Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi geobaterai (wikimedia.org/kallerna)
ilustrasi geobaterai (wikimedia.org/kallerna)

Pernahkah kamu mendengar konsep geobaterai? Ya, konsep ini merupakan konsep inovatif yang mengintegrasikan proses elektrokimia alami di bawah tanah untuk menyimpan dan menghasilkan energi listrik. Menarik sekali bukan?

Geobaterai dianggap sebagai salah satu solusi potensial yang berguna untuk mendukung sistem energi berkelanjutan karena memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui seperti tanah, air, dan mikroorganisme. Tidak hanya itu saja, geobaterai juga memiliki potensi untuk mengurangi ketergantungan pada pemakaian baterai berbasis logam berat yang memiliki dampak negatif pada lingkungan. Ingin tahu lebih lanjut terkait konsep geobaterai? Yuk, simak 5 faktanya di bawah!

1.Siapa penemu konsep geobaterai?

ilustrasi penelitian microbial fuel cells (wikimedia.org/OIST)

Konsep geobaterai tidak berasal dari satu orang saja, tetapi hasil dari pengembangan berbagai multidisiplin ilmu seperti mikrobiologi, elektrokimia, dan geologi. Studi awalnya berasal dari penelitian mengenai redoks alami di bawah tanah yang dilakukan oleh para ahli geologi.

Dilansir laman National Library of Medicine, salah satu kontribusi besarnya datang dari seorang ilmuwan di University of Massachusetts Amherst yaitu Derek R. Lovley yang meneliti bakteri elektrogenik yaitu Geobacter sulfurreducens. Bakteri ini terbukti mampu mentransfer elektron ke elektroda secara alami yang menjadi inovasi utama untuk teknologi geobaterai. Selain itu, penelitian tentang Microbial Fuel Cells (MFCs) juga membantu untuk membangun dasar konsep geobaterai ini.

2. Geobaterai untuk menyimpan dan menghasilkan listrik

ilustrasi mekanisme geobaterai (sciencedirect.com/Xuejie Zhang)

Geobaterai melibatkan proses elektrokimia di bawah tanah yang memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui seperti mineral, air tanah, dan mikroorganisme. Dilansir laman Science Direct, dalam konsep ini, elektroda anoda dan katoda akan ditempatkan di bawah permukaan tanah, yang dihubungkan oleh air tanah sebagai medium konduktifnya.

Setelah itu, reaksi redoks akan terjadi dimana anoda melepaskan elektron (proses oksidasi) dan katoda menerima elektron (proses reduksi). Aliran elektron tersebut menghasilkan listrik yang dapat digunakan untuk teknologi tertentu.

Beberapa sistem geobaterai juga dapat menggunakan mikroorganisme. Mikroorganisme elektrogenik ini akan memfasilitasi transfer elektron antara katoda dan elektroda di bawah tanah.

3.Penggunaan mikroorganisme pada geobaterai

ilustrasi mikroorganisme (wikimedia.org/Helis paas)

Salah satu aspek paling menarik dari konsep geobaterai ini adalah penggunaan mikroorganisme berupa bakteri elektrogenik yang digunakan untuk memfasilitasi transfer elektron. Dilansir laman ASM Journal, mikroorganisme yang digunakan berupa Geobacter sulfurreducens atau Shewanella oneidensis yang mampu memecah bahan organik di bawah tanah dan mentransfer elektronnya langsung ke elektroda. Proses penggunaan mikroorganisme pada geobaterai ini terjadi secara alami dalam sistem MFCs, yang menjadi dasar dari pengembangan teknologi geobaterai.

Selain dapat membantu mentrasfer elektron atau muatan listrik, mikroorganisme juga dapat menjaga keseimbangan di bawah tanah dengan memecah senyawa organik berbahaya. Di beberapa teknologi, mikroorganisme ini digunakan untuk membersihkan air tanah yang terkontaminasi.

4.Manfaat geobaterai

ilustrasi polusi air (wikimedia.org/Paul Braun)

Geobaterai menawarkan sejumlah manfaat yang relevan saat ini. Salah satu manfaatnya adalah kemampuannya untuk menyimpan energi dalam skala besar, terutama dari sumber terbarukan seperti tenaga surya dan angin.

Selain itu, dilansir laman Earth.org, geobaterai dapat digunakan untuk mengatasi polusi tanah atau air tanah dengan memanfaatkan reaksi elekrokimia alami. Manfaat lainnya adalah adalah teknologi ini dapat mengurangi potensi limbah berat seperti logam yang seringkali sulit untuk didaur ulang.

Tidak hanya memiliki banyak manfaat dalam energi terbarukan, geobaterai sendiri juga ramah lingkungan. Teknologi ini memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui seperti tanah, air tanah, dan mikroorganisme yang membuatnya lebih ramah lingkungan tanpa memerlukan bahan kimia tambahan.

5. Integrasi jaringan listrik dengan geobaterai

ilustrasi jaringan kabel listrik (wikimedia.org/Novoklimov)

Sistem energi grid adalah jaringan kabel listrik dan peralatan yang digunakan untuk mengirim dan mendistribusikan listrik ke suatu wilayah. Geobaterai memiliki potensi besar untuk dintegrasikan ke jaringan listrik terutama dalam mendukung penyimpanan energi terbarukan.

Dilansir laman Sunshine Renewable Solutions, energi yang dihasilkan dari panel surya atau turbin angin seringkali bersifat intermittent (tidak stabil) dan memerlukan teknologi penyimpanan yang andal. Sebaliknya, geobaterai justru dapat menyimpan energi berlebih dan melespaskannya kembali saat permintaan energi sedang meningkat. Dengan mengintegrasikan geobaterai dalam jaringan listrik, geobaterai dapat membantu mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil serta menawarkan solusi penyimpanan energi yang ramah lingkungan.

 

Geobaterai adalah konsep yang inovatif dengan memanfaatkan proses alami di bawah tanah untuk menghasilkan dan menyimpan energi dengan mekanisme yang melibatkan reaksi redoks dan mikroorganisme elektrogenik. Manfaatnya pada lingkungan juga memiliki skala yang besar, dimana geobaterai membantu menjaga keseimbangan lingkungan melalui remediasi tanah dan air. Dengan penelitian dan inovasi berkelanjutan, geobaterai dapat menjadi salah satu solusi utama dalam mencapai sistem energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team