti gigi secara terus-menerus.
Setiap taring yang copot biasanya akan segera digantikan dengan gigi cadangan yang pada umumnya tumbuh di bagian jaringan bawahnya. Kemampuan regeneratif ini ternyata merupakan bagian penting untuk bisa menunjang kemampuan berburu yang dilakukan buaya secara terus-menerus, sebab sangat mengandalkan kekuatan rahangnya.
2. Setiap soket gigi buaya menyimpan gigi cadangan

Di balik setiap gigi buaya yang terlihat dari luar, ternyata ada satu atau dua gigi cadangan yang sedang dalam proses pembentukan. Gigi ini biasanya tumbuh di dalam soket yang sama dan siap untuk menggantikan gigi utama apabila sampai mengalami kerusakan atau bahkan copot.
Proses ini terjadi secara alami tanpa memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama, sehingga fungsi rahang yang dimiliki buaya untuk memangsa pun akan tetap maksimal. Sistem gigi berlapis ini juga membuat buaya jadi nyaris tidak pernah kehilangan kemampuan untuk bisa merobek daging mangsanya dengan efektif.
3. Struktur gigi buaya tidak cocok untuk mengunyah

Meski memiliki taring yang tajam dan kuat, namun nyatanya buaya tidak menggunakan giginya untuk mengunyah seperti mamalia lain. Taring buaya membentuk adanya runcing dan memang dirancang secara khusus untuk mencengkram, serta merobek mangsa dengan maksimal, sehingga tidak untuk menghaluskannya.
Setelah proses merobek potongan besar dari tubuh mangsa, maka buaya pun akan langsung menelannya tanpa proses pengunyahan terlebih dahulu. Dikarenakan itulah gigi mereka akan sangat rentan patah ketika ada mangsa yang ukurannya terlalu besar atau pun keras. Namun, untungnya gigi tersebut nantinya akan segera tumbuh kembali.
4. Pertumbuhan gigi buaya dikendalikan oleh sel punca

Kemampuan buaya untuk menumbuhkan gigi baru ternyata berasal dari keberadaan sel punca atau stem cells yang ada di jaringan mulutnya. Sel-sel ini nantinya akan terus aktif sepanjang hidup untuk melakukan regenerasi terhadap gigi secara berulang-ulang.
Penelitian terhadap sel punca bahkan sudah menginspirasi banyak ilmuwan untuk mengembangkan berbagai teknologi regenerasi gigi pada manusia. Buaya tersebut secara tidak langsung membuka wawasan baru terkait potensi biologis yang mungkin dapat dikembangkan di kemudian hari dalam dunia Kedokteran Gigi.
Kemampuan buaya untuk menumbuhkan kembali taringnya merupakan salah satu contoh luar biasa dari proses adaptasi evolusi dari dunia hewan. Dengan sistem gigi yang seolah terus berganti, maka buaya dapat memastikan dirinya menjadi puncak predator di ekosistem perairan. Taring buaya bukan hanya simbol kekuatan, namun juga keajaiban ilmiah yang luar biasa!