Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Fakta Ratu Christina, Ratu Swedia yang Melajang Seumur Hidup

Ratu Christina (commons.wikimedia.org/Albert Moll)
Intinya sih...
  • Christina lahir pada 18 Desember 1626 di Kastil Tre Kronor, Stockholm dari pasangan Raja Gustav II dan Maria Eleonora. Ia dipupuk dengan pengetahuan luas sejak kecil dan diangkat jadi ratu pada usia 6 tahun.
  • Ratu Christina berperan besar dalam mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa dengan menandatangani perjanjian perdamaian Westphalia pada 1648. Selain itu, ia fokus pada peningkatan pendidikan dan karya seni selama memerintah.
  • Keputusan Christina untuk tidak menikah disebabkan oleh ketidakmauan untuk diatur oleh wewenang raja jika ia menikah, serta rumor hubungannya dengan wanita bernama Ebba Sparre. Ia akhirnya

Swedia menjadi kerajaan yang berdiri sendiri pada tahun 1523. Sebelumnya persatuan Kalmar berisi negara: Swedia, Norwegia dan Denmark resmi berakhir pada 1523. Raja pertama Swedia adalah Gustav Vasa. Setelah beberapa generasi berlalu, Swedia akhirnya dipimpin oleh ratu pertama dalam sejarah bernama Christina. 

Ratu Christina memimpin Swedia dari 1632-1654 menggantkan ayahnya, Raja Gustav II Adolf. Alasan Christina menjabat sebagai ratu dengan periode panjang karena sudah naik tahta sejak masih anak-anak. Banyak trivia unik dari Christina ini mulai dari ratu pertama Swedia sedari kecil hingga status perawan seumur hidup, seperti Ratu Elizabeth I dari Inggris.

Simak informasi lengkap sosok ratu karimastik tersebut.

1. Masa kecil Christina

Ratu Christina (commons.wikimedia.org/Pietro Aquila)

Christina lahir pada 18 Desember 1626 di Kastil Tre Kronor, Stockholm dari pasangan Raja Gustav II dan Maria Eleonora. Awalnya bayi Christina dianggap laki-laki karena bersuara serak yang kuat. Namun, Countess Palatine memberitahu keadaan sebenarnya bahwa bayi itu perempuan.

Sebelum pergi berperang dalam Perang Tiga Puluh Tahun, Gustav II sudah menyerahkan hak waris pemimpin kepada anaknya, Christina. Benar saja Gustav II gugur dalam perang tersebut.

Sejak masih belia, Gustav II memang ingin memperlakukan Christina seperti pangeran. Christina kecil sudah dipupuk oleh berbagai pengetahuan, jauh dari kesan feminim. Ia diajari oleh kalangan istana meliputi teologi, filsafat, tata kenegaraan, politik dan bahasa. Christina menguasai banyak bahasa selain Swedia: Latin, Prancis, Jerman, Belanda, Yunani dan Spanyol.

Christina diangkat jadi ratu pada usia 6 tahun. Sejak masih anak-anak, Christina sudah menerima utusan asing. Pada usia 14 tahun sudah terlibat dalam urusan pemerintahan. Usia 16 tahun sudah rutin menghadiri rapat-rapat dewan negara. Usia 18 tahun, Christina mulai menjalankan pemerintahan Swedia secara penuh.   

2. Era Christina memimpin Swedia saat dewasa

Ratu Christina (commons.wikimedia.org/Musei Capitolini)

Christina berperan besar dalam mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa. Ratu Christina menandatangani perjanjian perdamaian Westphalia pada 1648. Ini keputusan brilian yang menguntungkan Swedia.  Sebab, Swedia menerima banyak pemasukan dan wilayah baru yakni sebagian besar Laut Baltik.

Dalam masa pemerintahan Christina, sang ratu berfokus pada peningkatan pendidikan dan karya seni. Dia mengundang banyak seniman, sarjana dll untuk mewujudkan mimpinya. Alhasil, ratu berhasil membangun perpustakaan besar dan mengumpulkan banyak karya seni di Swedia. Kekurangan terbesar Christina adalah gaya hidup mewahnya sehingga berimbas pada keuangan negara.

3. Alasan sebenarnya Christina tidak menikah

Ratu Christina (commons.wikimedia.org/Alf van Beem)

Keputusan Christina untuk tidak menikah menyita perhatian publik Swedia. Christina secara terbuka tidak menyukai pernikahan bukan hanya urusan pribadi, tapi kepentingan politis. Christina tidak mau diatur oleh wewenang raja jika ia memiliih menikah. Sebagai ratu, ia punya kekuasaan penuh untuk mengatur hak diri sendiri, jelas gerrymartinez.

Namun, yang namanya rumor di kalangan masyarakat pasti ada termasuk Christina. Ia ditudung sebagai lesbian. Usut punya usut, Christina punya hubungan mendalam dengan seorang wanita bernama Ebba Sparre. Ini terbukti dari isi surat-surat mereka yang menunjukkan kasih sayang mendalam. Tentu, itu tak terbukti secara nyata. 

4. Akhir masa pemerintahan Christina

Ratu Christina (commons.wikimedia.org/Jacob Truedson Demitz)

Satu keputusan mengejutkan masyarakat Swedia yang Protestan. Tahun 1654 pada usia 27, Ratu Christina resmi turun takhta. Terkait dengan kepindahannya dari Lutheran (Protestan) ke Katolik.

Pertikaian antar sekte Kristen memang kental pada abad pertengahan sehingga berganti sekte dianggap pengkhianatan. Christina telah berdiskusi dengan para imam Yesuit Katolik selama bertahun-tahun untuk penguatan tekadnya tersebut.  

Christina merasa bahwa adanya struktur kaku pada ortodoksi Lutheran dan Katolik dianggap sebagai penerang jiwa bagi dirinya. Alasan lain mundurnya Christina adalah perasaan lelah dan ketidakmampuannya untuk menanggung beban pemerintahan. Swedia selanjutnya diserahkan kepada Charles X Gustav, sepupu Christina.

Kemudian, Christina pergi dari Swedia menuju Roma untuk proses menjadi Katolik. Christina dikukuhan oleh Paus dengan tambahan nama yaitu Maria dan Alessandra. Publik Romawi menyambut hangat kedatangan Christina. Christina pun menikmati hidupnya di Roma bahkan mendirikan Acedemia dell’ Arcadia untuk memajukan sastra dan musik Latin.

Jauh dari sifat feminim ditunjukkan oleh Christina bahwa ia kurang berminat pada pakaian dan perhiasan yang bagus. Christina berbicara dengan suara yang menggelegar menampilkan pesona perkasa dan gemar mengenakan pakaian pria dengan minim perhiasan bahkan tanpa perhiasan.

Di sini juga memperlihatkan Christina punya pendirian kuat terkait sifat tomboy, status lajang, maupun pergantian sekte. Ia pribadi yang berani tampil beda dan unik dalam sejarah monarki Swedia.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us